NovelToon NovelToon
THE REGRET OF MY SEVEN BROTHERS

THE REGRET OF MY SEVEN BROTHERS

Status: sedang berlangsung
Genre:BTS / Keluarga / Angst
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: BYNK

"The Regret of My Seven Older Brothers"

Di balik kehidupan mewah dan kebahagiaan yang tampak sempurna, delapan bersaudara hidup dalam kesejahteraan yang diidamkan banyak orang.

Namun, semuanya berubah ketika kecelakaan tragis merenggut nyawa sang ayah, sementara sang ibu menghilang tanpa jejak.

Si bungsu, Lee Yoora, menjadi sasaran kemarahan dan penilaian keliru ketujuh kakaknya, yang menyalahkannya atas kehilangan yang menghancurkan keluarga mereka.

Terjebak dalam perlakuan tidak adil dan kekejaman sehari-hari, Yoora menghadapi penderitaan yang mendalam, di mana harapan dan kesedihan bersaing.

Saat penyesalan akhirnya datang menghampiri ketujuh kakaknya, mereka terpaksa menghadapi kenyataan pahit tentang masa lalu mereka. Namun, apakah penyesalan itu cukup untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BYNK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 33: Bantuan Yoora

Semua orang begitu panik dan benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi. Pencarian Jungsoo semakin terasa sulit karena semua usaha yang mereka lakukan seakan tidak membuahkan hasil. Telepon demi telepon sudah mereka lakukan, menghubungi semua kenalan dan teman-teman Jungsoo, namun jawaban yang diterima selalu sama, tidak ada yang tahu keberadaan Jungsoo. Bahkan, saat nama pria bernama Yolan disebutkan, tak satu pun dari mereka yang mengenali atau pernah mendengar nama itu sebelumnya.

Kepanikan makin menjadi ketika mereka menyadari bahwa Jungsoo, yang selama ini mereka anggap tidak mungkin bertindak nekat, justru melangkah ke luar negeri tanpa pemberitahuan jelas. Mereka mencoba menenangkan diri, tetapi kegelisahan terus menggerogoti pikiran. Nama Yolan menjadi teka-teki besar yang menambah ketegangan. Siapa dia? Apa hubungan pria itu dengan Jungsoo? Dan yang paling mengkhawatirkan, mengapa Jungsoo begitu nekat pergi tanpa memikirkan perasaan saudara-saudaranya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di benak mereka, menciptakan suasana penuh tekanan di antara mereka.

“Sekarang harus bagaimana lagi? Harus kita cari ke mana lagi dia?” tanya Yongki dengan nada khawatir, menggigit bibirnya sambil mondar-mandir di ruangan hotel.

“Apakah kita laporkan saja pada polisi?” Haesung ikut angkat bicara.

“Tidak... Itu tidak akan membantu apa pun , Jangkauan kita di sini tidak banyak, dan melaporkan hal ini pada polisi hanya akan membuat masalah semakin panjang. Lagipula, ini belum bisa dikategorikan sebagai kasus orang hilang karena Jungsoo pergi atas kemauannya sendiri, di tambah usia nya yang sudah dewasa, sangat sulit untuk membuka kasus kehilangan nya ” jawab Namjin sambil menggeleng. Yongki mendesah berat, mengusap wajahnya dengan kedua tangan.

“Dia benar... Sebaiknya kita fokus mencari tahu hal lain yang memungkinkan,” ujar Yongki, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

“Baiklah, aku akan pergi bersamamu, Namjin.” Haesung menepuk bahu Namjin pelan.

“Hati-hatilah, jika ada apa-apa, segera kabari kami. Kita bertemu lagi di hotel setelah selesai.” ujar Seonho sambil memandang mereka dengan serius.

“Baik, Hyung.” ujar Namjin setelah beberapa saat terdiam, akhirnya mengangguk mengiyakan ucapan Seonho.

Keempat saudara itu pun memutuskan untuk berpencar demi memperluas pencarian. Tempat-tempat yang mungkin menjadi tujuan Jungsoo di kota New York telah mereka datangi, dari bandara, kafe-kafe yang sering dikunjungi turis, hingga hotel-hotel kecil yang mungkin digunakan sebagai tempat persembunyian. Namun, setelah dua hari penuh berkeliling, usaha mereka belum juga membuahkan hasil.

