Saat aku ingin mengejar mimpi, berdiri dalam kesendirian pada ruang kosong yang gelap,tidak hanya kegelapan, dinginpun kian lama menyelimuti kekosongan itu. Perlahan namun pasti, kegelapan itu menembus ulu hati hingga menyatu dengan jiwa liar yang haus akan kepuasan. Jangan pernah hidup sepertiku, karena rasanya pahit sekali. Hambar namun menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cevineine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Pada saat acara kelulusan wisuda berlangsung, aku mengikuti dengan hikmat begitupun mahasiswa yang lain. Hari ini aku memakai setelan kebaya warna biru tua, kami menginap dihotel acara wisuda kami berlangsung agar dapat melihat situasi yang ada. Aku begitu bahagia merayakan acara kelulusan ini, sebab kini aku merasa jika diriku telah lengkap menjadi seorang wanita. Aku lulus dengan Gelar Sarjana Hukum serta menyandang status sebagai Isteri. Kami berdua masih belum memikirkan tentang anak karena kami ingin menikmati masa masa indah ketika menjadi pasangan halal. Apabila dikasih waktu untuk menimang anak lebih cepat, kami juga tidak keberatan.
Setelah acara kelulusan tersebut kami mulai menjalankan rutinitas seperti biasanya, Ethan bekerja sedangkan aku dirumah saja. Ethan tidak pernah memaksaku untuk bekerja, namun jika aku mulai bosan dirumah ia memperbolehkan aku untuk bekerja saja. 5 bulan pernikahan ini, Ethan selalu memperlakukan aku dengan baik, seperti berlian yang sangat mahal harganya. Namun, ketika memasuki usia pernikahan kami yang ke 6 bulan, Ethan berubah secara tiba-tiba. Aku tidak mengerti alasannya, terkadang aku mendapati ia marah dan membanting semua berkas yang ada di ruang kerjanya, bahkan sikapnya menjadi dingin terhadapku. Jujur aku sakit hati sekali ketia ia menatapku dengan dingin. Pasalnya selama kita bersama, aku tidak pernah menerima perlakuan yang tidak sedap darinya.
Hatiku teriris ketika ia menuduhku berselingkuh dibelakangnya, aku semakin bingung ketika ia melempariku dengan beberapa lembar foto yang aku sendiri tidak tahu kapan foto itu diambil itu. Itu adalah foto ketika aku bersama dengan sepupu lelakiku yang baru saja kembali dari Amerika, jelas Ethan tidak pernah mengetahui hal itu karena sepupuku tersebut tidak pernah kembali ke Indonesia semenjak kedua orangtuanya meninggal dunia. Dan, baru bulan lalu kami bertemu di Bandara karena ia memintaku untuk menjemputnya. Bahkan kedatangannya kesini, keluarga besar tidak ada yang tahu karena ia memintaku untuk merahasiakannya. Aku terkejut ketika Ethan berani menamparku tanpa mengizinkan aku untuk menjelaskan semuanya. Ia lalu pergi dengan begitu marah, sedangkan aku hanya bisa menangis sambil mengurut dada.
Malam itu setelah pertengkaran hebat kami, Ethan tidak pulang ke rumah. Aku mendapati laporan kartu kredit jika ia menginap di hotel. Namun yang membuatku shock lagi adalah, ketika aku mendapatkan laporan sebelumnya tentang ia yang mendatangi sebuah bar. Ini terlihat bukan gaya Ethan, aku mengenal sekali kebiasaan hidup sehatnya. Bahkan untuk merokok pun ia tidak mau.Tanpa berpikir panjang, aku menyusulnya ke hotel tersebut.
Ketika aku sampai pada hotel itu dan menanyakan tentang keberadaan suamiku, resepsionis tersebut melihatku dengan tatapan iba. Aku sendiri tidak tahu mengapa ia menatapku sedemikian rupa. Lalu tanpa fikir panjang aku memutuskan mendatanginya pada kamar yang telah ia pesan. Betapa terkejutnya ketika aku membuka pintu tersebut dan mendapati Ethan yang sudah bertelanjang dada dengan seorang wanita dipelukannya. Hatiku berdenyut nyeri, membayangkan bagaimana hari esok untuk menghadapinya.
kemudian aku menghampirinya dan menampar pipi laki laki itu, bahkan untuk saat ini menyebutnya suami ataupun namanya aku sudah tidak sudi. Aku memakinya kemudian pergi meninggalkannya dengan linangan air mata yang menetes tidak hentinya. Aku terpukul sekali dengan kondisi seperti ini, aku tidak menyangka orang yang aku cintai dan sudah aku anggap sebagai poros hidupku dengan tega melakukan hal yang seperti ini. Dan yang lebih menjijikkannya lagi adalah ketika aku mengetahui siapa wanita yang ada dalam pelukannya tersebut. Yolanda. Musuh kami berdua. Manusia yang sangat mengharapkan keretakan hubungan kami.
