NovelToon NovelToon
Cinta Gadis Rusuh & Konglomerat

Cinta Gadis Rusuh & Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Fantasi Wanita
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Pinky, gadis rusuh dan ceplas-ceplos, tergila-gila pada Dev Jaycolin meski cintanya selalu ditolak. Suatu kejadian menghancurkan hati Pinky, membuatnya menyerah dan menjauh.

Tanpa disadari, Dev diam-diam menyukai Pinky, tapi rahasia kelam yang menghubungkan keluarga mereka menjadi penghalang. Pinky juga harus menghadapi perselingkuhan ayahnya dan anak dari hubungan gelap tersebut, membuat hubungannya dengan keluarga semakin rumit.

Akankah cinta mereka bertahan di tengah konflik keluarga dan rahasia yang belum terungkap? Cinta Gadis Rusuh & Konglomerat adalah kisah penuh emosi, perjuangan, dan cinta yang diuji oleh takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Mark menghentikan mobilnya di depan apartemen sederhana. Sania dan Jenny turun dari mobil terlebih dahulu, sementara Mark membuka bagasi untuk mengeluarkan dua koper besar. Udara pagi terasa dingin, namun suasana hati mereka justru memanas dengan berbagai kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi di apartemen ini.

Mereka bertiga melangkah masuk ke dalam gedung itu dengan langkah berat. Setiba di depan pintu unit apartemen yang ditempati oleh Pinky dan Ruby, suasana menjadi semakin sunyi. Pintu apartemen tampak sedikit terbuka.

Mark mengernyitkan dahi ketika menyadari hal itu. “Kenapa pintunya tidak dikunci?” gumamnya dengan nada curiga. Ia mendorong pintu perlahan.

Pintu terbuka, memperlihatkan Pinky yang berdiri di tengah ruangan kecil itu. Gadis itu memegang sebuah bola baseball di tangannya, sementara di sampingnya ada kardus penuh bola serupa. Wajahnya yang biasanya terlihat dingin kini dihiasi senyum tipis yang sulit ditebak maksudnya.

“Hai, selamat datang!” sapa Pinky dengan suara ceria yang terdengar dipaksakan.

Mark menatap Pinky dengan pandangan bingung. “Pinky, apa yang kamu lakukan dengan bola baseball itu?” tanyanya sambil menunjuk kardus di samping Pinky. Sorot matanya menyiratkan keheranan.

Pinky mengangkat bola itu dengan santai, mengayunkannya sedikit sebelum berbicara. “Papa, Bibi, dan adikku yang manis, bola ini hadiah untuk menyambut kedatangan kalian. Aku sangat miskin dan tidak bisa membeli hadiah yang lebih baik untuk kalian.” Ia tersenyum manis, namun nada suaranya terdengar sinis. “Oh, satu lagi, kalian harus bisa menerimanya dengan baik.”

Jenny, yang sejak awal tampak kesal, melipat tangannya di dada. Ia memutar bola matanya sambil berbisik dengan suara yang sengaja dibuat terdengar, “Dasar miskin.”

Pinky, bukannya marah, justru tersenyum lebih lebar. Tatapannya tajam meski ia tetap menjaga nada bicaranya ramah. “Iya, aku tidak sekayamu, Jenny. Ibumu kaya raya, dan papamu membiayai semua keperluanmu. Sedangkan aku? Aku hanya anak terlantar yang harus mencari uang sendiri. Jadi wajar, kan, kalau hadiahnya begini?” Pinky tertawa kecil, membuat suasana semakin tegang.

Jenny mendengus kesal dan mengalihkan perhatian. “Mana kamarku?” tanyanya sambil melangkah masuk, namun langkahnya segera dihentikan oleh Pinky yang berdiri tegak di depannya.

“Siapa yang mengizinkanmu tidur di kamar?” Pinky menyilangkan tangannya di dada. “Di sini hanya ada dua kamar. Satu untukku dan satu lagi untuk mama. Kalau kalian bertiga ingin tinggal di sini, tidurlah di ruang tamu, sofa, atau dapur. Pilih saja.”

Jenny melotot, wajahnya memerah karena amarah. “Apa?!” teriaknya, suaranya menggema di ruangan kecil itu. Sania, yang sejak tadi diam, segera mendekati Mark.

“Mark, sepertinya Pinky sengaja ingin mempersulit kita,” ujar Sania dengan nada lirih namun penuh tekanan. Matanya menatap Pinky dengan tajam.

Mark menarik napas panjang. Ia berusaha menahan emosinya sambil menatap putrinya dengan wajah tegas. “Pinky, jangan banyak bicara. Siapkan kamar untuk bibimu dan adikmu. Kau dan ibumu tidur saja satu kamar. Papa akan tidur di ruang tamu.”

Pinky menggeleng perlahan sambil menyeringai. “Tidak bisa, ini adalah rumahku dan mama. Tamu hanya bisa tidur di luar kamar. Mama juga setuju, jadi kalian bertiga harus patuh. Kalau tidak, pintunya masih terbuka. Kalian bebas pergi.”

Mark memandang Pinky dengan kemarahan yang jelas terpancar di wajahnya. Suaranya meninggi, nyaris membentak. “Jangan menimbulkan masalah lagi, Pinky! Bisakah kau sedikit seperti adikmu yang anggun dan sopan? Jangan kasar!” Nada bicaranya mencerminkan kekecewaan yang mendalam, seolah berharap Pinky bisa berubah.

Namun Pinky malah tersenyum tipis, tatapannya tajam penuh sindiran. “Tidak bisa! Kalau aku mirip denganmu, mana mungkin aku bisa anggun,” balasnya dengan nada tajam, langsung menyerang ego ayahnya. Ucapannya penuh sarkasme, membuat Mark mendengus kesal.