Setiap sudut kota yang dipenuhi hiruk-pikuk kehidupan terus mereka telusuri. Langit New York yang awalnya cerah kini terasa seperti bayangan kelabu yang menggantung di atas kepala mereka. Rasa putus asa mulai menghampiri, tetapi mereka tahu menyerah bukanlah pilihan.

“Sudah hampir dua hari, tapi tidak ada jejaknya,” gumam Namjin dengan suara serak, matanya memandang ke arah jalanan kota yang sibuk .

“Dia pasti ada di suatu tempat, kita tidak boleh berhenti sekarang, " ujar Haesung sambil mencoba meyakinkan, meskipun nada suaranya terdengar lemah.

Namun, di balik optimisme yang mereka tunjukkan, kekhawatiran semakin mendalam. Jungsoo ada di kota besar ini, dikelilingi oleh jutaan orang asing, dan mereka sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia hadapi.

“Kenapa kamu jadi seperti ini, Soo-ah? Bagaimana jika dirimu terluka?” gumam Namjin lirih, suaranya penuh kegelisahan.

“Daddy, tolong bantu kami...” Haesung menghela napas berat, memandang langit malam New York seolah meminta bantuan dari mendiang ayah mereka. Wajahnya dipenuhi rasa lelah dan cemas.

••

Sementara itu, di Korea, Taehwan, Jihwan, dan Yoora harus menerima keputusan Seonho yang melarang mereka ikut mencari Jungsoo. Meski sempat ada perdebatan sengit, akhirnya Jihwan mengalah dan mematuhi ucapan kakak tertua mereka. Namun kini, kecemasan semakin menguasai pikiran mereka, terlebih mereka tidak tahu bagaimana keadaan saudara-saudara mereka yang kini berada jauh di negeri asing.

“Hyung, apa belum ada kabar dari mereka?” tanya Taehwan, memecah keheningan dengan nada gelisah.

“Belum... Sebenarnya, di mana anak itu? Bagaimana bisa dia nekat seperti itu?” jawab Jihwan, nada suaranya terdengar putus asa.

“Aku bingung... Kenapa Jungsoo tiba-tiba bersikap seperti itu? Sebenarnya, apa yang terjadi?” ujar Taehwan dengan sorot mata yang memancarkan kebingungan.

“Oppa...” suara Yoora terdengar ragu saat ia menghampiri kedua saudara laki-lakinya. Tatapan Jihwan langsung berubah tajam, penuh ketidaksukaan.

“Apa?” tanyanya dengan nada dingin, berusaha mengabaikan kehadiran Yoora. Namun Taehwan, berbeda dari Jihwan, menatap adiknya dengan lembut.

“Ada apa, Yoora-ah?” tanyanya lembut.

“A-aku tahu di mana Jungsoo oppa berada...” ujar Yoora, suaranya bergetar.

“Apa?! Kau serius?” seru Jihwan, tiba-tiba fokus pada ucapan adiknya.

“Aku tahu di mana Jungsoo oppa, tapi aku tidak yakin dengan tempatnya...” lanjut Yoora, kali ini dengan sedikit keberanian.

“Kenapa baru bicara sekarang?” bentak Jihwan, nadanya penuh amarah.

“Dari kemarin aku sudah berusaha bicara pada kalian! Tapi kalian tidak pernah memberi kesempatan padaku untuk bicara!” balas Yoora dengan mata berkaca-kaca. Perkataannya membuat keduanya terdiam. Memang benar, sebelum Seonho dan yang lain pergi ke New York, Yoora sudah mencoba memberi tahu apa yang dia ketahui, tetapi tidak ada satu pun yang mau mendengarkan, termasuk Taehwan yang biasanya mendukungnya.

“Di mana dia?” tanya Taehwan, mencoba mengendalikan situasi.

“Dia ada di Korea, oppa. Dia pergi ke Daegu bersama temannya, Kang Hae Chul. Aku tidak tahu persis apa yang ingin dia lakukan di sana, tapi oppa juga pasti tahu siapa Kang Hae Chul, kan?” ujar Yoora dengan napas berat.