Berhari hari aku menunggu Ethan pulang hanya karena ingin meminta kejelasan darinya. Bagaimana atas kelanjutan hubungan kami berdua. Karena aku tahu jika perbuatannya tempo hari hanya ingin membalasku saja.
Sudah 2 minggu kami tidak saling sapa dan bertemu, yang kudapati hanyalah laporan laporan jika ia kerap kali mendatangi club malam dan berakhir di hotel. Aku tidak kuat, jika ia menikahiku hanya agar bisa melampiaskan hasrat terpendamnya selama ini, mengapa harus menikahi ku? Mengapa tidak ia nikahi saja wanita bernama Yolanda itu. Aku kecewa sekali dengan keputusan Ethan yang seperti ini, mengapa ia tidak mau mendengarkan sedikitpun penjelasanku dan memilih bertindak sesukanya. Bahkan hampir setiap hari aku mendapati kurir mengirim cetakan foto foto mesra Ethan bersama wanita itu. Hatiku menggigil dan aku sudah tidak kuat menahan ini semua, aku memutuskan untuk pulang ke rumah papa, ketika aku menceritakan semuanya terhadap papa, beliau begitu marah atas tindakan Ethan tersebut. Ia bahkan menyuruhku untuk pulang saja ke Surabaya dan memilih hidup disana. Bahkan papa tidak akan memberitahu keberadaanku apabila Ethan telah sadar dan mencariku nanti. Kami tidak diperbolehkan untuk bercerai karena bagaimanapun sekarang aku telah mengandung anaknya. Ya, aku baru mengetahui 2 hari lalu ketika tidak sengaja ART ku melihat tanda tanda kehamilan padaku lalu aku memutuskan untuk memeriksakannya dan benar saja hasilnya positif jika aku sedang mengandung. Aku sengaja tidak memberitahu Ethan tentang keberadaan anaknya ini, biar saja menjadi urusanku nanti. Aku sengaja tidak memberitahu ia tentang kehamilanku ini, karena jika Ethan tahu aku sedang mengandung ia tidak akan menceraikan aku begitu saja.
Bahkan ketika hari kepulanganku ke Surabaya, Ethan tidak kunjung menemui dan mencariku. Aku begitu sakit hati, dan pulang kampung tidak begitu buruk. Lalu aku memutuskan untuk tidak akan kembali ke Jakarta dan sengaja menghilang dari sosial media agar laki laki itu tidak bisa melacakku. Bahkan kartu debit yang diberi olehnya tidak akan ku pergunakan, dan memakai kartu pribadiku sebelum aku menikah dengannya.
Kali ini aku tidak sendiri, ketika aku menceritakan permasalahanku terhadap dua sahabatku, mereka begitu marah dan kecewa terhadap kelakuan Ethan. Bahkan Ratna memutuskan untuk ikut dan tinggal denganku di Surabaya. Ratna tidak ikut penerbanganku kali ini, ia akan berangkat besok lusa karena harus menyelesaikan beberapa berkas. Serly pun, ingin menemaniku namun aku melarangnya karena sayang saja jika dia harus meninggalkan pekerjaan nya yang begitu bagus. Jadi aku menyuruhnya untuk sesekali datang untuk berkunjung.
Bahkan papaku saja memutuskan untuk pergi melakukan perjalanan bisnis keluar Negri agar Ethan tidak bisa mencariku melalui papaku. Pasalnya, papa jika marah hanya sebentar saja. Sisanya ia tidak begitu tega untuk memiliki amarah berkepanjangan. Terlebih jika itu menantu kesayangannya sendiri.
Setiap hari aku komunikasi dengan papaku walau kami berbeda benua, ia menyempatkan waktu untuk bisa menelepon anak kesayangannya ini dan melihat kondisiku. Apa aku baik baik saja atau semakin terpuruk. Namun aku selalu menutupinya dengan baik. Sesampainya aku di Surabaya, aku memutuskan untuk menyibukkan diri dengan bekerja.
...****************...
penulisannya bagus..
/Smile//Smile/