NovelToon NovelToon
Penjahat As A Sister

Penjahat As A Sister

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Cerai / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Penyesalan Suami
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Blesssel

Pantas saja dia sudah merasa curiga pada sampul buku itu yang tidak biasa. Alih-alih sekedar buku cerita biasa, ternyata itu adalah buku kehidupan terbuka dari masa depan beberapa orang, termasuk Victoria Hain. Sebuah tokoh dengan nama yang sama dengannya.
Sebuah tokoh yang kini dihidupi oleh jiwanya.

“Astaga, jadi aku adalah kakaknya antagonis?”
Adalah informasi paling dasar dalam cerita ini.

Alih-alih sebagai pemeran utama, Victoria Feyar berakhir menjadi kakak dari antagonis perempuan bernama Victoria Hain, yang akan mati depresi karena sikap dingin suaminya.

“Baiklah, mari kita ceraikan Kakak protagonis pria sebelum terlambat.” Adalah rencana Victoria, demi melindungi dirinya dan adik pemilik tubuh dari dua Kakak beradik pencabut nyawa.

Untungnya ini berhasil, meski bertahun kemudian Victoria dibuat kesal, karena mereka tidak sengaja kembali terlibat dalam situasi utama pada konflik cerita itu dimulai.

“Kakak Ipar, mohon bantu kami....”
-
“Dalam mimpimu.” -- Victoria.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Blesssel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16

“Viona, kamu kenapa menangis sayang? tanya Maia dengan langkah tergesa-gesa, berlari menuju Putri angkatnya yang baru saja masuk.

Viona yang terkejut karena Ibu angkatnya ternyata sudah di rumah, dengan segera menghapus air mata.

Setelah kecewa melihat Remi yang ternyata bertemu Estella, dia semakin kecewa ketika melihat Remi menyerahkan coklat yang dia berikan kepada Estella. Namun itu adalah perasaan sepersekian detik yang lalu, karena saat ini dia sudah gugup. Bagaimanapun dia hanya seorang anak angkat, yang juga baru saja diangkat. Jadi Viona tidak ingin tampak buruk di mata keluarga barunya.

Tapi fakta itu hanyalah pikiran Viona semata. Karena ketika Maia menghampiri dirinya, wanita paruh baya itu dengan cepat menjadi sangat khawatir. Dia membujuk Viona dalam pengelakannya, sambil menerus menunjukkan kasihnya berharap Viona nyaman dibuat untuk berbagi.

“Baiklah, kalau kamu tidak mau menceritakan maka Ibu Maia terpaksa menelpon sekolah atau menanyakan Pak supir—”

“Ibu Maia, tolong jangan ....” Tahan Viona pada lengan wanita itu. Walaupun dia sedih dengan hal ini, tapi dia tahu ini adalah masalah yang sepele. Lebih daripada itu dia tidak ingin Ibu angkatnya merasa jengkel dan marah padanya, karena emosi yang ada terhadap lawan jenis.

Viona akhirnya tidak punya jalan selain menjelaskan, meski tentu tidak secara utuhnya.

“Ibu Maia tidak perlu bertanya pada orang lain, aku saja yang akan bicara,” ujarnya pelan.

Keduanya uang tadi berdiri, kini mendudukkan diri di sofa ruang Tv. “Ibu Maia duduklah.” Sesuai dengan perkataan Viona, Maia menurut saja karena sangat peduli pada Viona.

Viona awalnya tertunduk lama sebelum akhirnya benar-benar siap bicara. “Aku sangat malu mengatakannya Ibu Maia, karena ini sebenarnya hanya masalah kecil.” Maia menggenggam tangan Viona, memberinya kekuatan melanjutkan.

“Itu karena aku yang sensitif, melihat teman-teman meninggalkanku dan pergi ke tempat les bersama, membuatku sedikit merasa … tersisih.”

Maia yang mendengar itu awalnya kaget, tapi dengan cepat itu berubah menjadi tawa. “Ya ampun Viona, kamu buat Ibu khawatir tidak pada tempatnya hahaaa….”

Melihat tawa lepas Maia, Viona entah kenapa merasa sedikit tidak senang. Dia yang memutuskan berbohong, tapi tidak senang dengan hasilnya. Merasa bahwa Maia seperti meremehkannya. Tapi begitu, Maia tidak menertawakan Viona karena hal itu. Justru di luar dugaan, dia segera menyuruh anak angkatnya itu untuk ikut les juga.

