Wanita introvert itu akhirnya berani jatuh cinta, namun takut terlalu jauh dan memilih untuk berdiam, berdamai bahwa pada akhirnya semuanya bukan berakhir harus memiliki. cukup sekedar menganggumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NRmala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bulan dan Bintang tersenyum
Beberapa detik kemudian, kelas sunyi kembali. Bu Anita mulai melanjutkan ke siswa berikutnya hingga semua telah mendapatkan giliran. Setelah itu, pelajaran hari itu mulai kembali berjalan. Semua mata fokus menatap Bu Anita dengan cermat dan mendengarkan apa yang disampaikan.
Di sisi lain, Arya sesekali melirik Laura. Hatinya masih terus bertanya-tanya, "Kenapa ingin sekali ia mendengarkan semua keluh kesah yang gadis itu punya?"
**********
Jam istirahat sekolah
"Laura, ayo ke kantin. Makan bekal buatan Mba Ayem." Bisik Dinda ke telinga Laura. Laura yang asyik memasukkan kembali peralatan belajarnya ke dalam tas langsung menoleh.
"Ayo dinda!"
Mereka berdua mulai berjalan beriringan menuju kantin. Arya yang masih duduk di kursinya, terus menatap ke arah dua gadis tadi hingga hilang dari pandangan.
"Cantik ya? Laura namanya, bro!" Suara seseorang menepuk pundak Arya yang sontak membuatnya kaget.
"Eh, iya."
"Kenalin, gue Emil." Kata seseorang tadi sambil mengulurkan tangannya ke arah Arya.
"Oh iya, salam kenal." Balasnya menjabat tangan Emil.
"Gue perhatian dari tadi lu ngeliatin dia terus. Jangan deh! Susah dapetin tuh cewek! Alimnya kebangetan soalnya. Liatin cowok lama-lama atau jabat tangan sama cowok aja gak mau dia."
"Hahaha gak sih. Penasaran aja sama tuh cewek!"
"Pendiam anaknya. Temennya aja cuma itu, si Dinda. Eh yaudah ayo ke kantin! Keburu bel masuk lagi nih."
"Ayo."
Mereka berdua kemudian berjalan ke kantin. Mengisi kekosongan lambung yang telah merintih.
**********
Sore hari
Drrttt... Drrttt... Drrttt...
Handphone Laura berdering keras membuat sang pemilik berhenti dari rutinitasnya dan beralih ke handphone tersebut.
Mama❤️ melakukan panggilan video
Begitulah yang tertera di layar handphone Laura. Ia tersenyum tipis dan segera menjawab panggilan itu.
"Assalamu'alaikum, Anakku." Sapa Mamanya di sana.
"Wa'alaikumsalam, Mah."
"Gimana kabar kamu, Nak? Maaf mama baru sempat nelpon kamu. Mama kemarin, ada kegiatan kantor. Membuat mama sibuk sekali, Nak."
Mamanya terlihat begitu menyesal. Laura menatap wajah mamanya yang mulai terlihat garis-garis halus dan kelelahan. Laura tersenyum lebar. Memperlihatkan dirinya baik-baik saja, agar mamanya tidak khawatir.
"Tidak apa-apa kok, Mah! Laura baik-baik saja. Mama di sana juga jaga kesehatan yah. Istirahat juga perlu loh, mah." Ucap Laura dengan suara lembutnya.
"Iya, Nak! Yaudah Mama gak bisa nelpon lama-lama. Kamu kalau ada apa-apa, bilang ke Mba Ayem aja ya! Atau telepon mama dan ayah. Assalamu'alaikum." Telepon tersebut berakhir.
"Wa'alaikumsalam, Mah." Kata Laura lirih sambil menatap handphone miliknya.
"Assalamu'alaikum, Laurakuuuu..." Teriak seseorang yang tiba-tiba membuka pintu kamarnya. Laura yang sebelumnya duduk membelakangi pintu kamarnya, sontak berbalik dan tersenyum.
"Wa'alaikumsalam, Dinda."
"Kamu lagi apa, Laura? Temani aku keluar bentar boleh gak?"
"Kemana Din?"
"Ibu aku hari ini ulang tahun, aku pengen beli hadiah."
"Oh iya, boleh. Aku siap-siap bentar ya."
"Aku nunggu di ruang tamu kamu aja ya, Ra."
"Oke."
Dinda beranjak dari kamar Laura menuju ruang tamu. Laura mulai berganti pakaian dan menyusul Dinda. Lalu pergi bersama ke Mall mencari hadiah untuk Ibunya Dinda.
**********
Mall
"Udah Dinda? Ini saja atau ada lagi yang mau kamu cari?" Tanya Laura melihat jam yang melingkar di tangannya.
"Ini saja cukup, Laura! Habis ini kamu ikut ke rumah yah? Ibuku masak banyak dan nyuruh ajak kamu juga, makan malam bareng!"
"Hmm... Boleh deh! Ya udah deh, ayo kalau gitu, udah mau maghrib juga. Kita singgah di Masjid Agung ya. Sholat dulu, baru ke rumah kamu."
"Iya ra, Ayo." Dinda merangkul tangan Laura untuk berjalan bersama keluar dari Mall.
