Cinta Arumi dan Ryan ditentang oleh Mami Rosalina karena perbedaan status.
Kejadian tidak terduga ketika Arumi menabrak Reyhan yang merupakan kakak dari Ryan. Arumi diminta untuk bertanggung jawab karena Reyhan mengalami kebutaan akibat dari kecelakaan itu.
Tahu Arumi adalah mantan kekasih Ryan, Reyhan memintanya untuk menjadi istri dan mengurus segala keperluannya.
Bagaimana perasaan Arumi ketika tahu laki-laki yang dinikahinya adalah kakak dari Ryan, orang yang sangat dia cintai?
Apa yang akan terjadi kepada mereka ketika tinggal serumah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Ngidam
Bab 31
Tanpa aba-aba Reyhan melayangkan pukulan kepada Ryan. Hatinya panas dan marah mendengar ucapan saudara seayahnya itu.
"Jangan kamu ikuti jejak ibu yang jalaang itu! Suka merebut pasangan orang lain," kata Reyhan. Tubuhnya yang tadi lemah, tiba-tiba berubah jadi kuat karena dorongan naafsu.
"Siapa yang merebut? Bukannya kamu yang sudah merebut Arumi dariku, hah! Memaksanya menikah agar kamu bisa balas dendam kepadaku," balas Ryan yang tidak mau kalah membalas pukulan Reyhan.
Kedua laki-laki itu bergulat di depan mertua dan ayahnya. Sama-sama menyerang tidak mau kalah.
"Bukannya kamu yang duluan membuang dia. Aku hanya mengambil apa yang tidak ingin kamu miliki," balas Reyhan yang kini berhasil membalik tubuh Ryan sehingga ada di bawah.
Papi Rendra dan Pak Agung mencoba memisahkan mereka. Jika tidak, bisa-bisa keduanya terluka.
"Rey, kamu sudah bisa melihat?" tanya Papi Rendra dengan tatapan menelisik.
Reyhan diam tidak menjawab. Dia sengaja tidak memberi tahu siapa pun karena dia ingin mencari tahu penyebab kematian mamanya. Karena dia tidak percaya kalau itu adalah kecelakaan tunggal.
"Ya, Reyhan sudah lama bisa melihat dan tidak jujur dengan kesembuhannya itu kepada semua orang, termasuk kepada Arumi," ucap Pak Agung membalas besannya.
"Apa, jadi Reyhan sudah bisa melihat?" Mami Rosalina yang baru saja pulang mendapatkan kabar mengejutkan sama halnya dengan Ryan dan Papi Rendra.
"Untuk kesembuhan penglihatan Reyhan, kita seharusnya merasa senang," kata Bu Seruni.
"A ... iya," ujar Papi Rendra.
Kedatangan Pak Rangga dan Bu Seruni tidak membuahkan hasil. Reyhan tetap bersikukuh tidak mau menceraikan Arumi.
***
Semalam keluarga Arumi berkumpul di rumahnya dan menginap. Berkumpul dengan keluarga sedikit mengobati rasa sedih dan kesepian wanita itu.
Setelah salat Subuh, Arumi melakukan tes urin. Jantungnya berdebar-debar menanti hasil dari benda panjang kecil dan pipih itu.
"Bagaimana hasilnya, Kak?" Keluarga Arumi semua berkumpul di kamarnya.
Dengan tangan gemetar dia menunjukkan tiga alat tes kehamilan. Semua menunjukkan dua garis merah.
"Alhamdulillah," ucap Naura paling kencang. Lalu, memeluk Arumi dengan penuh semangat.
Pak Agung dan Bu Seruni menangis terharu. Satu sisi mereka senang akan hadirnya cucu yang sudah ditunggu-tunggu. Namun, di sisi lain mereka sedih mengingat keretakan rumah tangga Arumi dengan Reyhan.
"Aku akan jadi paman?" Airlangga tidak percaya sekaligus senang.
"Iya. Kak Airlangga akan punya keponakan," ujar Naura antusias.
Arumi tersenyum getir sambil mengelus perutnya. Dia senang akan punya anak, tetapi sedih karena rumah tangganya sedang di ambang perceraian.
Arumi ingin sekali makan bubur kacang ijo. Airlangga semangat untuk mencarikan tukang dagangnya. Sementara Naura semangat mau membuatkan, kebetulan dia bisa membuatnya.
Semua orang berusaha memenuhi ngidam Arumi. Katanya biar anaknya nanti tidak ngeces.
***
Setiap pagi Reyhan muntah-muntah dan lemas badannya, sehingga Bi Nina selalu membuatkan wedang jahe atau air madu campur lemon, tergantung mood sang majikan. Namun, setelah jam delapan tubuh laki-laki itu akan merasa sehat dan kuat sehingga bisa beraktivitas.