“Kang Hae Chul... mantan pembunuh bayaran?” gumam Taehwan, matanya membesar karena terkejut.

“Daegu?” Jihwan mengulang, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

“Iya. Jungsoo oppa tidak pergi ke New York, tapi dia pergi ke Daegu bersama Kang Hae Chul,” tegas Yoora.

“Bagaimana kamu bisa yakin?” tanya Jihwan, masih berusaha mencerna informasi itu.

“Jadi...” Yoora menarik napas panjang, mencoba menjelaskan semua yang ia ketahui pada sang kakak.

Flashback..

Saat Yoora masih asyik mendengarkan cerita Rea, pandangannya tiba-tiba tertumbuk pada sosok yang tampak tak asing. Seorang pria baru saja masuk ke kafe, ditemani oleh pria lain yang berpakaian serba tertutup, menciptakan kesan misterius. Mereka memilih duduk di meja yang sedikit terpojok, tak jauh dari meja Yoora dan Rea. Meski posisi mereka agak tersembunyi, Yoora bisa melihat mereka dengan cukup jelas dari sudut pandangnya.

Yoora menajamkan pandangannya, mencoba memastikan siapa pria yang baru saja masuk itu. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat saat mengenali sosok tersebut yang tak lain adalah kakak nya sendiri yaitu jungsoo. Tanpa sadar, kata-kata Rea mulai terdengar samar-samar di telinganya, seakan suara sahabatnya itu tertelan oleh hiruk pikuk pikirannya sendiri. Fokusnya kini teralih sepenuhnya pada Jungsoo dan teman nya.

Dari posisi mereka, percakapan Jungsoo dengan temannya yang yoora tau adalah kang Hae Chul, seorang pembunuh bayaran yang pernah masuk berita karena membunuh seorang politikus negara , masih terdengar cukup jelas. Yoora berusaha tetap tenang, meski dadanya terasa sesak oleh rasa penasaran dan ketegangan yang perlahan-lahan menyelusup.

"Kenapa dia ada di sini?" gumamnya dalam hati.

“Jadi bagaimana... ini sudah cukup lama dari target kita, bukan?” tanya kang Hae Chul dengan nada menekan, memaksa Jungsoo agar segera mengambil tindakan.

“Sabar, aku masih menunggu mereka lengah. Aku tak bisa langsung pergi begitu saja. Terakhir kali, dia marah besar padaku,” sahut Jungsoo dengan suara teredam yang terdengar ragu.

“Tapi sampai kapan? Kau ini susah sekali,” ujar kang Hae Chul dengan nada geram.

“Aku tahu... aku pasti akan ikut denganmu, tapi bersabarlah. Tak semudah itu melakukannya,” balas Jungsoo, nadanya penuh tekanan, dia sangat tidak suka saat ada orang yang mencoba mengintimidasi nya.

“Begini saja, kita percepat saja waktunya dan tak perlu ke New York,” ujar kang Hae Chul, yang sepertinya mencari solusi lebih cepat.

“Lalu?” ucap Jungsoo sedikit tertarik dengan saran Hae- Chul , karena menurut nya semakin dekat transaksi nya . Maka dia akan semakin cepat pula mendapatkan apa yang dia inginkan .

“Kita pergi ke Daegu saja, bertemu di Stasiun Seoul (atau Stasiun KTX Seoul ) jam 6 malam, dan langsung ke sana. Ini sudah terlambat, kau bilang ingin mengambilnya, bukan? Aku tidak akan bisa membantu mu lagi jika malam ini tidak berhasil ” desak kang Hae Chul.

“Lalu di sana, kita akan melakukan transaksinya di mana?, apa orang itu akan datang ke sana juga ? ” tanya Jungsoo lagi dengan nada lebih serius.

“Di gedung tua dekat distrik terbengkalai di belakang Seongseo Industrial Complex. Pokoknya, semua harus selesai malam itu juga, aku akan meminta nya untuk datang kesana ” jawab Hae Chul penuh keyakinan.

