"DUARRR"
Akhirnya Zevana mengetahui dibalik sikap dingin suaminya. Gadis bernama lengkap Zevana Azalia Hermina Salim itu harus menelan pil pahit dalam rumah tangganya. Ia baru saja mengetahui kalau suami yang baru seminggu menikahinya itu ternyata memiliki tambatan hati. Pantas selama ini suaminya bersikap dingin, bahkan mereka tidak tidur satu kamar.
Apakah pernikahan itu akan terus berlanjut? Atau Zevana akan mencoba membuat suaminya jatuh hati padanya? Bukankah akan sangat melelahkan dan menyakitkan bila bertahan? Dan apakah suaminya mau melepas Zevana jika ada seseorang yang mau membahagiakan Zevana?
Inilah kisah Zevana seorang Putri dari orang ternama nan alim dan disegani. Siapa sangka rumah tangganya begitu nelangsa. Beri support ke author yahh..
Sebelumnya mohon maaf bila ada kesamaan antara nama tokoh, alamat, ataupun yang lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Trihandayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WWK BAB 11
"Syukur deh, jangan lupa kalau ada apa-apa ente bisa cerita sama ane. Jangan di pendem sendiri entar tahu-tahu bledug lagi." Ucap Zevan sebelum akhirnya keluar dari ruangan kembarannya.
"Andai kamu tahu Zevan, aku tidak baik-baik saja. Tapi aku juga bukan dalam posisi yang bisa bercerita apapun keluh kesah ku pada mu. Bukankah aku harus menutup rapat aib rumah tangga ku?" Ucap Zevana dalam hati menatap kepergian kembarannya.
Usai bersiap, Zevana berlalu dari ruangannya untuk segera bertugas di IGD. Senyumnya tidak pernah luntur menyapa setiap orang yang berlalu lalang di sepanjang koridor yang Ia lewati.
"Dok, ini ada titipan." Seorang suster menyodorkan paper bag.
Zevana mengernyit, "Dari?"
Suster itu mengendikkan bahunya, "Tidak tahu Dok, orangnya langsung pergi gitu aja tadi. Coba di cek siapa tahu ada note didalamnya." Jelas Suster itu sebelum melenggang pergi.
Zevana akhirnya membawa paper bag itu keruang IGD. Ia melihat isi didalamnya, ada kotak bento lengkap dengan buah segar yang sudah di potong. Jangan lupakan botol berisi jus juga ada disana. Secarik note ada di atas tutup kotak bento, dokter cantik itu lalu mengambil secarik kertas itu.
"Jaga kesehatan, jangan lupa dimakan. InSyaaAllah halal. Willie Salim" Coretan singkat di kertas itu cukup membuat Zevana berfikir keras.
"Willie Salim? Seperti tidak asing, tapi siapa? Apa masih saudara? Kenapa ada embel-embel Salimnya? Masa iya pengagum rahasia?" Zevana bermonolog dalam hati.
Tiba-tiba pintu IGD dibuka, "Dok, lima menit lagi korban tabrak lari datang." Suster itu melenggang pergi setelah memberi tahu informasi.
Segera Zevana meletakkan paper bag diatas meja. Ia kemudian bersiap untuk keluar menyambut pasien. Terdengar aneh memang, tapi begitulah pekerjaan Zevana. Memberikan penanganan pertama pada setiap pasien yang masuk ke ruang IGD.
Waktupun terus bergulir, tiba saatnya jam pulang kantor. Zevana berhambur keluar dari ruang kerjanya setelah menyelesaikan laporan pasien hari ini. Sesampainya di parkiran, Zevana bertemu dengan Zevan yang juga hendak pulang.
"Je, minggu depan jadi ikut kan?" Tanya Zevan setelah menurunkan kaca mobilnya.
"Jadi dong, siapa tahu ketemu oppa-oppa korea." Saut Zevana cengengesan.
Zevan memutar manik matanya, "Elahh, inget udah kawin ente."
Sontak ucapan Zevan membuat dokter cantik itu mendelik sebal, "Heh... Sesekali cuci mata biar nggak bosen sama yang di rumah, boleh kan?"
"Astagfirullah, Jeje... elu itu harusnya jaga mata jaga hati." Zevan menggelengkan kepalanya pelan.
"Udah, ahh nggak kelar gue ngladenin elu." Zevana melenggang masuk kedalam mobil.
"BRRUUUMMM"
Mobil Zevana melewati, mobil Zevan. "Yolo, napa Babe malah beliin tuh bocah mobil itu coba. Duhh, hancur sudah dunia perjalanan Jakartahhh." Zevan bergumam sendiri sebelum kembali menginjak pedal gas.
Pasalnya walau terlihat kalem, Zevana suka dengan otomotif. Apa lagi yang berbau dengan film favoritnya. Wanita kalem itu suka film action seperti Fast & Furious. Tak jarang Ia kebut-kebutan demi mengejar waktu. Apa lagi di kota yang terkenal macet parah. Ia harus pandai menyiasati waktu, tak jarang jalan tikus menjadi andalannya.
