Sakit rasanya ketika aku menyadari bahwa aku hanyalah pelarianmu. Cinta, perhatian, kasih sayang yang aku beri setulus mungkin ternyata tak ada artinya bagimu. Kucoba tetap bertahan mengingat perlakuan baikmu selama ini. Tapi untuk apa semua itu jika tak ada cinta untukku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zheya87, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11
Tak lama setelah Roy pergi, bibi datang membawakan aku makanan dan obat. Meski tak bernafsu aku tetap memaksakan diri untuk memakan walau sedikit. Besok adalah hari wisudaku aku harus cepat pulih.
Hasilnya masih tetap sama, aku memuntahkan isi perutku hanya beberapa saat setelah makan. Siang hari pun begitu, aku tak turun untuk sarapan, mama yang lebih dulu mendatangiku di kamar ketika tau aku sedang sakit.
Mama membawakan bubur dan teh hangat. aku lega, sepertinya mama mengerti aku memang butuh bubur, dari tadi ulu hatiku perih karena bibi membawakan sarapan roti lapis dan susu. Sepertinya makanan itu tak cocok dengan lambungku, aku langsung memuntahkan kembali tak lama setelah makan itu.
"Dara, kamu makan bubur dulu nak " kata mama sambil membantuku bangun dan bersandar.
" iya mah, maaf sudah merepotkan"
" jangan ngomong begitu, kamu juga anak mama. Ayo dimakan buburnya. Setelah ini istrahat lagi. Kamu terlalu capek beberapa hari belakangan mempersiapkan wisudamu sehingga drop begini" lanjut mama
" iya mah, makasih ya"
Lalu aku memakan bubur buatan mama, Alhamdulillah bisa diterima leher dan lambungku. Aku tidak merasa mual dan perih. Kulanjutkan dengan meminum obat. Mama masih menemaniku hingga selesai. Setelah itu barulah mama turun membawa nampan kosong.
" Dara, perbanyak minum air putih ya. Mama sudah menaru di atas nakas samping tempat tidurmu." kata mama sebelum membuka pintu kamar untuk keluar
" baik ma, makasih sudah repot" ucapku sedih
mama tersenyum sambil berkata
" ga apa-apa, kamu fokus kesehatanmu ya, jangan lupa besok wisuda"
"iya ma, hati-hati mah turun tangga"
"iya sayang" mama berlalu dari depan kamar.
Kembali kulanjutkan tidurku, perutku terasa enak dan tidak mual lagi. Mungkin aku butuk makanan ringan dulu.
Tidurku sangat lelap hingga sore, hari ini Roy pulang tepat waktu. Jam lima dia sudah masik kamar, aku masih berbaring karena masih sedikit lemah.
" gimana Dar? Udah mendingan? " tanya Roy mendekatiku
" iya, aku hanya butuh tidur seharian aja kok " jawabku.
Roy tersenyum
" Ya udah aku mandi dulu ya, gerah nih "
Sehabis mandi Roy muali berpakaian rapi, sepertinya dia mau keluar. Aku sedikit kecewa, berharap Roy malam ini menemaniku. Tapi aku tetap diam ,kutunggu penjelasannya mau kemana tujuannya kali ini
"Dar, maaf ya malam ini aku keluar. Biasa mau ngumpul bareng anak-anak kantor. Pak Rudi manager kami minggu depan pindah tugas keluar. Jadi dia ngajak kami divisi marketing untuk perpisahan. Biasa acara kecil-kecilan"
" Dimana?" tanyaku
" Hotel Horizon" jawab Roy
Hotel Horizon letaknya tak jauh dari tempat kerja Roy, sepertinya mereka sengaja memilih tempat itu supaya lebih mudah lokasinya.
" Oh, ya udah kan nanti malam acaranya. Setelah magrib bisa kan berangkat?" jawabku
" Bisa sih setelah magrib, tapi kasian Sarah dan Adam minta dijemput sama aku. Gimana dong kelamaan kalo ntar aku berangkat jam enam"
" Terserah deh, yang penting kamu ga lupa Sholat aja " ucapku sedikit tak rela.
"siap nyonya...."
Roy segera berangkat setelah pamitan padaku. Sedikit curiga kenapa dia terburu-buru, tetapi kutepis rasa itu. Aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa ini memang keseharian Roy, aku hanya terlena saja dengan perlakuan dia selama ini setelah pernikahan kami.
Seharian aku ditempat tidur membuatku jenuh juga, aku bangun dan membersihkan diri. Mandi air hangat membuat badanku segar kembali.
Setelah Sholat magrib barulah aku turun, mama yang sedang menata makanan di meja menoleh.
"Loh nak udah bangun?
" Udah enakan sekarang ga deman lagi, tinggal perih sedikit perutku. Sepertinya aku harus makan bubur dulu, setelah makan bubur tadi siang aku udah mendingan ma " jawabku
" Iya makanya mama sudah minta bibi tadi membuatkan bubur buat kamu. Itu sudah mama sediakan di meja. "
" Ya ampun mah entah kebaikan apa yang aku perbuat sehingga mendapatka mertua sebaik mama" ucapku sambil mendekat meraih tangan mama.
" Dara, itu namanya jodoh.... ayo cepat makan jangan sampe telat makan lagi "
Ada berbagai menu dihidangkan bibi malam ini, ada ayam goreng kecap, sayur capcai seafood, sup ayam plus telur puyuh dan ikan bakar favorit mama juga ada. Meski begitu semua makanan tan membuatku berselera, aku menyendok bubur dan kutambahkan kuah sup yang ada telur puyuhnya. Segar. Kali ini aku laham menghabiskan makanku, bahkan aku sempat menambah ke piringku. Sepertinya sup buatan bibi sangat cocok di leherku.
" Oh ya Dar, besok gimana berangkatnya? " tanya mama setelah kami duduk bersantai di ruang keluarga.
" Besok setelah sholat subuh Roy yang akan mengantar aku ke salon ma, nanti dari sana langsung bareng Cecil ke gedung" jawabku.
" Kalo gitu mama bareng ibu sama ayah kamu aja, jam 7 bisa?"
" Mah jadi merepotkan, mama kan nyetir sendiri ya? Jauh kalo harus jemput ayah dan ibu lagi. Ayah dan ibu katanya mau naik motor aja, nanti mereka mau tunggu mama di depan gedung" jawabku karena tidak enak hati dengan tawaran mama.
" Aduh mama ga apa-apa nak, sudah biasa nyetir sendiri" jawab mama lagi.
" Beneran kok ma, ayah dan ibu sudah berencana mau berangkat pagi naik motor, katanya supaya ga terjebak macet " aku meyakinkan mama unutk tak perlu repot menjemput ibu dan ayah.
" Ya udah deh, mama nanti menunggu di depan gedung"
Setelah berbincang beberapa jam mama pamit ke aku untuk beristrahat. Waktu sudah pukul sepuluh, Roy belum juga pulang. Aku ingin menelpon tapi ragu karena tak ingin mengganggu waktu bersama teman-tannya. Tak ingin menunggu lama akupun naik ke atas untuk segera tidur, kusiapkan semua keperluan besok agar setelah subuh aku bisa langung berangkat ke salon.
Ketika aku membaringkan tubuhku, Hpku berdering ada nama Cecil di layar HPku.
" Halo Dar, kamu dimana? Bareng Roy ya?
" ga aku di rumah kok"
" oh aku pikir kamu tadi yang lewat bareng Roy, aku di rumah sakit Bunda sekarang. Diabetes papa naik lagi tapi cuma mau rawat jalan"
Deg, dadaku berdetak. Benarkah Roy ke Rumah sakit? Bukankah tadi dia pamit ke aku untuk ikut acara perpisahan pak Rudi. Untuk apa dia ke rumah sakit? Sedangkan letak rumah sakit Bunda cukup jauh ke arah Hotel Horizon.
" Oh itu, Roy pergi menjenguk temannya, aku ga bisa ikut karena pengen cepat istrahat besok bangun pagi" jawabku sedikit berbohong.
" ya udah sampe besoknya di salon "
"iya, bye."
" bye"
Aku bertanya-tanya dalam hati, untuk Roy ke Rumah Sakit? Bukankah dia ijin ke aku ikut acara bareng anak-anak kantor?
Ada perasaan aneh mengganjal dipikiranku. Ah aku tak ingin curiga, kutepis semua keraguan dipikiranku. Nanti kutanyakan ketika Roy pulang.