**********
Masjid Agung
Baru saja motor Laura dan Dinda memasuki halaman Masjid, adzan berkumandang. Dengan lekas, mereka memarkir motor lalu menyimpan bawaan mereka di dalam Masjid, dan mengambil air wudhu.
Sholat maghrib dilakukan dengan khidmat oleh seluruh jama'ah. Setelah sholat selesai, dilanjutkan dengan yasinan bersama. Hari ini adalah hari kamis (malam jum'at) yang dimana, Masjid ini mempunyai rutinitas yasinan bersama sebelum sholat isya.
Laura dan Dinda mengikuti rangkaian sholat yang dilakukan di Masjid itu hingga selesai. Mereka benar-benar khusyuk hingga sholat isya selesai. Merapikan alat sholat yang mereka gunakan, kemudian melangkah keluar dari Masjid.
Duk...
Dinda menabrak seseorang tidak sengaja. Barang bawaan dan orang itu terjatuh. Laura membantu Dinda mengambil barangnya yang jatuh tadi. Tidak disengaja, tangannya bertemu dengan tangan orang lain yang berniat membantu Dinda juga. Mata Laura sontak melihat pemilik tangan itu.
"Astaghfirullah." Ucap Laura menarik tangannya cepat.
"Maaf, Laura." Ucap orang itu sembari memberikan barang Dinda.
"Eh Arya, Emil." Sapa Dinda.
"Ngeliatin hpnya fokus banget sampai nabrak gitu, Din." Goda Emil. Arya hanya mematung melihat Laura yang terus menunduk.
"Maaf ya! Aku fokus baca chat ibuku minta aku lekas balik."
"Yaudah kalau gitu kamu balik gih! Ibumu pasti udah nungguin. Salam ya untuk ibu dan bapakmu, Din."
"Iya. Aku sama Laura balik duluan ya, Emil, Arya! Assalamu'alaikum." Dinda lantas menarik Laura yang hanya terdiam menunduk dan berlalu pergi dari pandangan Emil dan Arya.
"Oy, diliatin mulu! Gak pegel tuh mata!" Emil mengagetkan Arya yang mematung dengan mata yang terus memperhatikan Laura.
"Aku masih penasaran, Mil." Ucap Arya pelan membuat Emil tertawa kecil mendengarnya. Mereka pun ikut beranjak dari Masjid dan pulang.
**********
Rumah Dinda
"Assalamu'alaikum... Ibu .. Dinda pulang..." Teriak Dinda masuk ke dalam rumah miliknya di ikuti Laura di belakangnya.
"Waalaikumsalam... Kamu kayak lagi di Hutan, Dinda!" Jawab Ibunyza tertawa.
Dinda dan Laura menyalim tangan Ibu dan Bapak Dinda yang ternyata sudah duduk manis bersama Adik Dinda di meja makan.
"Langsung duduk aja yuk! Kita makan." Ucap Ibunya Dinda.
"Aku punya hadiah buat ibuku yang paling cantik sedunia." Ujar Dinda memberikan hadiah yang sudah ia beli bersama Laura tadi. Ibunya terlihat begitu bahagia hingga mengeluarkan air mata. Ibunya lalu mencium pipi Dinda dan berterimakasih dengan tulus kepadanya. Bapaknya Dinda, Adiknya Dinda, dan Laura hanya tersenyum melihat adegan tersebut.
"Kamu beruntung, Din! Aku rindu ayah dan mamaku, ya Allah." Batin Laura. Setiap kali melihat keluarga ini, hati Laura selalu bergejolak ingin menangis. Kehangatan yang tidak pernah ia dapatkan di rumahnya sendiri sedari masih duduk di sekolah dasar.
Mama dan Ayah Laura hanya pulang sebulan sekali. Mampir sehari, lalu balik ke kota tempat mereka bekerja. Laura bahkan, terkadang tidak melihat orang tuanya dalam sebulan. Tapi, Laura tidak pernah mengeluh sedikitpun kepada kedua orang tuanya. Ia menjadi dewasa di atas rata-rata anak seusianya.
"Ayo Laura, dimakan masakan tante." Ucap Ibunya Dinda membuyarkan semua lamunan Laura.
"Eh iya, Tante!" Ibunya Dinda menuangkan nasi ke piring Laura. Menyodorkan lauk pauk untuk dipilih sendiri oleh Laura.
"Enak banget, Tante. Buat aku rindu masakkan mamaku." Ucap Laura refleks membuat Dinda, Ibu dan Bapaknya Dinda melihat Laura lirih. Mengerti apa yang sedang dirasakan gadis cantik ini.
Laura yang sadar akan ucapannya dan sedang ditatap lirih, sontak meminta maaf. Mereka hanya tersenyum melihat Laura.
"Ibu, aku mau nambah paha ayam lagi dua ya, Bu." Suara adik laki-laki Dinda mencairkan suasana di ruang makan. Mereka semua akhirnya berbincang dan bercanda. Tawa mereka seakan didukung oleh rembulan yang menampakkan cahaya sangat terang malam ini. Bintang pun tidak mau kalah. Memanggil seluruh teman-temannya, untuk ikut merayakan kehangatan yang sedang dibangun keluarga ini untuk menghibur Laura dari rasa kesepian lagi.
Bersambung....
Baguus yaa diksinya banyaak bangeet 😍