“ Kenapa kita tidak bertemu di tempat yang normal saja , misal di bar , atau mungkin di tempat yang lebih layak . Kenapa harus di gedung tua seperti itu ? Kita hanya akan melakukan transaksi tempat bukan barang haram Hyung " tutur jungsoo yang sebenarnya merasa heran kenapa orang itu ingin melakukan transaksi di tempat - tempat aneh .

"Kau tau tempat yang kamu mau itu incaran banyak orang , jadi sangat wajar jika dia sebagai pemilik tetap nya sekarang takut jika kita hanya akan menipu nya , dia juga mungkin akan membawa orang - orang nya , oleh sebab itu lah aku akan membantu mu , kau tidak mau kan terjadi sesuatu padamu " ujar Hae Chul terdengar menyakinkan .

" Aku benar-benar bisa percaya padamu, kan, hyung?” tanya Jungsoo dengan nada setengah ragu. Hae Chul hanya terkekeh, lalu berkata dengan nada sinis.

“Jika kau tak percaya, mundur saja. Masih banyak orang lain yang menginginkan ini,” balasnya dingin.

“Baiklah... kita bertemu di sana. Aku harus kembali ke kantor sekarang,” ujar jungsoo akhirnya, meski tampak enggan.

Flashback off..

Semua orang terdiam mendengar penjelasan Yoora. Jihwan yang awalnya skeptis kini mulai percaya, meskipun rasa kesalnya belum hilang sepenuhnya. Dia akhirnya memilih menghubungi saudara-saudaranya terlebih dahulu untuk memastikan situasi.

Beberapa kali Jihwan dan Taehwan mencoba menelepon satu per satu, tetapi respons yang mereka harapkan belum juga datang. Perbedaan zona waktu antara Seoul dan New York memang menjadi penghalang besar, membuat komunikasi sulit terjalin lancar. Namun, setelah beberapa kali mencoba, Jihwan akhirnya berhasil menghubungi Yongki.

"Hyung... cepat kembali. Jungsoo tidak ada di sana," ucap Jihwan dengan nada tegas.

"Jangan bercanda, Jihwan. Ini bukan waktunya untuk bercanda," balas Yongki, terdengar tidak percaya.

"Aku serius, Hyung! Jungsoo tidak pergi ke sana bersama pria bernama Yolan. Dia ada di Daegu bersama Kang Hae Chul. Kita sudah dibohongi olehnya," ujar Jihwan lagi, kini dengan nada penuh tekanan. Namun, Yongki tetap tidak percaya.

"Apa-apaan kamu ini... Sudahlah, Hyung tutup teleponnya," katanya sebelum langsung memutuskan panggilan, Jihwan mendengus kesal sambil mengacak rambutnya sendiri.

"Bagaimana bisa mereka tidak percaya dengan ucapanku?" gumamnya, frustrasi.

Taehwan yang mendengar percakapan itu hanya bisa menghela napas panjang, berusaha menenangkan pikiran.

"Mungkin mereka terlalu panik dengan situasi ini," ujarnya, mencoba memahami reaksi Yongki dan yang lainnya. Yoora yang sejak tadi diam akhirnya memberanikan diri angkat bicara.

"Oppa, apa sebaiknya kita cari saja Jungsoo oppa sendiri?" tanyanya ragu-ragu, tetapi penuh tekad.

Jihwan menatap Yoora dengan tatapan datar, tetapi kemudian mengangguk singkat. Raut tidak suka di wajah nya masih terlihat jelas .

"Sebentar, Oppa. Aku ambil sesuatu dulu," kata Yoora sembari berlari menuju kamarnya. Tak lama kemudian, ia kembali dengan secarik kertas di tangannya. Ia menyerahkannya kepada Jihwan.

"Oppa, ini alamatnya. Aku tidak yakin ini tepat, tapi setidaknya kita punya petunjuk," ucap Yoora sambil menatap Jihwan dengan penuh harap, Jihwan membaca alamat itu dengan saksama.

"Baiklah. Ayo berangkat sekarang," ujarnya tegas.

