Alya, seorang sekretaris dengan kepribadian "ngegas" dan penuh percaya diri, melamar pekerjaan sebagai sekretaris pribadi di "Albert & Co.", perusahaan permata terbesar di kota. Ia tak menyangka akan berhadapan dengan David Albert, CEO tampan namun dingin yang menyimpan luka masa lalu. Kehadiran Alya yang ceria dan konyol secara tak terduga mencairkan hati David, yang akhirnya jatuh cinta pada sekretarisnya yang unik dan penuh semangat. Kisah mereka berlanjut dari kantor hingga ke pelaminan, diwarnai oleh momen-momen lucu, romantis, dan dramatis, termasuk masa kehamilan Alya yang penuh kejutan.
[REVISI]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaraaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Antar Jemput Romantis
Hubungan Alya dan David semakin serius. Mereka sudah tidak lagi menyembunyikan perasaan mereka, meskipun tetap menjaga sikap profesional di kantor. Suatu hari, David menawarkan untuk mengantar dan menjemput Alya setiap hari. Alya awalnya menolak, merasa tidak enak hati, tapi David bersikeras, mengatakan bahwa ia ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama Alya. Setelah beberapa kali dibujuk, Alya akhirnya luluh.
Pagi pertama antar jemput romantis mereka dimulai dengan sedikit kekacauan. David, yang biasanya sangat tepat waktu, terlambat sepuluh menit. Ia datang dengan mobil sport merahnya yang mencolok, menarik perhatian beberapa karyawan yang sedang berjalan menuju gedung.
"Maaf, Alya," kata David dengan senyum sedikit gugup saat melihat Alya sudah berdiri menunggunya. "Aku sedikit terlambat. Ada sedikit masalah di rumah."
"Tidak apa-apa, David," jawab Alya sambil tertawa ringan. "Yang penting kau sudah datang."
David membuka pintu mobil untuk Alya dengan lembut. Alya melangkah masuk dan terkesima dengan interior mobil yang mewah dan nyaman.
"Mobilmu bagus sekali, David," kata Alya, sambil melirik sekilas ke sekitar. "Seperti mobil di film-film."
"Terima kasih," kata David dengan senyum tipis. "Aku memang suka mobil sport. Senang kau suka."
Alya tersenyum dan memandang ke luar jendela. Mereka mulai berjalan menuju kantor. Sepanjang perjalanan, mereka berbincang-bincang ringan. David bertanya tentang pekerjaan Alya, sementara Alya menceritakan sedikit tentang hobinya yang suka menulis dan berkebun. Mereka tertawa dan berbicara tentang berbagai hal, membuat suasana dalam mobil terasa sangat nyaman.
"Kau tahu," kata David, menatap Alya sejenak, "aku merasa lebih semangat bekerja sejak aku mengantarmu setiap pagi."
Alya tersenyum, sedikit tersipu. "Aku juga," jawabnya. "Aku merasa lebih bersemangat menjalani hari setelah kau mengantarku."
Suasana di dalam mobil terasa hangat, penuh kebersamaan yang ringan namun penuh arti. Mereka tidak terburu-buru, menikmati waktu bersama meski hanya dalam perjalanan singkat ke kantor.
Sesampainya di kantor, David memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus karyawan. Beberapa karyawan lainnya menatap mereka dengan tatapan heran, terutama saat melihat mobil sport merah yang terparkir di sana. Alya merasa sedikit malu, tapi juga senang karena David mengantarnya.
"Terima kasih, David," kata Alya, berterima kasih sebelum keluar dari mobil. "Aku akan masuk dulu, ya?"
"Sama-sama," jawab David dengan senyum manis. "Sampai nanti di kantor."
Alya melangkah ke dalam gedung, merasa jantungnya sedikit berdebar. Setiap hari terasa berbeda sejak mereka mulai berbagi perjalanan ke kantor.