Viona yang mendengar ini terperangah dibuat, berpikir bahwa dia bisa sekolah di sekolah sebagus sekarang sudah luar biasa. Tidak menyangka, akan bisa ikut les seperti anak orang kaya yang lain. Tapi dengan begitu kesempatan ini tidak disia-siakan Viona. Dengan begitu cepat, dia langsung memberikan nama tempat les yang sama dengan Remi dan Estella. Semakin dia pikirkan, semakin berterima kasih dia pada Maia.

“Ibu Maia terimakasih banyak. Entah bagaimana aku akan berterima kasih untuk semua hal ini ….”

Maia tersenyum lembut mendengar hal ini. Dia bahagia bahwa Viona bahagia dengannya. Bagaimanapun dia adalah wanita yang sudah lama memimpikan menjadi Ibu.

Tapi suasana hati Viona seperti remaja pada umumnya. Meski sudah senang sekarang, dia masih terganggu apabila mengingat coklat yang diberikan Remi pada Estella. Kalau saja Estella ingin berteman dengannya, Viona tidak akan merasa begitu buruk. Tapi fakta bahwa Estella menolak dirinya, membuat Viona merasa dia tidak punya pilihan selain melakukan hal yang sama.

“Kenapa melamun lagi?”

Viona menggeleng cepat. “Ti-tidak Ibu Maia, aku hanya terlalu senang. Sekali lagi terimakasih sudah sangat baik padaku.”

Maia yang mendengar ini luluh hatinya. Apalagi ketika dia mengingat pertemuannya dengan Viona, dia semakin bersyukur saja. “Terimakasih juga karena telah mau ikut dengan kami. Kalau kamu tidak menolong kami waktu itu, Ibu dan Ayah juga tidak akan disini.”

Maia membuka kedua tangannya untuk memberi pelukan. Tapi belum juga dibalas oleh Viona, itu sudah diinterupsi oleh bunyi panggilan di hp gadis itu. “Eh Ibu Maia aku permisi sebentar. Ibuku menelpon.”

Mendengar ini, Maia mengangguk dengan berat. Dilihatnya bayang Viona yang berlari masuk ke kamar untuk menelpon. Sebuah perasaan tidak nyaman selalu melintasi hatinya, manakala Viona mulai bicara dengan orangtua kandungnya. Maia tanpa sadar mengepalkan tangannya.

Di tempat lain, Victoria dengan sangat terburu-buru berlari menuju tempat pertandingan bawah tanah. Seperti namanya, maka tempat ini ada di bawah tanah membuat dia harus turun tangga. Dia takut terlambat sedikit saja dan kehilangan tujuan pentingnya datang kemari.

Tapi saking terburu-burunya, dia yang menggunakan sepatu dengan heels sejari, kontras dengan berat badannya, mengalami kehilangan keseimbangan. BRAK. “Auuuuhh! B-ngsat.”

Victoria meringis memegang dahinya yang terbentur pegangan tangga, dengan kaki yang sudah sakit setengah mati akibat terkilir. Dalam kesialan ini, sebuah suara bariton menyapanya.

“Anda baik-baik saja Nona?”

Victoria mengangkat kepalanya dan terkejut mendapati pria di depannya. Tampan dan berkarisma. Tapi tunggu, sebagai sesama penjahat dia mengenali aura orang di depannya juga sama bermasalahnya dengan dia.

“Ya, a-aku baik-baik saja.”

Mendengar ini, pria itu sedikit terkekeh tapi menyerahkan tisu. “Tangan dan lutut anda sudah kotor.”

Mata Victoria membeku pada pemberian ini, atau lebih tepatnya pada tangan si pemberi. Tangan itu, tangan kiri, tangan yang menggunakan sarung tangan hitam. Hal ini tiba-tiba menjadi sangat familiar untuk Victoria, dan entah bagaimana ingatan di dalam buku itu seolah naik ke permukaan.

Hari ini dia dalam rencana menemukan Sean, anak anjing yang akan menjadi penjaga pemeran utama wanita, atau Viona. Dia berniat untuk mengambil anjing setia ini menjadi miliknya. Tapi satu hal yang menjadi alasannya terburu-buru, yakni dia tidak datang sendirian. Ya, dia tidak sendirian dalam keinginan untuk mendapatkan Sean.