Mereka bertiga segera berangkat menuju lokasi yang tertera di kertas. Perjalanan dari Seoul ke Daegu memakan waktu sekitar 3 hingga 4 jam menggunakan mobil pribadi , sebenarnya ada rute yang lebih cepat yaitu dengan menggunakan KTX ( kereta cepat Korea) tapi karena satu dan lain hal mereka memutuskan untuk mengemudikan mobil pribadi. Beruntung, jalanan cukup lengang, sehingga mereka bisa tiba lebih cepat dari perkiraan.

Tujuan mereka adalah distrik terbengkalai di sekitar Seongseo Industrial Complex, sebuah area yang dikenal sebagai red zone di Daegu. Distrik ini penuh dengan bangunan kumuh yang tak terawat, sering kali menjadi tempat bersembunyi bagi mereka yang menjalani pekerjaan tidak sah.

"Hyung, apa benar ini tempatnya?" tanya Taehwan ragu ketika mobil berhenti di depan bangunan tua yang tampak nyaris ambruk.

"Kalau dilihat dari peta dan alamat ini, memang di sini tempatnya," jawab Jihwan sambil memeriksa sekali lagi.

"Ya Tuhan... Apa yang sebenarnya Jungsoo pikirkan sampai dia mau datang ke tempat seperti ini?" keluh Taehwan, frustasi.

"Dia bahkan benci tempat-tempat kotor. Bisa-bisanya dia memilih datang ke sini," gumam Jihwan, tidak habis pikir.

"Oppa... itu orangnya," bisik Yoora, menunjuk seseorang yang baru keluar dari gedung tua di depan mereka.

"Itu benar-benar Kang Hae Chul, iya kan, Hyung?" tanya Taehwan, memastikan.

"Betul. Itu dia, ayo turun sekarang." jawab Jihwan tegas. " Namun, baru saja Jihwan membuka pintu mobil, Yoora langsung menahannya.

"Tunggu, Oppa!" sergahnya cepat.

"Apa lagi?" tanya Jihwan dengan nada kesal.

"Kalau kalian langsung turun, kita tidak tahu apa yang menanti di dalam sana. Jangan sampai kalian malah membahayakan diri sendiri," ujar Yoora dengan nada serius.

"Lalu menurutmu, kita harus diam saja menunggu sesuatu terjadi pada Jungsoo?" balas Jihwan dengan nada tajam.

"Oppa, dengarkan aku. Kita harus cerdas. Aku akan turun lebih dulu dan mengalihkan perhatian Kang Hae Chul. Setelah itu, kalian masuk ke dalam untuk mencari Jungsoo oppa. Aku yakin ada yang tidak beres di sini," ujar Yoora dengan tegas, meskipun terlihat gugup.

"Aku tidak setuju! Bagaimana jika Kang Hae Chul melukaimu?" tanya Taehwan penuh kekhawatiran.

"Aku bisa menjaga diri, Oppa. Aku hanya punya satu permintaan, tolong bawa Jungsoo oppa pulang dengan selamat. Jangan pedulikan aku. Aku akan baik-baik saja," kata Yoora dengan senyum kecil, berusaha meyakinkan.

"Aku tetap tidak setuju," balas Taehwan, menggeleng kuat.

"Aku janji akan baik-baik saja," ujar Yoora dengan nada lembut namun penuh tekad. Setelah diskusi panjang, mereka akhirnya menyetujui rencana Yoora. Gadis itu turun dari mobil dan berjalan mendekati Kang Hae Chul yang sedang berbicara dengan dua pria lain di dekat bangunan tua itu. Sementara itu, Jihwan dan Taehwan tetap waspada, bersiap mengikuti rencana yang sudah mereka sepakati.

"Permisi..." ucap Yoora dengan suara yang sengaja dibuat pelan namun terdengar sopan, sambil mendekati Kang Hae Chul dan dua pria yang sedang bersamanya. Ketiga pria itu langsung menoleh dengan tatapan bingung, jelas tidak menduga kehadirannya.

"Siapa kau?" tanya Hae Chul dengan nada curiga, alisnya terangkat tinggi.

"Apakah kalian bisa membantu saya? Saya... tersesat di sini," ujar Yoora, suaranya dibuat gemetar, berpura-pura ketakutan.

