Follow ig~ mazarina_asrifaris
Kesalahan satu malam yang membuat kehidupan Disya Anggita jungkir balik menata kehidupannya.
Melewati satu malam dengan kekasihnya mungkin sedikit tidak masalah dan dibilang wajar. Namun melewati satu malam bersama pria asing yang tidak dikenalinya ini konyol namanya.
Gara-gara salah masuk apartemen tetangganya Disya harus kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam dirinya. Disya syok seketika mengetahui pria tersebut?
"What! Kamu?" tentu saja keterkejutan itu hanya boleh ia ucapkan dalam hati.
"Aku akan bertanggung jawab!" ~> Daharyadika Ausky
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9
"Ini tolong sekalian bawain laptop saya ke kelas," titah Pak Sky tanpa merasa sungkan.
Ya tentu saja orang itu tidak punya sungkan, secara yang diperintah mahasiswa didiknya dan lagi ini kampus punya keluarganya. Jadi suka-suka dia lah ya.
Disya melongo seketika, menerima laptop dari tangan Pak Sky dengan jengkel.
Apa-apaan memangnya gue ini pembokat lo, seenak jidat nyuruh-nyuruh.
Kesal Disya mengabsen nama binatang di dalam hatinya.
"Nggak usah mengumpat, saya tahu ya kamu ngata-ngatain saya di benak kamu, sama satu lagi ... saya paling tidak suka melihat wajah yang diciptakan oleh Tuhan begitu sempurna itu terkontaminasi oleh kejutekan dan kejudesan, jatuhnya jadi sedikit jelek," ucap Sky panjang lebar yang menurut Disya nggak penting dan terdengar memuakan.
Ada ya dosen model kaya gini. Sumpah enek banget dengernya.
Disya memilih diam menutup mulutnya rapat-rapat sambil terus berjalan mengikuti langkah Pak Sky yang berjalan cepat menuju kelasnya.
"Jalannya cepetan dikit, kamu tuh seharusnya berjalan di samping saya biar cocok tidak di belakang saya," ucapnya ambigu.
Disya pun berusaha mensejajarkan jalanya dengan Pak Sky sesuai perintahnya walaupun terdengar aneh di telinga Disya.
Cocok apanya???
"Nggak jelas!" guman Disya lirih namun masih bisa di dengar Sky.
"Apanya yang nggak jelas?" tanya Sky tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Eh! Nggak ada Pak?" Disya klabakan sendiri.
Itu telinga tajam banget sih pendengaranya perasaan gue berucap lirih. Bisa pas banget lagi tahu isi hati gue. Jangan-jangan Pak Sky cenayang. Mati gue...!!
Saat ini mereka sudah sampai di kelas dengan Disya yang mengekor di belakangnya membuat pandangan seluruh mahasiswa yang ada di kelas menatap rasa ingin tahu akut.
Disya menaruh laptop di meja Dosen dan dirinya mengambil duduk di kursi yang masih kosong.
"Pagi semua ...." salam Pak Dosen semangat empat lima.
"Pagi Pak ...!" koor semua mahasiswa menjawab.
Materi pun dimulai dengan serius. Pak Sky yang awal terlihat santai perlahan mengubah image dirinya menjadi Dosen dingin yang tidak mentolerir dari kesalahan siswa sedikitpun. Bahkan bagi siapa saja yang di tunjuk tidak bisa menjawab ia langsung akan mengurangi nilainya.
Berbanding terbalik juga seandainya mahasiswa itu mampu menjawab tantangan atau pertanyaan darinya sudah pasti mendapat nilai tambahan dengan nilai yang setimpal. Katakanlah seperti itu.
Semua mahasiswa bahkan mingkem tidak ada yang berani protes termasuk Grace, pria setengah matang yang kalau ngomong tanpa filter itu bahkan terkenal pedas seperti 15 kg rawit pun bahkan kicep tak berani protes. Biasanya Grace yang paling gaje rame dan terkenal tukang protes dengan tugas Dosen.
"Allahu akbar cakep sih cakep tapi kalau ngajarnya bikin spaneng gini ngalamat stress nih gue," bisik Bila menggerutu.
Satu setengah jam bagai bertarung dengan urat nadi yang menegang. Bikin bengek dan pusing kepala. Seketika kelas menjadi gaduh penuh dengan kelegaan begitu dosen Sky berucap pamit dan keluar dari kelas.
"Huhf ... Dosen Pluto," gumam Disya lega.
Dosen pluto adalah salah satu julukan Disya untuk Sky mulai detik ini juga. Kenapa pluto?