Sudah terbilang dua bulan Reyhan kehilangan Arumi. Selama itu pula dia diam-diam mencari keberadaan sang istri. Setiap malam dia lalui dalam sepi dan penyesalan. Kini, dia tahu arti cinta di dalam hidupnya. Ketika orang itu pergi, kebahagiaan dalam dirinya pun ikut hilang.
"Kita makan siang, yuk!" Brandon masuk ke dalam ruang kerja Reyhan.
Terlalu larut dalam pekerjaan membuat Reyhan tidak ingat waktu. Jika, dia tidak melakukan sesuatu, maka pikirannya akan terus dipenuhi oleh rasa bersalah dan rasa rindu kepada Arumi.
"Aku dengar ada restoran baru yang sedang viral. Modelnya makan prasmanan, dan banyak sekali jenis makanan khas daerah. Kita ke sana, aku penasaran," ajak Bram.
"Aku ikut," ujar Berry.
"Ayo!" Reyhan mengambil handphone yang selalu di letakkan di atas meja. Dia melakukan itu takut Arumi menghubungi dirinya ketika sedang kerja.
Restoran yang dimaksud oleh Bram letaknya tidak jauh dari kompleks perumahan tempat tinggal Arumi. Lebih tepatnya restoran itu ada di samping gedung kantor tempat Arumi bekerja.
Sayur kepala kakap pakai potongan nanas, terlihat begitu menggoda di mata Reyhan. Dia mengambil itu. Ketika matanya melihat rujak buah, dia juga mengambilnya.
Bram ketagihan sama serundeng ayam, sambal, dan lalap yang ada di restoran itu. Ketika dia akan mengambil sinduknya, ada tangan lain yang juga akan mengambil. Kedua tangan mereka saling beradu.
"Kamu!" Bram dan Naura terkejut ketika tahu tangan siapa yang beradu dengannya.
"Aku duluan!" ujar Bram sambil mendorong tangan Naura.
"Enak saja. Aku yang terlebih dahulu mau ambil sendoknya," balas Naura tidak mau mengalah.
Reyhan dan yang lainnya melihat kejadian itu dan bikin mereka malu. Bisa-bisanya Bram tidak mau mengalah sama seorang wanita.
"Bram, apa kamu tidak bisa mengalah?" Reyhan mendekat.
Wajah Naura mendadak tegang ketika melihat Reyhan. Dia tidak menyangka kalau laki-laki yang pernah berseteru dengannya itu merupakan teman dari suami Arumi.
"Naura?" Reyhan pun terkejut.
"Kamu kenal sama dia, Rey?" tanya Bram dan Reyhan mengangguk.
"Sedang apa kamu di sini? Apa kamu tahu di mana Arumi tinggal sekarang?" tanya Reyhan tidak sabaran.
Dikelilingi oleh empat laki-laki dewasa membuat Naura gugup sekaligus takut. Karena dia jarang berinteraksi dengan laki-laki yang asing atau tidak begitu dekat dengannya. Dia memang selalu menjaga jarak dan batasan dengan lawan jenis.
"A-ku sedang beli makanan," jawab Naura. Takut ditanya macam-macam lagi sama Reyhan, Naura memilih segera kabur dari sana. Dia melupakan serundeng ayam kesukaannya, karena yang penting dia sudah memesan kepala kakap potongan nanas pesanan Arumi.
"Naura, tunggu! Masih ada yang ingin aku tanyakan," teriak Reyhan, tetapi Naura terus saja pergi.
"Aaakh! Siial, di malah pergi," umpat Reyhan karena terhalang oleh para pengunjung yang sedang antri membeli makanan.
"Siapa wanita itu?" tanya Brandon yang terlihat tertarik oleh aura wajah dan tatapan teduh milik Naura.
Dia gadis yang saat ini tinggal di rumah Arumi, karena neneknya sedang koma di rumah sakit," jawab Reyhan.
"Dia masih gadis, belum punya pacar atau calon suami?" tanya Brandon lagi dengan semangat.
"Jangan jadikan dia mainan pemuas kamu. Dia itu wanita baik-baik," balas Reyhan yang tidak ingin Naura menjadi korban temannya yang playboy.
"Ish, aku, kan, lagi cari calon istri," ujar Brandon dan mendapat toyoran dari Berry yang tahu bagaimana tabiat temannya itu.
"Kenapa dia beli makanan di sini? Perasaan rumah orang tua Arumi jauh dari sini. Niat banget dia datang ke sini cuma untuk beli makanan," kata Berry.
"Pertama kali aku bertemu dengan wanita itu juga tidak jauh dari sini," ujar Bram.
"Jangan-jangan ...." Keempat laki-laki itu saling beradu pandang.
***