Seorang pemuda yang di harapkan oleh kedua orang tuanya untuk jadi orang yang baik,malah terjerumus ke pergaulan yang tidak baik.
pemuda tersebut akhirnya keluar walaupun di paksa oleh kedua orangtuanya
yuk ikuti terus bagaimana kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 11
"Ada apa nih Neng! kenapa kalian panik begitu?" tanya Abahnya Zahra.
"Ini Abah! Bundanya Naira sedang di sekap oleh seseorang." jawab Zahra.
Sesudah menjawab memberikan Hp nya Naira ke Abahnya,langsung di terima oleh Abah dan melihatnya,setelah melihatnya Abah pun meminta beberapa Murid untuk membantu Naira,mereka berlima pun berangkat dengan dua mobil menuju ke lokasi,tak lama pun sudah sampai,tapi mereka berlima bingung karena ketika masuk ke dalam Gedung kosong tempatnya sepi,termasuk Bundanya Naira pun nggak ada di Gedung tersebut.
"Kok sepi Nai! apa kamu sudah meminta bantuan ke yang lainnya,karena ini ada bekas pertarungan di sini?" tanya Zahra.
"Nggak! kan saya juga dari Rumah..."
Jawaban Naira terhenti di saat Hp nya berdering,Naira pun langsung mengangkatnya.
Flashback Off
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam Nai! ini Bunda,sekarang berada di Rumah Sakit xx,kamu ke sini yah."
"Bunda..! baiklah Naira kesana sekarang juga."
Shock lah Naira ketika mendengar Bundanya sekarang berada di Rumah Sakit sedang di rawat,Naira pun mengakhiri panggilannya setelah tau alamat Rumah Sakitnya dan langsung bergegas pergi ke Rumah Sakit bersama zahra,sedangkan yang lainnya kembali ke Rumahnya Zahra.
***
Di Rumah Sakit
"Baiklah Bu! karena Keluarga Ibu sudah mau datang ke sini,jadi saya pamit yah,karena masih ada urusan yang lainnya Assalamualaikum." pamit Arfi.
"Iya Nak! sekali lagi Ibu mengucapkan terimakasih banyak,karena sudah di tolong,Waalaikumsalam." jawab Ibu tersebut.
Arfi pun menyalami tangan Ibu itu dengan takzim dan Ibu tersebut pun tersenyum,Arfi pun langsung keluar dari ruangan tersebut.
Setelah beberapa menit Arfi pergi,tak lama datanglah Naira dan Zahra ke ruangan.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Keduanya pun menghampiri Bundanya Naira dan langsung mencium punggung tangannya,keduanya pun duduk di sebelah brangkar Bundanya Naira.
"Kok Bunda bisa ada di Rumah Sakit! apa kiriman video itu bohong yah,tapi Nai lihat itu asli video Bunda di sekap,aaaa yang bener mana yah?" bingung Naira sambil teriak seraya bertanya.
"Hey! jangan berteriak begitu inget ini di Rumah Sakit,memang bener Bunda di sekap oleh beberapa orang,tapi sudah ada yang menolong Bunda." jawab Bunda Dina..
"Siapa dan ada berapa orang Tan.." ucap Zahra terpotong.
"Zahra sudah di bilang beberapa kali,jangan panggil Tante tapi panggil Bunda." potong Bunda Dina.
"Eh iya Tan eh Bunda! berapa orang yang sudah menolong Bunda,soalnya Ara barusan habis dari sana,seperti habis ada pertarungan banyak orang Bun?" kikuk Zahra seraya bertanya.
"Cuman satu orang kok Ra! yang menolong Bunda,emang sih! lawannya ada empat Penjahat yang Bunda lihat." jawab Bunda Dina.
"Hah! beneran Bun cuman satu orang?" tanya Naira,Bunda Dina mengangguk.
"Wah! pasti ilmu beladiri nya lumayan tinggi,sampai mampu melawan empat orang sekaligus gitu,jadi penasaran sama orangnya Bun." antusias Zahra.
"Menurut Bunda! apa kami berdua mengenalnya dan siapa namanya Bun?" tanya Naira.
"Nggak tau juga! kalian mengenalnya atau nggak nya,aduh Bunda lupa lagi tanya namanya,tapi kalau kalian penasaran..! Nai kamu kan ada nomornya yang barusan nelpon kamu itu pake nomornya dia." jawab Bunda Dina.
Naira dan Zahra terdiam dengan pemikiran yang sama yaitu siapa dia ini,tak lama Zahra pamit untuk pulang,sedangkan Naira langsung tidur di ruangan rawat inap Bundanya,karena harus menemani Bundanya yang sedang di rawat.
***
Keesokan Pagi
Bunda Dina terus-menerus mendesak ke Naira ingin pulang,karena merasa sudah baik-baik saja.
