Agnes menjalani kehidupan yang amat menyiksa batinnya sejak kelas tiga SD. Hal itu terus berlanjut. Lingkungannya selalu membuat Agnes babak belur baik secara Fisik maupun Psikis. Namun dia tetap kuat. Dia punya Tuhan di sisinya. Tapi seolah belum cukup, hidupnya terus ditimpa badai.
"Bagaimana bisa..? Kenapa Kau masih dapat tersenyum setelah semua hal yang mengacaukan Fisik dan Psikis Mu ?" Michael Leclair
"Apa yang telah Dia kehendaki, akan terjadi. Ku telan pahit-pahit fakta ini saat Dia mengambil seseorang yang menjadi kekuatanku. Juga, Aku tetap percaya bahwa Tuhan punya rencana yang lebih baik untukku, Michael." Agnes Roosevelt
Rencana Tuhan seperti apa yang malah membuat Nya terbaring di rumah sakit ? Agnes Roosevelt, ending seperti apa yang ditetapkan Tuhan untuk Mu ?
Penasaran ? Silakan langsung di baca~ Only di Noveltoon dengan judul "Rencana Tuhan Untuk Si Pemilik Luka"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ATPM_Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Keesokan harinya, Agnes pergi ke kediaman Lecllair untuk mengajar. Dari pertemuan pertama sampai sekarang, Agnes tidak pernah terlambat sekali pun. Selalu datang 15 atau 10 menit sebelum pukul 15:00.
Saat tiba di sana, Agnes terjun masuk kedalam obrolan karena Tuan rumah beserta anak-anaknya tengah berada di ruang tamu.
“Jadi Nak Agnes, apa ada yang Kau sukai ?” Tanya Theresia merujuk pada beberapa aksesoris yang terletak di atas meja.
Ini merupakan produk terbaru yang di keluarkan oleh Ayah dan Ibu Brigida. Aksesoris yang tetap indah, namun terselip pelacak di dalam nya. Tidak mungkin hilang, karena dapat langsung ditemukan. Agnes sudah menolak beberapa kali, namun Theresia kembali memaksa.
“Nyonya Theresia, Aku tidak begitu menyukai aksesoris. Sungguh,” ucapnya sambil membayangkan wajah Lusia, sang adik. Ujung-ujungnya akan tetap di rampas, sama seperti Dress yang Agnes gunakan semalam, kini sudah tergantung di lemari pakaian Lusia.
“Tapi Ayah dan Ibu menyuruhku untuk memberikan nya pada Kak Agnes. Aku selalu menceritakan tentang Kaka pada Mereka, jadi Ku rasa ini hadiah dari Mereka. Mau yaa..” Bujuk Brigida dengan sungguh-sungguh.
“Bagaimana dengan Bros ? Kau bisa menyimpan ini didalam tas, dan memakainya saat ingin keluar.” Tutur Michael saat mendapati tatapan Agnes terus tertuju pada Bros dengan permata hitam di atas meja. Dipoles dan dibentuk dengan sangat indah.
Agnes kembali berpikir. Bros ini akan aman jika Dia tidak memakai nya di hadapan Lusia.
“Baiklah, Aku ambil yang ini. Terimakasih.”
“Ku dengar pertunangan Mu dan Putra keluarga Eklet sudah dibatalkan. Apa itu benar ?” Sambung Feliks.
“Padahal baru tadi malam dibahas. Apa informasi nya langsung tersebar luas ?”
“Bagaimana tidak ? Wanita yang hamil itu sudah pergi bersama Charles Eklet ke rumah sakit dan menggunggahnya ke sosial media. Tidak ingin peduli pun akan tetap mendengar fakta ini karena jadi topik pembicaraan dimana-mana.”
“Bagaimana tidak menjadi topik, Sayang ? Putra Tuan Antonio seakan tengah mengulangi adengan dirinya di masa lalu. Alasan Dia harus menikah dengan Paulina, dan bukan dengan tunangan yang sudah di atur keluarga.” Sambung Theresia membiarkan Feliks memasangkan kalung di lehernya.
“Aku tidak memiliki urusan lagi dengan hal itu, Tuan dan Nyonya Lecllair.” Tutur Agnes sambil melihat jam tangan. “Ini sudah waktu nya untuk belajar, Brigida.”
“Kami pergi ke perpustakaan dulu,” pamit Brigida yang langsung berdiri dengan semangat.
Michael pun ikut berdiri dan berjalan di belakang Agnes dan Brigida. Setelah melewati tangga, Michael bersuara.
“Seperti apa reaksi Charles tadi malam ?”
“Dia hanya terus menatap Laras sampai bola Mata nya hampir tercabut. Dia tampak kesal karena Laras hamil.”
“Tidak, bukan itu. Apa Dia tidak menunjukkan gelagat aneh ? Kau peka, Agnes. Kau pasti merasakan sesuatu.”
“Hem..” Agnes kembali berpikir. Dia tinjau kembali kejadian semalam.
“Saat Kami datang, Charles sempat terpukau saat melihat diri Ku yang memakai Dress. Namun Dia tidak bisa fokus pada hal ini saja, karena ada Laras dan pembahasan penting yang Ku bawa.”
“Setelah itu?” Desak Michael.