Seperti saat ini, berjalan zig-zag demi memangkas waktu di jalan adalah kesenangan tersendiri untuk Zevana. Namun, kali ini Zevana tidak langsung pulang ke apertemen. Entah mengapa Ia ingin mampir ke restoran seafood. Mobilnya pun berbelok ke sebuah restoran seafood yang cukup terkenal di ibu kota. Usai memarkirkan mobil segera Zevana turun dan masuk kedalam resto.
Namun, belum juga benar-benar masuk, Zevana dikejutkan dengan sosok yang sangat Ia kenali tengah berjalan kearahnya. Dan yang paling membuat dokter muda itu terkejut adalah sosok itu menggandeng tangan seorang wanita. Tubuhnya tiba-tiba kaku tak dapat bergerak, hingga kedua orang itu tiba tepat di depannya.
Sosok tinggi, tegap, nan tampan itu menatap Zevana begitu pun dengan wanita yang sosok itu gandeng.
"M.. Mas Rayhan..." Gagap Zevana dengan mata yang stay menatap manik mata suaminya dalam. Seolah tengah bertanya, "Siapa wanita disamping mu?"
"Kamu disini juga?" Bukan Rayhan yang menjawab, namun Katherine yang berada di samping Rayhan.
Zevana kemudian menatap Katherine dari bawah sampai atas. Sungguh, wanita ini berpakaian tapi seolah telanjang. Bagaimana tidak? Yang tertutup cuman sebatas dada hingga atas lutut saja.
"Aku Katherine, kekasih Mas Rayhan. Sayang sekali kita harus bertemu dengan cara seperti ini." Ucap wanita di samping Rayhan seraya mengulurkan tangannya.
Zevana tidak bergeming ditempatnya, Ia beralih menatap Rayhan seolah meminta penjelasan. Rayhan yang ditatap pun hanya diam membisu tidak menyangkal maupun membenarkan.
Tanpa membalas uluran tangan Katherine, Zevana melengos pergi dari tempat itu. Ahh, selera makannya mendadak hilang menguap entah kemana. Sungguh, pemandangan tadi memberikan rasa tersendiri dalam hatinya. Buru-buru Zevana masuk kedalam mobil dan segera meninggalkan pelataran resto itu.
Rayhan yang hendak mengejar tertahan oleh Katherine. "Untuk apa dikejar? Lambat laun dia akan tahu juga bukan?"
"Bagaimana kalau dia mangadu pada Kakek?" Rayhan mengkhawatirkan itu? Ahh, dia memang laki-laki breng.sek. Bukankah seharusnya dia mengkhawatirkan perasaan Zevana? Ahh, iya Rayhan terpaksa menikahi Zevana, jadi tidak mungkin Ia berfikir sampai kesana.
Katherine berjalan keparkiran lebih dulu, "Itu tidak mungkin, aku tahu bagaimana wanita keluarga Yai seperti dia."
Satu sisi, Zevana meremat stir mobilnya kuat-kuat. Entahlah, dia tidak masalah dengan sikap dingin Rayhan, tapi tidak dengan yang satu ini. Apa-apaan pikirnya! Kalau memang punya kekasih kenapa menikahinya? Ahhh, memikirkannya membuat Zevana semakin gerah. Kembali Ia menambah kecepatannya, tidak perduli sisi kanan dan kiri yang terus menlakson.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di apartemen. Sesampainya disana, Zevana langsung masuk dan mengunci pintu kamar. Satu bulir bening jatuh dari pelupuk matanya setelah tubuhnya roboh di atas kasur. Tidak terdengar isakan disana, hanya terlihat tangan yang mengepal sembari memukul-mukul bantal seolah tengah meluapkan kekecewaannya.
Satu jam sudah Zevana menangis tanpa suara dengan posisi menelungkup dan wajah yang Ia benamkan di bantal. Terdengar suara pintu apartemen dibuka. Tak berselang lama, kini ketukan pintu terdengar.
"Ana, kita perlu bicara... Bisa keluar sebentar?" Suara Rayhan nan berat dibalik pintu kamar Zevana membuatnya mengerjabkan mata beberapa kali. Terpaksa Zevana menyeret kakinya mendekati pintu kamar. Tangannya menarik panel pintu hingga terlihatlah tubuh tegap itu dengan sorot mata tajamnya.
"Ada apa?" Tanya Zevana dengan suara lesunya.
"Aku ingin bicara, kita bicara di ruang tengah." Saut Rayhan seraya berlalu dari hadapan Zevana.
Zevana pun akhirnya mengekori langkah Rayhan. Sesampainya di ruang tengah, dokter muda itu menjatuhkan tubuhnya di sofa single.
"To the point saja, aku ngantuk." Ketus Zevana stay menunduk tak ingin memperlihatkan wajahnya yang mungkin masih sembab itu.
Helaan nafas pelan terdengar dari mulut Rayhan. "Dia Katherine, kekasih ku. Aku menjalin hubungan dengannya sudah lama, sebelum kita menikah. Jadi aku harap kamu mengerti."
To Be Continued...