"Tersesat? Bagaimana bisa sampai di sini?" sahut salah satu pria yang berdiri di sebelah Hae Chul, tatapannya penuh selidik.

"Saya bukan dari daerah sini, Tuan, { jawab Yoora sambil berusaha tersenyum meski hatinya berdebar kencang } Saya sedang berlibur, tapi tertinggal dari rombongan saya. Akhirnya, saya tersesat di kawasan ini," lanjutnya dengan ekspresi polos yang membuat Hae-chul sedikit tertarik.

"Darimana asalmu?" tanya Hae Chul lagi, kali ini nadanya lebih tenang, tetapi tatapannya masih penuh selidik.

"Dari Seoul, Tuan. Saya datang ke Daegu bersama beberapa teman untuk berlibur sekaligus melakukan survei untuk studi saya," balas Yoora tanpa ragu, berusaha menjaga nada suaranya tetap stabil. Aktingnya cukup berhasil karena ketiganya mulai terlihat sedikit lebih santai.

"Seoul, ya? Terdengar jelas dari dialekmu," komentar pria di sebelah kanan Hae Chul sambil menyeringai tipis.

"Bos, apa yang kita lakukan dengan dia?" tanya pria lainnya kepada Hae Chul.

"Saya mohon, Tuan, { kata Yoora, memotong pembicaraan mereka } Setidaknya tolong bantu saya keluar dari tempat ini. Saya benar-benar tidak tahu jalan pulang," ucapnya dengan nada memohon. Hae Chul terdiam sejenak, lalu mengangguk kecil sambil tersenyum sinis.

"Tentu saja kami bisa membantu. Tapi.. { Ia menatap Yoora dari ujung kepala hingga kaki, membuat gadis itu merasa tidak nyaman } Itu tidak gratis." Lanjutnya dengan smirk aneh. Yoora mengangguk cepat, meskipun sebenarnya ia mulai panik.

"Apa saja yang Tuan minta, akan saya usahakan. Tolong antar saya keluar dari sini dulu, setelah itu saya akan membayarnya," jawab Yoora dengan suara mantap, meski kedua tangannya mulai basah oleh keringat dingin.

"Baiklah. Kau, Hwan, antar dia," perintah Hae Chul sambil menunjuk salah satu anak buahnya.

"Bos, saya ikut dengannya," sahut pria yang lain dengan nada bersemangat.

"Tidak perlu, tetap di sini. Kita masih punya pekerjaan yang lebih penting daripada menemani wanita tersesat," potong Hae Chul dingin. Namun, tatapannya kembali tertuju pada Yoora.

" Tuan , bagaimana jika Anda saja yang mengantarkan saya ? " Pinta yoora.

"Tunggu, kenapa anda ingin saya yang mengantar anda? Apa yang membuat anda percaya pada orang asing seperti saya,?" Ucap nya membuat langkah yoora terhenti. Yoora berusaha menahan diri agar tidak menunjukkan ekspresi takut. Ia tersenyum samar sambil berkata.

"Karena Anda terlihat lebih dapat dipercaya dibandingkan mereka, Tuan. Anda terlihat seperti orang baik." Ucap nya dengan senyuman yang di buat - buat . Mendengar itu, Hae Chul tertawa kecil, suara tawanya sumbang dan menyeramkan.

"Nona, anda tidak pernah dengar kalau air tenang itu berbahaya? Orang yang terlihat baik belum tentu baik, anda tahu?" Ucap Hae Chul sembari menatap lekat wajah Yoora yang menurut nya begitu polos.

"Tapi saya percaya pada Anda, Tuan. Tolong bantu saya..." Yoora tetap bersikeras, bagaimana pun dia harus berhasil mengalihkan perhatian Hae Chul dan anak buah nya agar Jihwan dan Taehwan bisa menyelamatkan jungsoo.

"Ini pertama kalinya ada yang percaya pada saya... dan itu seorang wanita cantik seperti anda. Bukankah ini kesempatan yang tidak boleh saya lewatkan?" Mata Hae Chul menyipit tajam, senyumnya berubah menjadi seringaian dingin. Jantung Yoora serasa berhenti berdetak mendengar kalimat itu.