"Bunda yakin sudah baik-baik saja,Nai masih khawatir sama Bunda." ucap Naira.
"Nai! Bunda sudah baik-baik saja,sudah yuk kita pulang,oh iya kamu ke Administrasi dulu sana." sahut Bunda Dina sambil memberi titah.
Naira pun dengan terpaksa melangkah menuju ke bagian Administrasi untuk melunasi pembayarannya,Naira kaget karena sudah di lunasi sisa pembayarannya,tak lama pun Naira kembali ke kamar inap Bundanya dan langsung mengajak Bundanya untuk pulang,Naira akan bicara saat berada di Rumah soal siapa yang sudah melunasi nya.
Setelah beberapa menit di perjalanan barulah sampai di Rumah dan keduanya pun langsung masuk ke dalam Rumah.
"Bun! tadi kok sudah di lunasi sisa pembayarannya?" tanya Naira.
"Hah! masa sih nai,apa mungkin dia yang melunasi?" kaget Bunda Dina seraya bertanya.
"Ya mungkin saja,kalau Bunda nggak merasa melunasi,jadi sudah pasti dia yang melunasinya." jawab Naira.
"Memang kamu nggak tanya sama orang yang di bagian Administrasinya." ucap Bunda Dina.
"Aduh iya juga yah,Nai lupa Bun." sahut Naira.
"Huft..sudahlah mungkin ini rezekinya Bunda,oh iya kamu nggak ke Kampus Nai?" tanya Bunda Dina sambil menghembuskan nafas pelan seraya bertanya.
''Mungkin juga yah,nggak Bun! karena nai ingin merawat Bunda di Rumah." jawab Naira.
"Udah sana ke Kampus! mau jadi apa kamu kalau nggak kuliah,lagian Bunda juga sudah baik-baik saja." usir Bunda Dina.
"Baiklah! jika begitu Bunda Dina yang paling Cantik,Nai pergi ke Kampus dulu yah,Assalamualaikum." pamit Naira.
"Iya hati-hati Waalaikumsalam." balas Bunda Dina.
Naira pun langsung pergi ke Kampus,setelah mencium punggung tangannya Bunda,setelah beberapa menit pun sampai di Kampus,Naira pun langsung masuk ke kelas karena sebentar lagi ada jam kelas.
Setelah jam pelajaran selesai Naira langsung ke Kantin Kampus,ternyata sudah ada Zahra Sahabatnya di Kantin,Naira pun menghampiri dan mengucapkan salam,Zahra pun langsung menjawab salamnya dari Naira.
"Nai! kamu kok masuk kuliah,terus siapa yang jaga Bunda?" tanya Zahra.
"Ini juga saya berada di Kampus karena di usir sama Bunda,karena Bunda bilang sudah baik-baik saja." jawab Naira.
"Oh begitu! langsung pesen sana,biar bisa makan bersama." ucap Zahra.
Naira pun langsung memesan makanan dan minuman,tak lama pun pesanan pun datang,kini keduanya sedang menikmatinya.
***
Di Tempat lain
''Dek! hayoo langsung ikut Aa." pinta Arfi,Faqih mengangguk.
Arfi pun langsung menjalankan motornya di susul oleh Faqih dari belakang,tak lama pun sampai di depan Restoran,Faqih bingung tapi tetep mengikuti Aa nya yang masuk ke dalam sebuah Restoran.
Setelah keduanya sudah berada di dalam Restoran,barulah Arfi menyampaikan keinginannya ke Adeknya,sampai-sampai Faqih kaget dengan keinginan Aa nya yang terlalu mendadak itu.
"Ck.mendadak banget sih A?" kesal Faqih seraya bertanya.
"Ya udah! Aa kasih waktu kamu satu minggu untuk mendesain Restoran ini yah Dek,Aa minta bikinnya yang senyaman mungkin yah." ucap Arfi.
"Baiklah A! kalau Aa sudah mempercayakan ini ke Adek,nanti Adek buat yang terbaik,ya dah Adek pulang yah A! Assalamualaikum." sahut Faqih seraya pamit.
"Hati-hati Dek,Waalaikumsalam." balas Arfi.
Setelah menyalami tangan Aa nya dengan takzim,Faqih pun melangkah keluar dari Restoran untuk langsung pulang ke Rumah,tak lama setelah Faqih pergi,ada yang datang dan menghampiri Arfi.
"Assalamualaikum." ucap seseorang yang ternyata Afwi Abang angkatnya
"Waalaikumsalam Abang." sahut Arfi.
Arfi berjabat tangan dengan Abang angkatnya dan langsung mengajaknya untuk duduk,kini keduanya pun sudah duduk di ruangan Arfi.
"Kenapa kamu ngajak ketemu di sini Fi! wah apa ini cabang yang kedua kamu yah." ucap Bang Afwi.
"Maksudnya Abang apa sih...
bersambung
~*See You Next*~