“Apa ya ? Ah! Saat pulang, Dia menatap Ku dengan kesan yang berbeda. Kesan yang tidak pernah kurasakan. Membuat Ku merinding untuk sesaat.”
“Haahh..” Michael mengeluarkan tangannya yang terus bertengger di saku celana, dan mengambil bros yang masih Agnes pegang.
Dia pasangkan ditengah dada Agnes usai meminta ijin sambil berucap, “Kapan Kau akan mengemudi sendiri saat berpergian ?”
“Mungkin dua minggu lagi mobil Ku sudah selesai di Service. Memangnya ada apa Tuan Michael ?”
“Kalau begitu tolong untuk terus memakai Bros ini.”
Agnes menaikan satu alisnya. “Apa harus selalu di pakai ?”
“Ya! Kalau Kau menolak, maka jangan keberatan Ku antar jemput kemanapun.”
“Baiklah, akan Ku pakai terus.” Jawab Agnes tanpa berpikir lama.
“Good Girl.”
Setelah itu Mereka berpisah di depan perpustakaan. Michael kembali menghampiri Feliks dan Theresia. Ada pembahasan tentang aksesoris yang belum dituntaskan.
Lalu di sisi lain, di tempat yang jauh dari kediaman Lecllair, terdapat seseorang yang tengah menerima telepon.
“Saat ini Dia tengah menjadi Guru les. Dia selalu keluar dari rumah pukul 14:30 menaiki Taxi dan pulang saat mendekati jam 18:00 sore.”
“Kapan jadwal les untuk pertemuan berikutnya ?”
“Dua hari lagi, Bos.”
“Bagus. Sewa sebuah Taxi dan Kau kemudikan sendiri. Kau paham maksud Ku kan ?”
“Tentu Bos. Mau kuantar kemana ?”
“Ke Penthouse hijau.”
“Satu jam perjalanan. Anda yakin, Bos ?”
“Tentu. Agar Dia tidak akan bisa melarikan diri. Tidak perlu takut, Aku akan membayar tiga kali lipat dari biasanya.”
“Baik Bos.”
Sambungan telepon terputus. Pria yang di panggil Bos tadi tengah duduk sambil memegang sebotol Tequila. Penampilannya sungguh berantakan.
“Huuh, Agnes. Jika Aku tidak bisa menikahi Mu, setidaknya Aku harus mendapatkan tubuh Mu. Aku hanya akan mencicipi nya sedikit saja. Tubuhmu itu...” Dia terdiam. Benaknya menampilkan kembali bagaimana penampilan Agnes kemarin malam. “...Hahaha, sangat menggoda.” Tuntasnya sambil berjalan ke Toilet. Membayangkan tubuh Agnes kemarin saja sudah berhasil membuat nya mengeras di bagian bawah.
...*** ...
Dua hari kemudian...
Pukul dua siang, Agnes tengah bersiap-siap. Kini rumah nya kosong. Ayah, Ibu, Kakak dan Adiknya tengah pergi ke luar kota. Ada acara keluarga yang harus di hadiri selama seminggu, namun Agnes tidak bisa ikut. Dia harus mengajar, mengatakan tidak bisa mengambil cuti karena keluarga yang memakai jasa nya tidak memberi ijin. Padahal itu hanya alasan yang di buat-buat. Agnes tidak ingin pergi. Itu saja alasannya.
30 menit kemudian, Agnes keluar setelah memakai Bros dengan permata hitam dan menyemprotkan parfum. Tangan nya langsung menghentikan Taxi yang lewat.
“Syukurlah langsung ada Taxi.” Tuturnya dan naik.
Saat Agnes membuka pintu mobil, wajah nya langsung mengerut menahan bau tajam yang menerjang indra penciuman.
“Maaf Nona, penumpang sebelumnya menumpahkan parfum. Kepala Saya pun pening karena bau ini. Anda tidak perlu memaksakan diri untuk naik.” Tutur pengemudi itu dengan sopan.
Agnes terlihat berpikir sejenak. Jika menunggu lagi, Dia akan terlambat. Alhasil, Dia pun masuk dan duduk, tak lupa memakai sabuk pengaman.
“Tidak apa-apa, Pak. Saya bisa menahan bau ini.” Kata nya sambil mengeluarkan sapu tangan.
Mobil itu kembali melaju. Semua jendela di turunkan untuk menghilangkan bau menyegat didalam mobil.
10 Menit kemudian, kepala Agnes mulai terasa pusing.
“Parfum merek apa yang tumpah ? Baunya sukses membuat kepala Ku pusing.” Batinnya mulai mengedipkan mata berkali-kali.
Pandangan nya mulai rabun. Nampak pengemudi mobil itu memasang smirk di wajahnya. Itu terlihat di spion mobil. Agnes langsung merasakan situasi berbahaya.
“..Aku harus.. Keluar...” Jemari tangan yang ingin meraih gagang pintu mobil jatuh ke pangkuan. Agnes kehilangan kesadaran.
“Bos, Aku menuju ke Penthouse hijau.”
“Kerja bagus. Aku menunggu kedatangan Mu.” Ucap Charles sambil memainkan sebuah pil obat di tangannya. “Kau yang akan memohon untuk di cicipi, Agnes. Cepatlah datang, agar Kita bisa membuat memori indah bersama.”
...*** ...
Jangan lupa like dan Komen ya. Thank you so much Darling~♡