Karena pria di depannya ini, yang diceritakan akan didapatkan Sean sebagai Tuan. Pria ini akan membeli Sean dalam transaksi bawah tanah yang tidak beradab ini. Pria yang akan menjadikan anak anjing yang sudah seperti robot itu, menjadi semakin kaku dan tidak berperasaan. Hingga akhirnya kedatangan pemeran utama wanita lah yang membuka kerentanan hatinya.

Sebagai sesama penjahat, Victoria cukup memuji karakter jahat pria di depannya meski dia harus menolak sikap sopan pria itu. Karena Victoria tahu dia akan membuat marah pria itu sebentar lagi, jadi tidak ada gunanya bersikap sopan.

“Nona?”

Victoria yang tersadar menarik sudut bibirnya. Dia menatap tangan yang terbungkus dan terbuat dari besi itu, lalu naik ke wajah tampannya.

“Tidak perlu Tuan, lagipula ini adalah tempat kotor. Justru aneh datang dalam keadaan bersih.”

Victoria mengatakan ini lalu mengerlingkan matanya. Dia membuka sepatu dan memaksa kakinya berjalan dengan lebih baik, sebelum tersenyum dan mendahului pria itu.

“Bos …?”

Pria itu mengangkat tangannya, menghentikan sang Pengawal dari berbicara. Dia sedang tidak ingin diganggu saat ini, karena ini pertama kalinya dia melihat seorang wanita seperti Victoria.

“Kau lihat dia? Bukankah dia sangat aneh?”

Pengawal itu mengangguk. Dia tertawa kecil melihat Victoria, yang berjalan dengan menenteng sepatunya. Tapi tawanya bahkan belum apa-apa, ketika tangan dingin sang bos menyentuh perutnya.

“Siapa yang menyuruhmu tertawa?”

“A-ampun Bos.”

Victoria menatap dalamnya tempat itu dengan terkejut. Berpikir mungkin akibat perubahan zaman, maka tempat-tempat seperti ini harus jauh berada di bawah tanah agar bisa disembunyikan. Karena pada zamannya dahulu, tempat seperti ini hanya beberapa jengkal bisa ditemui.

“Hah, ... tapi untung tempat ini lebih baik dari yang kukira.” Nilai Victoria pada situasi disitu, yang meski banyak orang tapi sangat kondusif. Tempat yang tersedia pun hampir seperti tribun olahraga. Hanya saja, di tengahnya ada ring besi dengan orang-orang yang bergulat antara hidup dan mati.

“Saya lihat anda pertama disini Madam, maka perkenalkan saya Poison, pengelola tempat ini.”

Victoria mengernyit kaget melihat orang yang menyapanya. Dia tidak nyaman, baik dengan nama atau deretan gigi emas yang terpampang dari pria itu. Tapi begitu, dia cukup senang karena dipanggil dengan baik.

“Sudah lama, sejak terakhir seseorang memanggilku seperti itu.”

“Ohoho, … tentu saja Madam. Siapapun bisa tahu seberapa spesial anda, hanya dengan merasakan aura anda.”

Mendengar ini Victoria terkekeh sinis. Dia melipat kedua tangannya di dada. “Baik, berhenti membual. Aku ingin bertransaksi disini.”

Mendengar ucapan tanpa basa-basi ini, Poison menjadi senang sekali. Dia menanyakan transaksi seperti apa yang Victoria ingin lakukan dan Victoria menjelaskan dengan spesifik.

“Ohohooo, entah bagaimana bisa kebetulan. Hari ini saya punya yang cocok sesuai kriteria anda. Untuk memastikan dia bahkan akan ikut pertarungan malam ini, jadi Madam anda—”

Ucapan Poison tergantung di udara, manakala Victoria tiba-tiba menempel padanya dan mulutnya sudah tepat di belakang pria itu.

“Apa kau ingin menambah menu bisnismu?”

Poison tertegun sesaat karena terkejut. “Apa yang coba anda tawarkan Madam?”

1
Blesssel
Walaupun nggak komen, jangan lupa di like, di vote di hadiah ayo apa kek terserah! biar penulis tahu ada yang nunggu update
D'nindya Idsyalona
lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!