Melissa Permata Sari, gadis muda yang nekat menjual keperawanannya demi melunasi utang keluarganya sebesar 150 juta. Di hotel tempat "transaksi" berlangsung, ia justru bertemu Adrian Sutil, pria tampan dan kaya yang bukan mencari kesenangan, melainkan seorang pengasuh untuk putrinya yang berusia tiga bulan.
Adrian memberikan penawaran tak biasa: jika Melissa berhasil membuat putrinya nyaman, separuh utang keluarganya akan lunas. Namun, ada satu masalah—Melissa belum bisa memberikan ASI karena ia masih perawan. Meski sempat ragu, Adrian akhirnya menerima Melissa sebagai pengasuh, dengan satu syarat tambahan yang mengubah segalanya: jika ingin melunasi seluruh utang, Melissa harus menjadi lebih dari sekadar pengasuh.
Bagaimana Melissa menghadapi dilema ini? Akankah ia menyerahkan harga dirinya demi keluarga, atau justru menemukan jalan lain untuk bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Mauren Si Wanita Kendor
"Maaf Melissa , untuk urusan ini kami tidak bisa membantu. Ini bergantungan dengan pekerjaan kita, tapi sebisa mungkin kita akan mengurusmu, merawat dan melayanimu seperti nyonya di sini ," ucap Yani. Pernyataan yang sulit dipercaya oleh Melissa .
Namun bagi mereka yang mendengar sang majikan menodai seorang gadis labil, membuat mereka kecewa, terlebih gadis itu telah memiliki kekasih.
"Penjagaan juga sangat ketat Melissa , setiap pintu ada bodyguard, bahkan kamu keluar dari pintu kamar ini kamu bakal lihat deretan para anak buah bapak yang menjaga," sahut Sasa.
Mereka tampak sedih, melihat Melissa menangis terisak seperti wanita yang tidak ada masa depannya. Rasa iba dan empati mereka seketika keluar.
"Bertahanlah dulu, mungkin selama kontrakmu habis dia akan membebaskan!" ujar Yani.
"Bertahan apa, Mbak?
Bertahan jadi budak nafsunya?
Andai malam itu aku lebih memilih ditiduri ketimbang pekerjaan, gak mungkin sekarang aku dikurung kayak gini. Aku lebih sukarela ditiduri laki-laki lain, daripada majikan brengsek kalian!"
Suaranya terdengar bergetar.
Melissa masih ingat bagaimana wajah Adrian saat menggagahinya semalam. Dari situlah kebenciannya semakin membara.
"Kamu sudah jadi milik dia, Melissa !" ungkap Sasa.
"Yang boleh miliki aku cuma ayahku, Mbak. Mulai saat ini aku akan benci dia selamanya!"
Sasa dan Yani menatap nanar gadis bernasib malang itu. Di umur yang masih sangat belia, Melissa sudah kehilangan perawan.
Terlebih mengingat anak itu ingin melanjutkan cita-citanya setelah keluar dari pekerjaan ini. Ya, ia hanya anak piatu yang sudah banyak berkorban demi keluarganya.
Meski awalnya memang berniat menjadi wanita malam, tetapi jatuh ke dalam pasungan Adrian terasa lebih buruk. Bagi Melissa , Adrian adalah pria jahat yang tidak bisa menghargainya.
"Aku mau ketemu kak Andres, aku rindu dia!" Melissa kembali menangis pilu, ia merebahkan badan dengan selimut yang ditutup hingga leher. Sasa dan Yani pun hanya mampu menyaksikan kemalangan gadis itu.
***
"Mauren aku sedang tidak mood diganggu!"
Adrian terus mengelak ciuman yang terus-terusan diberikan oleh Mauren. Jika dulu pria itu sangat mengemis cintanya, kini dunia seakan berbalik.
"Kamu berubah, Et. Mendiang istrimu cukup parah mengubahmu, jadi seperti ini. Ingat, dia sudah mati!"
"Jangan membahas yang sudah tiada!"
Bukan melupakan, tetapi jauh dari sebelumnya Adrian sudah sangat merelakan sang istri, meski membutuhkan waktu cukup lama untuk berdamai pada dirinya. Sejauh ini yang sudah tiada sudah terkenang di dalam hati.
"Tapi yang sudah tiada terus kamu ingat. Adrian , aku hadir kembali cuma buat kamu, aku yang akan menutupi semuanya!"
"Sudah tidak seperti dulu lagi, Mau. Aku rasa kita cukup saling mengenal saja. Berhentilah mengunjungiku di kantor, ini tempat kerjaku!"
Secara terang-terangan Adrian mengusir perempuan modis di hadapannya. Seakan membuat pernyataan untuk Mauren mundur, dan menyerah.
"Baiklah, senjata terakhirku adalah orang tuamu. Lihat saja nanti!"
***
Malam hari, adalah waktu yang sangat tidak disukai oleh Melissa . Saat-saat di mana menit dan detik yang menjadi ketakutannya.
Karena, sebentar lagi ia akan kembali menatap wajah Adrian .
Suara kenop pintu sudah terdengar, gagangnya pun bergerak. Ya, akhirnya wajah itu muncul kembali.