Karena pluto adalah planet terjauh dari bumi yang tidak mungkin digapai oleh manusia. Seperti sifat Sky yang tidak ketebak, sulit dimengerti, dingin, galak dan tidak mungkin terjangkau oleh tangan Disya.
"Kantin gaess ... gue udah kliyengan berasa mau pingsan," ujar Disya langsung berdiri dari duduknya.
Disya merasa cacing di dalam perutnya sudah protes semenjak tadi minta diisi. Gadis itu tadi pagi tidak sempat sarapan jadi pantas saja siang ini terasa sangat lapar.
"Ayo gue udah mlilit nih nahan lapar?" sambungnya dan langsung menuju kantin bersama keenam sahabatnya.
Ada Bila, Hanum, Sinta dan cowok Bisma, Faro dan Alan. Mereka sudah sampai di kantin dan sedang antri pesanan di mejanya.
Mereka semua kompak pesan bakso lengkap dengan tahu pangsitnya.
"Eh, menu kita tumben samaan," celutuk Bila seraya menuang sambal ke dalam mangkuknya.
"Disyayang makanya pelan-pelan tidak ada yang ngerebut," ucap Alan. Pria itu memang paling perhatian dan pengertian. Alan masih saudara sepupu Rayyan jadi sudah barang tentu Alan tidak boleh memiliki perasaan khusus untuk Disya.
Bisa digorok Rayyan si Alan kalau coba-coba jatuh cinta.
Tidak ada kata jaim bagi gadis dua puluh tahun itu, ia tetap makan dengan asyik tanpa menimang interuksi dari Alan.
"Berisik lo Al, makan gih nanti punya lo gue rampas baru tahu rasa, gue beneran lapar sampai gemeteran. Tadi gue nggak sempat sarapan," cerocosnya panjang lebar sambil mengunyah.
"La kenapa sampe telat, begadang pasti ya beb," tuduh Hanum.
"Suka bener lo kalau ngomong, persis Pak Sky," jawab Disya asal.
"Eh! Uhuks ... uhuks ...!"
Disya tersedak makanannya sendiri.
"Tuh 'kan, kualat lo kesedak sendiri," ucap Alan prihatin. Pria itu langsung sigap berdiri dan mengusap-ngusap punggung Disya.
"Minum Sya?" Bila menyodorkan minum untuknya.
"Lo sih diam-diam nyumpahin," protes Disya tak terima. Nanti aku ngadu deh sama kak Rayyan."
"Ngadu aja terus nanti gue juga bilangin lo tadi pagi berduaan sama Pak Sky di ruangannya."
"Eh, bego' ... gue ngumpulin tugas bambang ...!" jawab Disya ngegas.
"Kok masuk kelasnya bisa barengan, cie .... gue nggak yakin?"
"Eh, bener-bener ngajak perang lo ya, gue dimintai tolong sekalian masuk ke kelas masa' gue nggak mau ya nggak enak lah," jelas Disya jujur.
"Masa' ...."
"Terserah percaya syukur nggak juga bodo amat," ucapnya pasrah.
"Nanti malam karaokean yuk ... besok kita 'kan libur," ajak Hanum antusias.
"Boleh juga idenya, saatnya menikmati akhir pekan," jawab Sinta semangat.
"Sorry gaess gue nggak bisa ada janji sama kak Rayyan," ucap Disya menyayangkan.
"Ah, elo mah nggak asyik sibuk pacaran terus," protes Bila.
"Iya, Disyayang kak Rayyan kak Rayyan terus yang di prioritaskan." Alan jadi kompor bledug.
"Ye ... syirik aja lo pada, makanya cari pacar sana," cibir Disya senang.
"Diantara mereka bertujuh hanya Disya dan Hanum yang punya pacar. Bisma suka caper sama Bila tetapi sampai sekarang belum ada kata sepakat jadian untuk mereka.
"Oke gini aja yang bisa datang, datang kalau tidak bisa ya sudah tidak usah di permasalah kan. Lagian kan kak Rayyan sibuk ya beb jadi belum tentu ada kesempatan jalan bareng walaupun libur juga," ucap Hanum bijak.
"Lo emang paling top dan pengertian beb, nanti dapat hadiah piring cantik dari gue," selorohnya yang diikuti gelak tawa mereka semua.
"Oke jadi deal ya kita ketemuan di tempat lokasi, lo kalau berubah haluan bisa langsung nyusul di tempat biasa."
"Kuy ... siap," jawab Disya setuju.
sungguh mantap sekali 🌹🌹🌹🌹
terus lah berkarya dan sehat selalu ✌️
knp gak jd sm rayyannnn