Riri, gadis polos nan baik hati, selalu mendapatkan penderitaan dari orang-orang di sekitarnya. Kehangatan keluarganya sirna, orang tua yang tak peduli, dan perlakuan buruk dari lingkungan membuat kepercayaan dirinya runtuh. Di tengah kebaikannya yang tak pernah lekang, Riri harus berjuang melawan luka batin yang mendalam, merangkak dari kehancuran yang disebabkan oleh mereka yang seharusnya melindunginya. Akankah Riri mampu bangkit dari keterpurukan dan menemukan kembali harapannya? Atau akankah ia selamanya terjebak dalam kegelapan yang menyelimuti hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Fox_wdyrskwt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
༺ ༻ BAB 15 ༺ ༻
...✧༺♥༻✧...
Pulang sekolah, RiRi langsung bergegas pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ia langsung memberitahu Ibu dan Ayahnya tentang Persami yang akan diadakan di Gunung Pangrango. Ia menceritakan secara detail tentang kegiatan tersebut, termasuk tentang kehadiran kakak kelas sebagai pembimbing.
Ibu dan Ayahnya sangat mendukung rencana RiRi untuk mengikuti Persami. Mereka menyarankan RiRi untuk mempersiapkan diri dengan baik, baik dari segi perlengkapan maupun mental. Mereka juga menawarkan bantuan jika RiRi membutuhkannya.
Setelah memberi tahu orang tuanya, RiRi langsung mengambil celengannya. Ia mengeluarkan uang tabungannya untuk membeli beberapa cemilan untuk perjalanan ke Bogor besok. Ia ingin memiliki beberapa cemilan favoritnya untuk menemani perjalanannya yang cukup jauh.
Dengan uang tabungannya, RiRi pergi ke supermarket dekat rumahnya. Ia memilih-milih cemilan yang disukainya. Ia memilih berbagai macam cemilan, dari keripik, coklat, hingga permen.
Ia juga membeli beberapa minuman yang segar untuk menyegarkan tenggorokannya selama perjalanan. Setelah membeli cemilan dan minuman, RiRi langsung pulang ke rumah.
Pagi hari telah tiba. RiRi dan teman-teman sekelasnya sudah berkumpul di halaman sekolah, menunggu kedatangan bus yang akan membawa mereka ke Gunung Pangrango. Suasana penuh dengan kegembiraan dan keceriaan campur sedikit kegelisahan.
Beberapa siswa tampak sedikit gugup karena ini adalah pengalaman perkemahan pertama mereka.Lalu, beberapa alumni kakak kelas tiba. Di antara mereka, Iskandar menonjol. Iskandar dikenal sebagai kakak kelas yang paling tampan dan pintar di angkatannya. Kehadirannya langsung menarik perhatian para siswi.
Saat bus datang, siswa-siswa berlomba-lomba untuk mendapatkan tempat duduk yang nyaman. RiRi, karena sedikit lambat, akhirnya duduk di samping Iskandar yang sudah lebih dulu menduduki kursi tersebut.
RiRi sedikit kaget dan malu. Ia tidak menyangka akan duduk bersama Iskandar. Namun, Iskandar ternyata sangat ramah. Ia menyapa RiRi dengan senyum yang hangat dan mengajaknya berbincang. Mereka berbicara tentang berbagai hal, dari kesiapan untuk Persami hingga hobi masing-masing.
Beberapa siswi yang lain melihat interaksi RiRi dan Iskandar. Mereka terlihat cemberut dan kesal. Mereka berbisik-bisik dan menganggap RiRi sebagai orang yang "gatel" dan "ganjen". Mereka menilai bahwa RiRi sengaja mendapatkan tempat duduk di samping Iskandar.
RiRi memecah keheningan dengan suara yang agak gemetar karena sedikit gugup.
RiRi, "Eh, Kak Iskandar, sudah lama nggak ketemu. Oh iya, sekarang sekolah di SMA mana, Kak?"
Iskandar tersenyum lebar. Senyumnya tampak tulus dan menenangkan.
Iskandar tersenyum, "Oh, bukan SMA, RiRi. Aku melanjutkan ke SMK."
RiRi tampak sedikit terkejut, namun ia langsung menyesuaikan ekspresinya dan menunjukkan sikap yang sopan.
RiRi dengan senyum ramah "Oh, SMK ya, Kak? SMK apa?"
Iskandar "SMK BC 55 Negri. Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. dan juga bentar lagi mau ambil kuliah nanti"
Iskandar menjelaskan lebih lanjut tentang sekolah dan jurusannya dengan antusias. RiRi mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia menunjukkan ketertarikannya dengan bertanya tentang pelajaran dan kegiatan di SMK tersebut. Percakapan mereka berlangsung dengan ramah dan menyenangkan.
Sementara itu, bisikan-bisikan dari beberapa siswi yang cemburu masih terus berlanjut. Mereka menganggap RiRi sebagai orang yang mencari perhatian dan mencoba mendekatkan diri kepada Iskandar. Namun, RiRi tampak tidak mengindahkan bisikan-bisikan tersebut dan fokus pada percakapannya dengan Iskandar.
...✧༺♥༻✧...
Di tengah percakapan RiRi dan Iskandar, tiba-tiba terdengar bisikan dari beberapa siswi.
Yola. "Ih, ganjen banget! Sok cantik!"
Amel "Jelek aja belagu!"
Rika "Cantikan juga gue!"
puput "iya juga cantikan. rika hahaha"
Sara "inces sangat sok asik najong..."