"Bebasin saya!" tegas Melissa .
Adrian memberinya senyuman miring, lalu acuh dan sibuk melepaskan bajunya. "Nanti!"
"Jangan jadi baj*ngan pak Adrian , Anda sudah mengambil hak seorang wanita pelac*r, itu berarti apa yang kamu bayar sudah kamu rasakan!" tandas Melissa .
Adrian menoleh, menatapnya dengan intens. Saat pria itu merangkak menghampiri Melissa , saat itu perempuan tersebut memundurkan diri.
"150 juta, itu terlalu banyak untuk satu malam Melissa . Apalagi perempuan seperti kamu yang mungkin harga pasarannya under 1 O juta permalam!"
"Sialan!"
"Tapi kamu jadi yang pertama, aku bisa dapat dari pria lain yang jauh lebih kaya darimu. Aku bisa menjual keperawananku ini lebih dari harga hutang yang kamu bayar. Aku benar-benar menyesal!"
"Salahkan jokimu, dia yang mempertemukan kita. Lagipula, tanpa aku, kamu tidak akan bisa bertemu dengan bodyguardku itu! Jangan terburu-buru ingin bebas karena cinta, bisa saja kehidupanmu di sini jauh lebih baik! Kamu tinggal, makan, minum, menggunakan semua yang ada, sementara di luar tanpa uang.
Apa bisa?"
Kata-kata Adrian itu seakan membuat Melissa ingin meludah saat itu juga. Ia sangat benci senyuman khas majikannya.
"Bahkan kehidupan tanpa uang sepeser pun lebih baik ketimbang hidup di sini!"
Adrian menegakkan dirinya sambil tersenyum, seakan ia sangat menganggap remeh ucapan Melissa . Dengan bertumpu di kaki yang ia tekuk. Saat itu, pria tersebut bergerak membuka ikat pinggangnya, bersiap untuk yang kedua malam ini.
"Untuk menyelesaikan kontrakmu rasanya sayang sekali jika aku lakukan satu kali. Mungkin, beberapa kali lagi akanku lakukan, sebelum membebaskanmu!"
Adrian mulai menyerang. Seharian tadi ia dibuat tak fokus bekerja karena terus mengingat gadis yang ia tawan di dalam kamar. Merupakan perempuan yang mampu memberikan kesan saat bercinta.
Mungkin, besok pagi akan ada banyak goretan petir di punggung laki-laki itu sebagai tanda pemberontakan Melissa .
***
Keesokan hari.
"Pak, apa nona Chia anteng?"
tanya Yani.
"Kita merindukannya," sahut Sasa.
Adrian terkekeh. Sambil menikmati sarapan, pria itu berbincang sedikit dengan para pekerja di rumahnya. "Dia anteng dengan mama, tapi memang terkadang takut kalau lihat papa.
Entahlah si tua bangka itu memang membawa vibes yang negatif, dia hanya menginginkan cucu laki-laki!"
Sasa dan Yani hanya mampu tersenyum kaku menanggapi.
"Oh ya, beberapa hari lagi saya akan dinas ke luar negeri. Jaga Melissa baik-baik, apabila dengar kabar dia kabur, pekerjaan kalian juga hilang!"
Kedua pelayan itu menelan salivanya kuat-kuat, saling menatap seakan memberikan pikiran masing-masing.
"Ba-baik Pak!"
"Satu lagi ada yang harus saya sampaikan, tapi dengan cara berbisik. Kemarilah kalian!"
***
Seusai melayani sarapan Adrian , kini mereka menyediakan sarapan juga untuk Melissa . Namun, yang dibawa oleh Sasa di sebuah nampan membuat Melissa bertanya.
"Mau apa kalian?"
"Sebelum makan kita mau manicure Nona ... ah ya, sesuai perintah mulai sekarang kita akan memanggilmu Nona lagi," ucap Sasa tersenyum riang.
"Berikan tanganmu, Nona!"
"Gak mau!" Melissa menyembunyikan tangannya di belakang. Namun, berkat paksaan mereka, Sasa dan Yani berhasil mendapatkan tangan cantik itu.
"Maaf Nona, kita hanya menjalankan perintah dari bapak. Tolong jangan memelihara kuku lagi!" ujar Yani.
"Ya, tadi kita melihat banyak goresan luka di punggung. Bapak gak mau nahan sakit semalam, jadi ini yang dia suruh," jelas Sasa.
Melissa justru menangis mendengar pernyataan mereka. Perempuan itu menyadari sesuatu. Seketika emosi dan kesedihannya tidak terkontrol sampai mengamuk di hadapan mereka.
"Tega kalian, sama aja kalian berdua jerumusin aku ke dalam nerakanya Adrian . Aku bukan budak nafsu, aku bukan wanita pemuas, aku gak mau terus-terusan jadi kuda dia. SAKIT, KALIAN GAK TAU RASANYA SAKITNYA KAYAK GIMANA!!"
Suara pecahan piring terdengar bersamaan dengan lengkingan suara serak Melissa saat berteriak. Ya, perempuan itu membuat kedua pekerja tersebut kaget karena berhasil membanting makanan yang mereka bawa.
"Nona tenanglah!"
Bersambung ~