Adelia Kirani seorang mahasiswi cantik terpaksa menikahi Azzam Prasetyo mantan kekasihnya, karena sebuah jebakan.
Mereka putus karena Azzam terlalu mengekang dan berani bermain api di belakangnya.
Akankah pernikahan mereka berjalan dengan lancar?
Bagaimana cara Adel bertahan dengan sikap Azzam yang tidak pernah Ia ketahui?
Yuk simak terus kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byerlyan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Siang ini, seperti rencana sebelumnya. Azzam akan menemui om Adam untuk membicarakan lamaran dan pernikahan mereka yang akan dipercepat.
Dengan memakai kemeja putih polos yang digulung ke atas, dipadukan bawahan celana chino, dan memakai jam tangan untuk menunjang penampilannya.
Azzam sedang memandangi dirinya di depan cermin kamarnya. Berusaha menekan rasa tegangnya, dengan memikirkan alasan apa yang cocok dia gunakan saat berbicara dengan Ayah Adel tersebut.
Azzam tersentak kaget mendengar ketukan pintu yang nyaring. Berjalan membuka pintu, saat pintu terbuka, seorang maid berdiri di ambang pintu.
"Ada apa?"
"I-itu den, di bawah ada-," belum selesai kalimat yang maid ucapkan terdengar suara menggelegar sampai di lantai atas.
"Azzam keluar kamu!" teriakan itu menggema di telinga Azzam.
Mendengar suara itu, dia langsung berlari tergesa gesa menuruni tangga dari lantai tiga ke lantai dasar. Sampai di lantai dasar dengan napas ngos-ngosan, di lihatnya om Adam dengan wajah memerah menahan amarah.
"Om"
Bug
Bug
Bug
Ayah Adel itu, menghampiri Azzam lalu menarik kerah kemejanya dan melayangkan pukulan demi pukulan di tubuh Azzam.
"Cukup! Ada apa ini Adam, kenapa kau memukul putraku" ucap papa Juan menghampiri putranya yang sudah tergeletak di atas lantai.
"Tanya pada anakmu itu! Apa yang sudah dia lakukan kepada putriku, Juan!"
Sementara mama Sinta berusaha membantu Azzam bangun, dan menatap nanar dua orang yang terlibat adu mulut.
"Sudah pa! Mari duduk dulu pak Adam" mama Sinta berusaha menghentikan pertikaian ini.
Setelah mereka duduk tenang, suasana sudah cukup kondusif untuk berbicara. Tapi selang beberapa menit belum juga ada yang membuka suara disini, Azzam sibuk dengan lukanya yang sedang di obati.
"Jadi, apa yang membawa calon besan kemari dan bertindak anarkis seperti tadi."
Ayah Adam berdecih mendengar itu, calon besan katanya. "Apa yang sudah anakmu lakukan Juan, tanyakan pada dia apa yang sudah di perbuat tadi malam." ucap Ayah Adam dengan nada datar, bahkan raut wajahnya masih mengeras.
Papa Juan menatap anaknya seolah meminta penjelasan atas semua yang terjadi, tapi anak itu sama sekali tak kunjung menjawab. Dia malah menatap Ayah Adam dengan menantang.
Papa juan hanya bisa mengacak rambutnya frustasi, dia lelah menghadapi Azzam dan sekarang menghadapi ayah Adam yang sifatnya sebelas dua belas.
"Ini ada apa Azzam, kenapa sampai pak Adam marah sekali kepadamu?" akhirnya mama Sinta berusaha bicara ke putranya.
Azzam mengalihkan pandanganya pada mama Sinta, sebelum menanggapi, dia terdiam. "Saya sudah berhubungan dengan Adel, makanya saya meminta pernikahan dipercepat. Sebelum ada nyawa yang tumbuh di rahimnya. Sebenarnya, hal ini akan saya rahasiakan sampai kami menikah. Namun ternyata om Adam sudah mengetahuinya. Saya meminta maaf pada semuanya, terutama kepada om Adam. Kami melakukan karena sama sama mau tanpa paksaan siapapun, saya tidak sebejat itu untuk memperkosa Adel om."
prok prok prok, siapa sangka papa Juan malah bertepuk tangan merasa bangga pada putranya.
"Hahahaha... Apa yang papa bilang, pasti ada apa apakan ma" mama Sinta meringis lirih mendengar itu, rasanya dia ingin menutup mulut suaminya. Sungguh dirinya malu terhadap pak Adam yang berada di depannya.
"Dasar, nggak anak bapak sama saja. Sama sama gila." cibir Ayah Adam sinis.
"Om, niat saya sore ini sebenarnya ingin menemui om. Membahas pernikahan saya dan Adel. Tapi karena om Adam yang datang kesini, jadi sekalian saja. Nanti malam, saya akan datang untuk melamar Adel."
