Difiar Seamus seorang penyihir penyedia jasa pengabul permintaan dengan imbalan sesuka hatinya. Tidak segan-segan Difiar mengambil hal berharga dari pelanggannya. Sehingga manusia sadar jika mereka harus lebih berusaha lagi daripada menempuh jalan instan yang membuat mereka menyesal.
Malena Safira manusia yang tidak tahu identitasnya, pasalnya semua orang menganggap jika dirinya seorang penjelajah waktu. Bagi Safira, dia hanyalah orang yang setiap hari selalu sial dan bermimpi buruk. Anehnya, mimpi itu merupakan kisah masa lalu orang yang diambang kematian.
Jika kalian sedang putus asa lalu menemukan gubuk tua yang di kelilingi pepohonan, masuklah ke dalam penyihir akan mengabulkan permintaan kalian karena mereka pernah mencicipi rasanya ramuan pengubah nasib yang terbukti ampuh mengubah hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gaurika Jolie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertanya-tanya Siapa Aku?
Dua orang suami istri tengah berbahagia atas pernikahan mereka yang berlangsung lancar dan haru. Kini, mereka menghabiskan banyak waktu berdua dipenuhi keromantisan pasangan baru di rumah sederhana.
Pria itu bernama Gito menyambut istrinya sepulang dari bekerja di toko kelontong yang menghidupi keluarga kecil mereka. “Sayang capek? Mau makan apa?”
“Apa aja, Sayang.” Istrinya memeluknya yang langsung dibalas pelukan hangat juga.
Sontak Safira menutup wajah dan seketika dirinya berpindah tempat yang berada di kamar mereka, bedanya ada bayi tampan tengah tidur di tengah-tengah mereka. Safira berdiri di dekat mereka seolah dirinya hanya bayangan.
“Mas, kapan bayar utang biaya rumah sakit? Kemarin ditagih sama tetangga katanya butuh buat resepsi anaknya,” ungkap sang istri yang muak melihat suaminya terus menganggur.
Pria yang tengah menghibur anaknya itu langsung melihat istrinya. Dia pun lelah mendengar keluhan masalah uang terus. “Aku juga udah cari pekerjaan tapi nggak ada yang mau terima lulusan SD!”
“Kamu lebih usaha lagi dong, Mas! Aku udah nggak kerja karena fokus mengurus anak. Apa kamu di rumah menyusui anak biar aku yang kerja?” tanya istrinya yang beralih menggendong anaknya.
“Aku udah berusaha kerja serabutan biar bisa makan setiap hari, Bu,” bela Gito yang ikut terbawa suasana.
“Apa keperluan kita cuma makan? Baju, popok, dan lain-lain memang beli pakai daun, Mas? Aku bilang jangan punya anak dulu sebelum ekonomi stabil,” tuturnya selembut mungkir agar tidak terjadi keributan.
Namun, istrinya yang mulai duluan itu memancing emosi suaminya. “Uang terus yang kamu pikirin! Anak pembawa rejeki nggak boleh kamu salahi! Aku akan usaha cari uang lagi.”
“Halah, aku muak dari dulu bilang gitu terus hasilnya cuma buat judi, kan?” terka sang istri yang meninggikan suara. “Bukannya untung malah rugi!”
Tanpa pikir panjang, Gito melayangkan satu pukulan yang mendarat di wajah istrinya. Seketika ketegangan bisa dirasakan Safira. Dia hanya bisa menutup mulutnya.
Brugh!
Bayi mungil yang tertidur lelap itu langsung menangis. Istrinya tidak percaya suami yang menyayanginya kini berani main tangan.
“Mas, selama hidupku sama sekali belum pernah merasakan dibentak atau dipukul sama orang tuaku. Kamu yang pertama kali memukulku padahal kamu janji melindungiku,” cicit wanita itu yang melihat suaminya takut.
Gito menuding istrinya. “Makannya itu kamu tumbuh jadi orang yang lemah! Manja!”
“Manja? Selama kita nikah yang kerja aku, Mas! Kamu cuma main dan tidur sama sekali nggak pernah bantuin beres-beres!” ungkap sang istri yang mulai membongkar isi hatinya.
“Argh!!!” Gito langsung mendorong tubuh istrinya ke kasur untungnya dengan sigap melindungi tubuh mungil anaknya agar tidak tertindih.
Emosi Gito sudah tidak bisa dibiarkan lagi. Safira yang hendak memukul pria di depannya langsung kecewa karena sama sekali tidak tersentuh.
“Lebih baik kita pisah dulu, Mas. Kamu pikirin kesalahan kamu biar kita sama-sama bisa membicarakan kelanjutan hubungan kita,” ucap istrinya yang berkemas-kemas baju serta barang-barangnya.
Gito langsung sadar, dia mencegah istrinya pergi. “Maaf, Bu, aku menyesal! Aku nggak tau apa yang aku lakuin karena terjadi gitu aja. Setidaknya aku harus lihat anak kita tumbuh dewasa.”
“Nggak akan aku biarkan anakku tumbuh bersama orang kasar seperti kamu. Nggak berguna, menyusahkan, hanya mau enaknya! Dasar laki-laki keparat!” umpat wanita itu lalu menggendong anaknya serta membawa sebagian barangnya. “Nanti adikku ke sini ambil barang-barang!”
“Sayang, kita bicarakan baik-baik sekarang, ya?” pinta pria itu yang berusaha mencegah istrinya.
Tanpa peduli sang istri menendang suaminya hingga kesakitan. “Rasakan itu!”
“Kenapa kamu jadi gini karena masalah uang? Kamu dulu nggak masalah hidup sederhana, kan?”
“Aku nggak masalah hidup sederhana atau miskin selama kamu mau kerja keras dan nggak kasar sama aku apalagi anak kita. Aku ini realistis, Mas! Semua butuh uang. Hidup kita bukan sederhana, tapi kekurangan, bahkan miskin pun masih bisa beli apa yang mereka mau!” ungkap segala kegundahan hati istrinya yang ditahan bertahun-tahun kini telah tersampaikan.
“Jadi, kamu menyesal menikah sama aku?”
Istrinya tertawa miris. “Menurut kamu gimana? Pikir baik-baik apa yang udah kamu perbuat selama kita menikah!” bentaknya lalu menutup pintu dengan kencang sampai Safira terkejut.
Safira terengah-engah setelah wanita tadi dalam mimpinya membanting pintu. Kepalanya terasa berat karena mimpi tadi seolah nyata, yang bisa dia lakukan hanya menjambak rambutnya agar kepala yang pusing hilang.
“Sebenarnya aku ini apa?”
Safira hanya bisa duduk menatap langit-langit kamar. "Baru bertemu Gito udah bisa melihat masa lalunya lewat mimpi. Aku yakin mimpi tadi bukan sekedar bunga tidur aja."
"Aku merasa benar-benar menjelajah waktu. Bukannya Gito membutuhkan pertolongan? Aku harus bantu dia karena pernah pinjam uang ke aku juga."
Wanita banjir keringat itu kembali merebahkan diri. Dia mengembuskan napas lelah.
"Keanehan dalam hidupku nggak cuma ini aja. Memang ada manusia bisa membaca pikiran?"