Beberapa siswa lain tertawa. Suasana menjadi sedikit tegang. RiRi tampak tidak terpengaruh oleh bisikan-bisikan tersebut. Ia terus berbicara dengan Iskandar dengan ramah dan sopan.
Di dalam hati, beberapa teman RiRi merasakan dilema.
Ara dalam hati. " Aku ingin membantu, tapi takut dimusuhi juga. Biarin aja, bukan urusan ku."
Azka dalam hati. "Apakah RiRi nggak papa, ya? Menatap RiRi seolah ingin bertanya, namun ragu-ragu."
Riani dalam hati "Kalau aku bantu RiRi, pasti aku dimusuhi juga."
Sementara itu, RiRi hanya tersenyum tipis dan berpikir dalam hati:
RiRi dalam hati. "Bodo amat lah mereka. Cuma cemburu."
Ekspresi wajah RiRi menunjukkan keyakinan diri dan ketenangan. Ia tidak terlalu memusingkan perkataan para siswi yang membully-nya. Ia fokus pada percakapannya dengan Iskandar dan menikmati perjalanan ke Gunung Pangrango.
Iskandar, yang menyadari adanya bisikan-bisikan dan tatapan tidak suka dari beberapa siswi, menoleh sebentar. Ia melihat RiRi yang tetap tenang dan fokus pada percakapan mereka. Ia senyum kecil kepada RiRi, menunjukkan bahwa ia tidak terpengaruh oleh gosip tersebut.
Iskandar, "berbicara pelan kepada RiRi, namun cukup terdengar oleh beberapa siswi) Jangan hiraukan mereka, RiRi. Mereka hanya iri karena kamu pintar dan berbakat.*
Perkataan Iskandar membuat beberapa siswi yang membully RiRi terdiam. Mereka merasa sedikit malu karena perkataan mereka terdengar oleh Iskandar. RiRi tersenyum kecil sebagai tanda terima kasih kepada Iskandar.
Azka, yang sedari tadi memperhatikan situasi, merasa lega melihat RiRi tidak terlalu terpengaruh oleh perkataan para siswi. Ia juga mengamati Iskandar yang dengan halus melindungi RiRi dari perundungan.
Azka menaruh rasa hormat pada keduanya. Riani, walaupun masih sedikit khawatir, mencoba untuk fokus pada perjalanan dan menikmati suasana. Ia yakin bahwa RiRi bisa mengatasi situasi ini dengan baik. Ia juga menghargai keberanian RiRi dalam menghadapi perundungan.
Bus terus melaju. Perjalanan menuju Gunung Pangrango masih cukup jauh. RiRi dan Iskandar terus berbincang dengan ramah. Suasana di dalam bus kembali normal. Meskipun masih ada beberapa siswi yang cemberut, namun mereka tidak lagi membuat keributan.
Perjalanan menuju Gunung Pangrango memang cukup jauh dan melelahkan. Setelah berbincang selama beberapa waktu, rasa kantuk pun menyerang RiRi. Matanya semakin berat dan kepala merasakan sedikit pusing. Tanpa sadar, RiRi menutup matanya dan kepala tersandar di bahu Iskandar.
Iskandar merasa bahu kanannya sedikit berat. Ia menoleh dan melihat RiRi yang sudah tertidur dengan nyenyak. Wajah RiRi tampak tenang dan damai. Iskandar tersenyum lembut melihat RiRi yang tertidur di bahunya. Ia tidak membangunkan RiRi. Ia biarkan RiRi tertidur dengan nyenyak di bahunya.
Lama-kelamaan, Iskandar juga merasa ngantuk. Mata Iskandar juga semakin berat. Ia menyesuaikan posisi duduknya dan bersandar di kepala RiRi. Ia juga tertidur dengan nyenyak.
Suasana di dalam bus menjadi sunyi dan tenang. Hanya suara mesin bus yang berdetak dan suara pernafasan RiRi dan Iskandar yang terdengar. Beberapa teman mereka yang melihat Adegan tersebut terdiam dan sedikit iri. Mereka mengamati RiRi dan Iskandar yang tertidur dengan nyenyak di kursi mereka.
Bus terus melaju menyusuri jalanan. RiRi dan Iskandar masih tertidur pulas di tempat duduk mereka. Suasana di dalam bus tenang dan damai. Beberapa siswa lain juga terlihat tertidur karena kelelahan.
Pak Ali, guru pramuka yang ikut dalam perjalanan, diam-diam mengambil kamera dan memotret RiRi dan Iskandar yang sedang tertidur. Ia terkesan dengan kedekatan keduanya dan ingin mengabadikan momen tersebut. Ia berhati-hati agar tidak membangunkan mereka. Setelah itu, ia kembali duduk dan mengamati siswa-siswanya yang tertidur dengan nyenyak.
Beberapa siswa lain juga terlihat tertidur dengan posisi yang berbeda-beda. Ada yang bersandar di jendela, ada yang menelungkup di meja, dan ada juga yang tertidur dengan posisi yang tidak nyaman. Pak Ali tersenyum melihat keadaan siswa-siswanya yang lelah tetapi bahagia menjelang perkemahan di Gunung Pangrango.
Pak Ali juga mengambil beberapa foto siswa lain yang tertidur dengan posisi yang lucu dan unik. Ia berencana untuk menunjukkan foto-foto tersebut kepada siswa-siswi setelah perkemahan selesai. Ia yakin bahwa siswa-siswanya akan menikmati foto-foto tersebut.
...✧༺♥༻✧...
...Bersambung…...