Ayah Adam hanya diam melihat betapa seriusnya Azzam pada putrinya. Tak menampik bahwa Azzam adalah menantu idamannya.
"Baik, saya tunggu kedatangannya."
"Eh eh, tunggu dulu dong besan, kita ngopi sambil main catur gimana? Kan udah lama nih nggak kumpul bareng." papa Juan mencegah ayah Adam yang akan beranjak pergi.
"Saya sibuk" jawab Ayah Adam singkat, dan pergi keluar setelah berpamitan kepada kepada mama Sinta.
Melihat calon besannya pergi, mama Sinta memukul pundak suami dengan brutal.
"Awh..awh, mam sakit dong." ucap papa Juan mencoba menangkis pukulan itu.
"Papa malu maluin, anak salah kok malah di banggain."
"Ini lagi, dasar!" menghampiri anaknya dan menjewer kuping Azzam.
"Maaf ma." ucap kedua ayah dan anak itu.
......................
Malam hari, suasana di rumah Adel tampak ramai. Acara lamaran berjalan dengan lancar, walau di bumbui dengan sedikit pertengkaran di sana. Ayah Adam masih saja menatap sinis Azzam dan juga papa Juan.
Azzam duduk di sebelah kanan mamanya, dia tidak diperkenankan duduk di sebelah Adel. Sungguh menyebalkan, rasanya dia ingin membawa Adel ke kamar.
Para orang tua sedang sibuk berdiskusi tentang acara pernikahan. Sementara calon pengantin hanya diam mengangguk patuh.
Adel merasa sangat bahagia sekali karena, untuk pertama kalinya dia merasakan bagaimana berkumpul dengan keluarga besar. Kedua orang tuanya anak tunggal, dan dia juga anak tunggal. Selama ini hidupnya cukup monoton, tapi mulai malam ini dia akan mempunyai banyak saudara.
Di momen ini hanya dihadiri Sela, para sepupu sepupu Azzam dari pihak mama Sinta, sementara papa Juan tidak mempunyai saudara dan orang tuanya pun sudah meninggal dunia. Mereka berkumpul menjadi satu, selalu bertanya kenapa lamaran ini di adakan mendadak sekali, tapi Azzam hanya diam tanpa menjawab.
Azzam sendiri mempunyai 4 orang sepupu, Niko, Nika, Miranda dan Arsen-kakak beradik. Namun miranda tampak tak suka dengan Adel, entahlah selalu menatapnya sinis. Tapi adel tak peduli.
"Jadi, kapan pernikahan kalian dilaksanakan?" tanya Oma Dewi-nenek satu satunya Azzam dari pihak Ibu.
"Seminggu lagi bu," jawab papa Juan pada ibu mertuanya.
"Kenapa buru buru, kita perlu menyiapkan segalanya bukan."
"Tau nih, kebelet banget si Azzam. Takut Adel di embat orang, cantik begitu" jawab Niko salah satu sepupu Azzam.
Dengan reflek Azzam menampar mulut Niko yang berada disebelah kirinya, Niko hanya mengadu pelan, dia mana berani melawan Azzam sang cucu kesayangan.
"Mulut lo" bisik Azzam di telinga Niko. Lalu dia menoleh ke arah semua orang yang memperhatikannya. Termasuk pada ayah Adam yang sedang tersenyum mengejek ke arahnya.
Jika seperti ini, dia mau tak mau harus menjawab. "Aku sudah mempersiapkan semuanya secara matang sejak tiga tahun yang lalu" jedanya sebelum melirik Adel lewat ekor matanya.
"Jadi, bukan masalah bagi kita berdua. Pernikahan tetap di langsungkan satu minggu lagi." Semua orang hanya mengangguk angguk.
"Adel mau pernikahan seperti apa, sayang?" tanya mama Sinta.
"Adel mau yang sederhana, hanya di hadiri kerabat terdekat saja dan tanpa resepsi mewah, tan-eh ma." jawab Adel.
"Tapi-"
"Sudahlah Azzam, biarkan Adel memilih sendiri. Kamu cukup nurut saja." sela mana Sinta ketika mendengar protes Azzam.
Adel tersenyum lebar karena mama Sinta membelanya. Ketika melihat tatapan Azzam yang tajam, senyumnya mulai redup.
Malam ini dihabiskan dengan canda tawa kedua keluarga yang akan bersatu itu. Apalagi tingkah sepupu kecil Azzam Nika adik Niko yang tingkahnya sangat lucu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
dan tak membosankan kan sama sekali
oh ya jangan lupa dukungan nya di novel ku judul nya
istri kecil tuan mafia dan juga
dia imam ku Jagan lupa mampir