"Apa maksud Anda? Tolong jangan macam-macam," ucapnya dengan suara bergetar, langkahnya perlahan mundur. Namun, Hae Chul tak menggubris. Ia meraih tangan Yoora dengan kasar dan mulai menyeretnya menuju bangunan tua di dekat mereka.

"Bukankah anda bilang percaya pada saya?. Ayo kita ke dalam, anda akan tunjukkan tempat yang lebih aman untuk anda ," katanya dengan nada mengejek.

Yoora yang sadar akan bahaya segera meronta dan berhasil melepaskan diri. Ia berlari sekuat tenaga menjauhi mereka, namun memilih jalur yang berbeda dari tempat Jihwan dan Taehwan memarkir mobil agar mereka tidak menyadari keberadaan kakak-kakaknya.

"Kejar dia! Lumayan untuk pesta kita setelah kita selesai menjual si anak manja itu," teriak Hae Chul pada kedua anak buahnya. Mereka langsung berlari mengejar Yoora.

1
Nunu Izshmahary ula
jadi itu alasannya, wah... kalau gitu mah saudara nya keterlaluan banget dong, masa cuma gara2 kehendak Tuhan mereka benci sama adik mereka selama itu...

lanjut Thor🥺🥺🥺
Nunu Izshmahary ula
mulut Seonho dari awal sampai sekarang belum ada tanda tanda tobat 😭😭😭
Nunu Izshmahary ula
penasaran deh sebenarnya kenapa lee bersaudara itu sampai sebegitu Nya sama Yoora, cuma gara gara ayahnya meninggal kah ? terus ibunya juga kemana 😩 sengaja nabung bab dari kemarin
Nunu Izshmahary ula
kayak nya rentenir nya itu orang' suruhan imo nya Yoora deh
Nunu Izshmahary ula
lagi ada di fase ini, cinta terhalang mitos budaya 🥺🫠
Nunu Izshmahary ula
mungkin sifat keras Seonho nurun dari harabeoji nya kali ya, kalau di baca bab ini kasian Seonho tapi kalau baca part Yoora sedih ke Yoora juga😅
Nunu Izshmahary ula
ini relate banget sih🤣🤣🤣
Nunu Izshmahary ula
Masa mati.. jangan dulu dong🥹
Nunu Izshmahary ula
mungkin gak sih kalau setelah ini haesung juga berubah kaya Taehwan?
Nunu Izshmahary ula
Seonho tipe tipe kakak overprotektif banget
Nunu Izshmahary ula
Mau kakak kaya Namjin
Nunu Izshmahary ula
akhir nya ada satu saudara Yoora yang tobat 🥹 wahhh
Nunu Izshmahary ula
ouh jadi Min-ho ya yang waktu itu baik sama Yoora, jangan jangan Mereka jodoh lagi☺️🤣
Nunu Izshmahary ula
semoga Yoora gapapa, saudara nya ada aja yang bikin dia celaka
Nunu Izshmahary ula
yang ini bener banget, walaupun Seonho kaya gitu tapi gimana ya . kata kata ini bener juga
Nunu Izshmahary ula
astaga Seonho 😩minta ginjal orang udah kaya minta krupuk
winterbear95
"kemarahan kakak tertuanya"😭kenapa dibayanganku malah muncul Jin hyung ngerap sih astaga
winterbear95
aku baca, imajinasi visualku nongol 7 bujang kesayanganku🥺
Nengsih
sedih banget, dari pertama baca udah mewek 😭
Nunu Izshmahary ula
pengen punya sahabat macam rea , wah ... senengnya kalau punya temen kaya gitu ya , di saat dunia membenci kita habis - habisan ada satu tempat yang bisa kita jadikan tempat pulang untuk bersandar, susah banget nyari temen yang kaya gini di dunia nyata . kebanyakan orang cuma bermuka dua dan datang kalau lagi ada butuh nya aja🥺
BYNK: Kamu pasti akan menemukannya suatu hari nanti, atau mungkin malah kamu yang jadi sahabat seperti Rea untuk orang lain. Dunia ini memang keras, tapi kebaikan kita nggak pernah sia-sia. jangan lelah jadi orang baik , semangat 💪🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!