Diana, gadis manis yang harus merasakan pahit manisnya kehidupan. Setelah ayahnya meninggal kehidupan Diana berubah 180 derajat, mampukah Diana bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aprilli_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Peringatan untuk Pasutri G*la
Pagi harinya Pak RT berkunjung kerumah Pak Jojo
"Assalamu'alaikum,"
Bu Ina membuka pintu dan mempersilahkan Pak RT masuk ke dalam
"Waalaikumsalam Oh Pak RT, silahkan masuk Pak,"
Setelah mempersilahkan Pak RT duduk di sofa Bu Ina bergegas memanggil sang suami
"Bang ada Pak RT di ruang tamu, Abang temui dulu Pak RT Ina buatkan kopi dulu,"
Sambil memakai pakaiannya Pak Jojo bergegas menuju ruang tamu
"Pak RT,"
Pak RT yang semula menunduk untuk merangkai kata yang tepat agar Pak Jojo tidak tersinggung menghela nafas berat saat suara berat menyapa telinganya.
"Pak Jojo, oh iya Pak kedatangan saya kemari untuk membahas tentang Pak Ahmad,"
Belum juga menyelesaikan pembicaraannya Pak Jojo memotong ucapan Pak RT
"Ada apa dengan pec*nd*ng itu, apa Dia melaporkan semua tindakan saya kepada Anda, hahaha ternyata selain pec*nd*ng Dia juga Tukang ngadu ya!!"
Pak RT menggelengkan kepalanya melihat tingkah Pak Jojo yang terkesan angkuh lalu Bu Ina menyuguhkan secangkir kopi untuk Pak RT.
"Ini Pak kopinya silahkan diminum dulu,"
Bu Ina menaruh secangkir kopi di atas meja belum juga Pak RT mengambil kopi tersebut Pak Jojo membuka suara.
"Lalu apa tujuan Anda kerumah saya?!"
Tanyanya dengan nada bengis dan tatapan tajam, Pak RT mengurungkan niatnya mengambil secangkir kopi tersebut.
"Kedatangan saya kemari untuk memberitahu Pak Jojo, apabila Pak Jojo mengganggu keluarga Pak Ahmad lagi semua warga akan meminta kelurahan untuk menindak tegas dan mengusir Anda beserta istri Anda sekalian!"
Ucap Pak RT dengan lugas, tegas dan penuh penekanan agar Pak Jojo mengerti apa yang disampaikan olehnya.
Pak Jojo hanya mendengarkan tanpa membalas ucapan Pak RT dan Bu Ina yang turut mendengar perkataan Pak RT pun menatap sinis kepadanya.
"Ok, saya dan suami saya tidak akan mengganggu keluarga Pak Ahmad lagi saya minta kepada Anda tidak perlu bersusah payah mengerahkan semua warga mengusir kami, mulai hari ini kami tidak akan mengganggu keluarga miskin itu lagi!!"
Mendengar setiap untaian kata yang terlontar dari mulut pasutri tersebut Pak RT hanya menggelengkan kepala tanpa meminum kopi yang disuguhkan Pak RT melenggang pergi dari rumah Pak Jojo tanpa permisi.
"Dasar, orang tidak punya sopan santun Mentang-mentang jadi RT belagu!!"
Maki Pak Jojo yang masih terdengar jelas oleh indra pendengaran Pak RT.
Melangkahkan kaki menuju rumahnya Pak RT membatin
"Semoga pasutri gil* itu tidak berulah lagi kasian keluarga Pak Ahmad. Ya Allah mudahan tidak ada masalah lagi setelah ini."
Pak Jojo di dalam kamarnya yang berada di lantai dua menatap tajam sebuah rumah yang jauh disana.
Iya, rumah yang beliau lihat dengan tatapan tajam itu adalah rumah Pak Ahmad.
"Sari seharusnya kita bertemu sejak awal, aku menaruh hati kepadamu sejak pertama melihatmu. Si*lnya kamu sudah menikah dan memiliki tiga orang anak andai saja kamu menjadi istriku mungkin aku lebih bahagia bisa menggendong anak yang kamu lahirkan dan aku merasa bahagia menjadi seorang ayah dari anak yang lahir dari rahim kamu. Kenapa aku malah bertemu Ina yang tidak bisa memberiku keturunan, kenapa Tuhan, kenapa Kau tidak adil Tuhan!!"
Ucap Pak Jojo dalam hatinya tanpa bisa menyuarakan apa yang beliau rasakan, tatapan yang semula membara penuh emosi seketika padam ketika beliau melihat Bu Sari menjemur pakaian di depan rumahnya.
Dalam lamunannya beliau mengkhayal menjadi suami dari Bu Sari belum sempat membayangkan hal yang lebih romantis pintu kamar diketuk dari luar.