Mark mencoba menahan amarah, meski jelas terlihat usahanya sia-sia. Dengan nada tegas, ia berkata, “Sudah, jangan banyak tingkah! Cepat pergi rapikan tempat tidur untuk bibimu!” Suaranya menggelegar, memenuhi ruangan sempit itu.

Namun Pinky tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya. Ia malah memandang Mark dengan wajah menantang. “Tidak mau!” balasnya tanpa ragu, sambil mengangkat bola baseball di tangannya. Senyumnya semakin lebar, penuh keberanian yang mengintimidasi. Tanpa peringatan, ia melempar bola itu ke arah mereka bertiga dengan ayunan tangan yang kuat.

“Aahh!” teriak Sania dan Jenny serempak, mereka langsung menghindar dengan langkah tergesa. Bola itu melesat cepat dan menghantam dinding dengan suara keras, membuat suasana semakin tegang.

Mark menunjuk Pinky dengan wajah memerah karena marah. “Hei, hentikan! Jangan main-main lagi!” teriaknya, suara baritonnya bergetar karena frustrasi.

Pinky hanya tertawa kecil, memperlihatkan gigi-giginya dengan senyum mengejek. Matanya menatap Mark tajam. “Kau telah berselingkuh selama dua puluh tahun, sengaja tidak ingin bercerai, dan sekarang kau membawa ulat bulu ini ke rumahku,” katanya dengan nada tajam, sambil melirik ke arah Sania dan Jenny. “Terima balasanku!”

Tanpa basa-basi, Pinky kembali mengayunkan tangannya, melempar bola baseball dengan tangan kidalnya. Lemparan itu meluncur deras dan menghantam dada Jenny dengan keras.

“Bruk!” Suara benturan terdengar jelas di ruangan. “Aahh!” Jenny berteriak kesakitan, tubuhnya terdorong mundur dan jatuh terduduk di lantai. Ia memegangi dadanya, wajahnya meringis menahan rasa sakit.

“Jenny!” teriak Sania dan Mark serempak. Mereka bergegas mendekati Jenny yang terlihat kesakitan. Jenny menatap Pinky dengan mata berkaca-kaca, namun ia terlalu kesakitan untuk berkata apa-apa.

Sania, yang tidak tahan melihat Jenny diperlakukan seperti itu, langsung berdiri dan menuding Pinky dengan marah. “Kurang ajar sekali kau!” bentaknya dengan suara melengking.

Namun Pinky tidak bergeming. Ia malah memandang Sania dengan senyum puas. Dengan santai, ia mengambil bola baseball lainnya dari kardus di sampingnya. Tatapannya penuh tantangan. Sekali lagi, ia melempar bola itu dengan cepat, kali ini tepat ke arah Sania.

“Bruk!” Bola itu menghantam bagian bawah tubuh Sania, tepat di bagian intinya. Wajah Sania langsung pucat. Tubuhnya terhuyung sebelum akhirnya jatuh berlutut di depan pintu. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya mengeluarkan jeritan. “Aahh!” Suaranya terdengar parau, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

“Sania!” Mark berteriak lagi, ekspresi paniknya semakin terlihat jelas.

Namun Pinky hanya tertawa kecil, suaranya terdengar dingin dan penuh ejekan. Ia menatap Mark dengan ekspresi puas. “Tepat sekali,” katanya sambil terkekeh. “Aku yakin kali ini barangnya pasti pecah.” Tawanya menggema di ruangan, membuat suasana semakin mencekam.

Mark menatap Pinky dengan amarah yang sudah tak terbendung, sementara Sania dan Jenny hanya bisa merintih kesakitan. Pinky, di sisi lain, tampak tidak peduli. Ia berdiri dengan penuh percaya diri, seperti sedang menikmati hasil balas dendamnya.

"Papaku yang baik, Jangan coba-coba maju. Kalau tidak, aku akan membuatmu putus keturunan," kata Pinky dengan senyum.

1
اختی وحی
crazy up thor
MrHuang Coffe
keren
Aisyah Nuha
kasian kmu pinky🥺🥺 sbenernya hatinya sangat rapuh tpi dia berusaha ttp kuat di dpn semua orang... semoga dpt pekerjaan ya pinky
Riyasih
puas bgt Thor,tak kirain pinky 🤦🤦🤦💪💪💪
yuning
nyesek 🥺🥺
wiemay
Dev tolong lah lunak kan hatimu
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
semangat pinky semua akan indah pada waktu nya..
wiemay
keadilan harus ditegakkan
Nur Adam
lnju
yuning
pinky kamu luar biasa
Bu Kus
salut sama pinky dengan berani bisa lawan papa dan selingkuhan papa nya hebat pinky terus lah berjuang demi masa depan mu dan mama mu pinky
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
masih penasaran..lanjut² makin seru pinky berdiri di kaki nya sendiri tanpa bantuan orang lain..semangat
yuning
semoga Dev segera membantu kamu
Bu Kus
bagus pinky lawan jangan mau di salah kan dan di kalahkan buat mereka nyesel
wiemay
kusuka dg pinky
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
keren keren.lanjut thor..aku suka
Lasman Silalahi
lanjut
Bu Kus
makan Sania jangan jahat Mulu jadi orang sekarang dapat karma kan
Bu Kus
pinky semakin gercep aja ayo pinky Pepet terus sampe Dev luluh hati nya
Dini Anggraini
Sania bisa2nya menyalahkan pinky padahal dia yang mau menjebak pinky tapi yang kena Jenny senjata makan tuan masih saja salahkan pinky semoga Sania segera di penjara bersama Jenny juga Thor heran orang kok jahat banget sudah jadi pelakor sekarang merasa jadi korban.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!