---
Sore harinya, David kembali menjemput Alya. Kali ini, ia tepat waktu. David sudah menunggu di depan pintu kantor, dengan mobil yang sama. Begitu melihat Alya keluar, David tersenyum lebar.
"Alya," katanya, menyapa dengan hangat. "Hari ini kerja keras, ya?"
"Ya," jawab Alya, sambil tersenyum lelah. "Hari ini cukup sibuk, banyak yang harus diselesaikan."
David membuka pintu mobil untuk Alya. "Aku paham," katanya. "Beruntung bisa menjemputmu setelah hari yang panjang."
Mereka berangkat menuju rumah Alya, dan sepanjang perjalanan, mereka berbincang-bincang tentang kejadian lucu di kantor hari itu. Mereka tertawa bersama, membuat perjalanan terasa cepat dan menyenangkan. Sesekali, mereka berbicara tentang rencana liburan yang ingin mereka lakukan di akhir tahun, membayangkan tempat-tempat indah yang ingin mereka kunjungi bersama.
"Kau tahu," kata Alya, sambil tersenyum ke arah David, "aku merasa lebih aman sejak kau mengantarku setiap hari."
David menatap Alya sejenak, lalu tersenyum tulus. "Aku senang mendengarnya," katanya. "Aku selalu ingin melindungimu, Alya."
Suasana di dalam mobil semakin terasa hangat, dan Alya merasa sangat dihargai. Ia tidak pernah menyangka hubungan mereka akan berkembang seperti ini, begitu mudah dan alami.
Saat mereka tiba di rumah Alya, David memarkirkan mobilnya di depan rumah. Ia membuka pintu mobil untuk Alya dan mengantarnya sampai ke depan pintu rumah.
"Terima kasih, David," kata Alya, dengan senyum lebar. "Aku sangat senang kau mengantarku setiap hari."
"Sama-sama, Alya," jawab David. "Aku juga senang bisa menghabiskan waktu bersamamu."
Mereka saling memandang dalam keheningan yang nyaman. Tatapan mereka penuh dengan perasaan yang mendalam. David kemudian mencium pipi Alya dengan lembut, membuat Alya merasa bahagia.
"Sampai jumpa besok," kata David, suaranya lembut.
"Sampai jumpa, David," jawab Alya, dengan senyum yang lebih ceria.
David berbalik, tapi sebelum ia masuk ke mobil, ia memanggil Alya lagi. "Alya," katanya dengan nada sedikit ragu. "Aku ingin mengajakmu makan malam besok malam. Bagaimana menurutmu?"
Alya terkejut mendengarnya. "Makan malam?" tanyanya, suaranya sedikit gemetar. "Saya senang sekali, David."
David tersenyum, senyum hangat yang selalu membuat Alya merasa nyaman. "Bagus," kata David. "Aku akan memesan meja di restoran Italia favoritmu."
Alya sedikit terkejut. "Restoran Italia?" tanyanya, bingung. "Tapi kan Anda tahu saya tidak suka makan pasta."
David tertawa ringan. "Tenang saja, Alya," katanya sambil melambaikan tangan. "Aku sudah berbicara dengan chef di restoran itu. Mereka akan menyiapkan menu khusus untukmu."
"Wah, terima kasih, David," jawab Alya dengan suara penuh kebahagiaan. "Saya sangat menghargai itu."
"Sama-sama, Alya," kata David, menatap Alya dengan penuh perhatian. "Aku akan menjemputmu pukul 7 malam."
"Baik, David," jawab Alya dengan senyum yang manis. "Saya sangat menantikannya."
David tersenyum dan menyalakan mesin mobilnya. "Sampai jumpa besok."
Alya melambaikan tangan ke arah David yang mulai melajukan mobilnya. Ia berdiri di depan rumah, merasa sangat beruntung bisa menemukan pria seperti David. David yang tampan, baik hati, dan penuh perhatian. Ia yakin hubungan mereka akan terus berkembang dan bahagia selama-lamanya.