"Bang, Abang,"
Dengan malas Pak Jojo menjawab panggilan sang istri.
"Apalagi Na, Aku tidak mau di ganggu hari ini!!"
Mendengar nada suaminya yang tinggi Bu Ina hanya mengelus dada dan menghela nafasnya berat.
"Iya Bang maafkan Ina,"
Ucap Bu Ina sambil menundukkan kepalanya
"Ya sudah sana, Aku mau sendirian hari ini dan jangan ganggu aku lagi!!"
Pintu kamar di tutup dengan kencang oleh Pak Jojo.
"Gara-gara kamu suamiku berubah Sari, awas kamu!!"
Ucap Bu Ina dalam hati sambil menghapus air matanya yang mengalir bebas di pipinya.
Bu Ina menerawang saat kejadian pada malam itu yaitu malam yang dingin sampai menusuk sampai ke tulang.
"Sari, Sari, Aku mencintaimu Sari,"
Pak Jojo mengigau memanggil-manggil nama Bu Sari sedangkan Bu Ina yang mendengar itu semua bak tersambar petir dan hatinya bagai ditikam oleh pedang.
Perih? Sangatlah perih
Sakit? Jangan ditanya lagi beliau begitu sakit karena dunianya hanya berpusat pada sang suami.
Dengan menahan sesak yang teramat sakit Bu Ina memilih memejamkan mata berharap semua hanya mimpi.
Di pagi hari yang cerah namun tak secerah hati Bu Ina kala melihat sang suami menatap intens Bu Sari dari kejauhan, sang suami melihat Bu Sari dari atas balkon kamarnya dan sang suami tidak berkedip sama sekali seakan-akan bila ia berkedip Bu Sari menghilang dari pandangannya.
Bu Ina memilih pergi sambil bergumam
"Awas kamu Sari, aku kan buat keluargamu sengsara."
Keberuntungan berpihak kepada Bu Ina yang mana saat itu Cahya berbelanja di tokonya beliau mencari kesalahan Cahya walaupun hal sepele.
Cahya yang sedang melihat-lihat kue saat itu akhirnya mengembalikan kembali kue tersebut ketika Bu Ina keluar dari kamar mandi dan sore harinya Bu Ina melaporkan kepada polisi dengan alasan mencuri uang lima ratus ribu rupiah.
Semuanya terbongkar kala Cahya menceritakan kejadian sebenarnya kepada polisi tersebut dan bertambah pula dendam Bu Ina terhadap keluarga Bu Sari setelah ultimatum yang diberi Pak RT, Bu Ina memilih memendam semua dendamnya.
Semua berjalan seperti sedia kala tanpa ada lagi teror yang dialami oleh keluarga Pak Ahmad dan saat ini Pak Ahmad duduk termenung di ruang tamu.
"Bagaimana caranya aku ngomong ke Sari ya, Aku takut Sari marah-marah kalau aku menghadiri pernikahan Tina, Ibu juga kenapa selalu mencari gara-gara kepada Sari, astaghfirullah Ya Rabb maafkan hamba karena terbawa emosi."
Gumam Pak Ahmad dalam hati, Bu Sari yang melihat sang suami beberapa hari ini terlihat gusar akhirnya menghampiri sang suami.
"Mas kenapa akhir-akhir ini kamu terlihat gusar, apa ada masalah lagi?"
Pak Ahmad yang larut dalam lamunannya tidak menyadari kehadiran sang istri dengan menghela nafas perlahan lalu Pak Ahmad buka suara
"Sayang, mas mau bicara dengan kamu, boleh?"
Mendengar perkataan sang suami yang menurutnya ambigu Bu Sari mengernyitkan dahinya.
"Silahkan bicara Sayang, apa yang membuat kamu gusar akhir-akhir ini?"
Pak Ahmad menundukkan kepalanya lalu berbicara lirih.
"Kurang 3 hari lagi Tina menikah Dik, Mas mau menghadiri di acara pernikahannya apa kamu mengijinkan Mas?"
Bu Sari yang mendengar penjelasan sang suami terkejut.
"Mas, Tina itu baru 17 tahun loh kok bisa-bisanya kakak kamu itu menikahkan dia, g*la memang keluarga kamu itu Mas, anak masih 17 tahun di nikahkan, Aku tidak bisa melarang kamu menghadiri acara itu, tapi aku tidak ikut kalau Diana sama Andi mau ikut ajak saja tidak apa-apa kamu jangan mengajak Lea!"
Akhirnya Pak Ahmad bisa bernafas lega kala sang istri mengijinkan beliau menghadiri pernikahan sang keponakan tercinta.
"Terimakasih sayang."
Ucap Pak Ahmad sambil mencium bibir ranum sang istri lalu Pak Ahmad menggendong Bu Sari ala bridal style setelah itu memasuki kamarnya.
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya