Misca Veronica merupakan seorang pembantu yang harus terjebak di dalam perseteruan anak dan ayah. Hidup yang awalnya tenang, berubah menjadi panas.
"Berapa kali kali Daddy bilang, jangan pernah jodohkan Daddy!" [Devanno Aldebaran]
"Pura-pura nolak, pas ketemu rasanya mau loucing dedek baru. Dasar duda meresahkan!" [Sancia Aldebaran]
Beginilah kucing yang sudah lama tidak bi-rahi, sekalinya menemukan lawan yang tepat pasti tidak mungkin menolak.
Akan tetapi, Misca yang berasal dari kalangan bawah harus menghadapi hujatan yang cukup membuatnya ragu untuk menjadi Nyonya Devano.
Lantas, bagaimana keseruan mereka selanjutnya? Bisakah Cia mempersatukan Misca dan Devano? Saksikan kisahnya hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mphoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tukang Kebun Ternyata Seorang Miliader
Air mata Misca menetes membuat kedua perias terkejut. Meraka berniat untuk menanyakan, tetapi diurungkan sebab uwanya sudah melarang keras mengajak gadis itu berbicara.
Kedua perias tidak mampu dibohongi. Mereka merasa kasihan akan nasib Misca. Jangan ditanya sesakit apa pernikahan dilakukan atas berdasarkan hutang.
Sebagaimana mestinya yang mereka ketahui, bahwasanya, seorang calon pengantin yang akan melepas masa lajang pasti akan terlihat bahagia. Dikarenakan penantian yang ditunggu-tunggu telah tiba. Namun, berbeda sama Misca yang terlihat seperti patung tanpa suara.
Beberapa kali sang uwa selalu datang untuk mengecek sejauh mana persiapan berjalan. Dia harus memastikan keponakannya tampil cantik di depan semua orang sebagai istri dari juragan terkaya di desa.
Tak terasa waktu terus berjalan, tinggal 2 jam lagi akad pernikahan berlangsung. Semua orang menyambut hangat keluarga besar Candra, termasuk keluarga uwa Misca.
Banyak seserahan yang dibawa oleh Candra menggunakan 3 mobil pick up. Mobil pertama berisikan alat make up, pakaian, sepatu, sendal, pokoknya dari ujung rambut sampai kaki semua lengkap. Sementara mobil kedua satu buah unit motor keluaran terbaru dan mobil terakhir satu set sofa juga lemari hias dan sebagainya.
Benar-benar mewah bukan? Bagi orang desa ini merupakan acara pernikahan yang bergelamor. Tidak heran, sebab yang menikah anak tunggal dari juragan terkaya di desa.
Tidak hanya penduduk asli kampung situ, ada pula beberapa penduduk di kampung seberang yang datang untuk melihat pesta besar di kampung Candra.
Suara iringan musik yang terdengar nyaring semakin menakutkan untuk Misca. Tangan gadis itu mencekam kuat pinggiran kursi rias. Jantungnya pun berdegup kencang tatkala dia harus menjalani kehidupan yang jelas-jelas tidak diinginkan.
Jangankan membayangkan hidup bersama Candra. Menyadari pernikahan yang didasari tuntutan saja sudah berhasil mengguncang mental Misca.
Pupus sudah harapan Misca. Dia tidak akan bisa kembali bermain bersama Cia. Hidupnya pasti bagaikan tawanan di desa kecil yang harus tunduk pada pria seperti Candra.
Tak lama penghulu datang. Uwa Misca sangat mejamunya, sebab tanpa hadirnya sang penghulu uang tidak akan menjadi hak milik keluarga mereka.
Sayang dong, bila uang imbalan 500 juta lenyap. Apalagi mahar yang diberikan sangat tinggi, Bisa-bisa mereka batal menjadi orang kaya baru di desa.
"Di mana mempelai wanitanya? Bisa tolong panggilkan, waktu baik sudah hampir tiba. Ada baiknya kita mulai acaranya!"
"Baik, Pak. Saya akan panggilkan keponakan saya."
Hanya berselang beberapa menit semua orang terpukau akan kecantikan Misca yang persis bidadari tak bersayap. Hanya satu yang kurang, senyuman kebahagiaan tidak terpampang jelas diraut wajah seorang pengantin. Aura kecantikan seolah-olah tertutup oleh kabut kesedihan yang cukup tebal.
"Astaga, Misca cantik banget. Beruntung sekali dia mendaptkan pria seperti Tuan Candra, pasti hidupnya akan makmur!"
"Ya, benar. Seandainya Tuan Candra mau menikahi putriku pasti kami yang ada diposisi itu. Diratukan oleh calon suami anakku merupakan impian terbesarku!"
"Huss, jangan usil! Tuan Candra dari dulu sudah mengincar Misca. Gadis itu saja yang sok jual mahal, akhirnya lihat sekarang! Dia mau juga kan, setelah diberikan mahar 1 miliar. Dasar wanita munafik!"
Perbincangan para warga yang melihat Misca keluar dari dalam rumah menjadi pro dan kontra. Ada yang mendoakan kebaikan, ada pula yang mengucilkan menjadikan bahan pergunjingan orang-orang iri.
Andaikan Candra mau menikahi wanita lain, mungkin Misca dengan senang hati akan membantunya mencari gadis desa yang lebih cantik. Sayang, pilihan itu hanya ada pada dirinya bukan wanita lain.
Misca tidak menolak, tidak juga bahagia setelah melihat uang sebanyak itu di dalam koper yang terbuka di atas meja. Dia hanya mengikuti arus takdir yang akan membawanya.
Disisi lain Candra merasa puas pilihannya tidak meleset. Dibalik kesederhanaan Misca terdapat berlian yang bersinar terang.
Candra berdiri, menggeser kursi Misca yang duduk tepat di sebelahnya, depan sang penghulu juga para saksi yang sudah duduk manis.
Acara pun dimulai. Sambutan demi sambutan telah diberikan, disambung oleh pembacaan doa-doa sebelum ijab kabul dilangsungkan.
Setelah sabar menunggu akhirnya Candra tersenyum lebar. Tangannya cepat sekali menjabat sang penghulu sambil melirik Misca yang hanya terdiam bagaikan patung hidup tanpa ekspresi sedikit pun.
"Bagaimana? Sudah siap, Tuan Candra?"
"Siap!"
"Baiklah, sekarang kita mulai baca istigfar sama-sama untuk meminta pengampunan atas segala dosa dan kesalahan kepada Gusti Allah. Mari ikuti saya!"
Candra pun mendengarkan secara serius serta mengikuti setiap kata yang diucapkan oleh sang penghulu. Selepas itu waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba, saatnya ijab kabul dimulai.
"Saya nikahkan dan kawinkan Ananda Candra Wiguna bin Wiguna dengan Ananda Misca Veronica binti Darmawangso dengan maskawin satu paket perhiasan emas seberat 25 gram dan uang 1 miliar rupiah dibayar tunai!"
"Saya terima nikah dan kawinnya Mis---"
"Hentikan! Pernikahan ini tidak boleh terjadi!"
Suara teriakan dari arah belakang mengejutkan semua orang yang refleks berdiri melihat siapa yang sudah berani mengacaukan pernikahan keluarga terhormat di desa itu.
"Tu-tuan Devano?"
Mata Misca terbelalak melihat pria yang dicintai ternyata datang menghentikan acara. Dia berdiri dalam keadaan napas tersengal-sengal seperti orang habis lari maraton. Penampilannya pun berantakan bagai orang tak terurus.
"Aku mohon Misca! Aku mohon jangan menikah dengan pria itu. Aku cinta sama kamu, Misca. Aku sayang! Aku tidak akan pernah rela sampai kamu menikah dengan orang lain apa pun alasannya!"
Devano menatap lekat manik mata yang begitu dirindukan. Setelah susah payah Misca mempertahankan air matanya agar tidak turun. Namun, kehadiran sang pria membuat air mata pecah.
"Ngapain Tuan Devano ke sini! Bukankah semuanya sudah selesai? Tuan juga tidak sudi mencintai pembantu seperti saya, terus kenapa Tuan datang ke sini dan menyatakan cinta?"
"Cinta yang Tuan katakan itu palsu! Tuan hanya bisa membicarakan soal cinta, tetapi Tuan tidak mengerti makna cinta sebenarnya!"
Setelah lama tidak berbicara suara lantang penuh penekanan Misca terdengar menyedihkan. Perbedaan kasta memang berpengaruh berat di dalam suatu hubungan, sama halnya restu orang tua.
"Aku tahu, Misca. Aku tahu aku salah! Aku sadar kalau apa yang aku lakukan itu tidak sehat. Maka dari itu bantulah aku untuk sembuh. Aku butuh kamu. Hanya kamu obat dari segala lukaku ini. Please, Misca! Jangan teruskan pernikahan ini, aku mo---"
"Tidak, Tuan! Pernikahan ini harus terjadi. Tuan sendiri yang memilihku menjadi calon istri, tapi Tuan pula yang menolakku. Jadi, ngapain aku harus mendengarkan omong kosong itu? Bukankah dicintai jauh lebih baik, daripada mencintai? Untuk itu keputusanku sudah bulat. Aku akan menikah dengan calon suamiku, bukan Tuan!"
Jantung Devano hampir berhenti. Hatinya terasa sakit, hingga napasnya terasa sesak seperti dihimpit dua bongkahan batu besar yang menekan hati.
"Sudah dengar sendiri, kan, kalau Misca lebih memilihku yang jelas-jelas jauh lebih kaya darimu - ralat. Lebih baik! Jadi, buat apa masih di sini, hem? Pergilah, kau sudah tidak dibutuhkan. Sekeras apa pun kamu memaksa Misca. Dia tidak akan bisa lepas dariku. Hutang yang menjerat dia sangatlah banyak, bahkan mahar yang aku berikan pun tidak mampu kau berikan. Dasar miskin, pergilah sana. Huss!"
Tatapan Devano beralih tajam bagai belati yang menghujam jantung. Candra pun tak mau kalah. Dia terlihat lebih menyombongkan apa yang keluarganya miliki tanpa tahu siapa pria itu sebenarnya.
Senyuman remeh terukir disudut bibir Devano. Baru kali ini dia direndahkan hanya karena mereka tertipu akan penampilan yang terbilang lusuh, padahal itu bukti perjuangannya untik sampai ke sana tidaklah mudah.
"Kau meremehkanku? Memang berapa hutang Misca padamu sampai kau tergila-gila ingin menikahinya? Sebutkan! Aku akan membayar lunas detik ini juga!"
"Ohh, ya? Pria sepertimu mana mungkin melunasi hutang Misca. Lihat saja penampilan seperti tukang kebun berani-beraninya ingin menebus hutang Misca. Ngaca dulu gihh, takut nanti nggak sepadan sama gaji tukang keb---"
"Aku bilang berapa hutang Misca!"
Suara bariton Devano lolos begitu saja membuat semua orang terperanjat kaget. Bisa-bisanya dua pria itu memperebutkan Misca seperti tidak ada wanita lain saja. Begitulah umpat para warga yang memviralkan kejadian di desa tersebut.
"Hufft, baiklah. Hutang keluarganya 80 juta beserta bunga menjadi 200 juta. Bagimana? Syok, ya? Ha-ha-ha, makanya jangan bela---"
"Hanya segitu saja? Cihh, menjijikan. Hanya perihal uang 200 juta kamu bisa merendahkan milikku. Memalukan!" umpat Devano terang-terangan sambil meludahi tempat tersebut.
"Ka---"
Semua mata terbuka lebar setelah melihat black card dilemparkan tepat di wajah Candra. Misca sendiri terkejut tak bisa berkata apa-apa setelah dibuat bingung oleh sikap Devano.
Kemarin saja membuangnya bagaikan sampai, lalu sekarang ingin memungut setelah ada pemilik baru yang menginginkan kehadirannya.
"Wa-waw, te-ternyata tukang kebun yang dibilang Tuan Candra seorang miliader keren? Astaga, beruntungnya Misca!"
"Ini sih, namanya udah ketiban rezeki, ketiban pula orangnya. Sungguh luar biasa. Hanya pria itu yang berani melawan Tuan Candra. Hanya perkara uang 200 juta langsung ditampar black card. Menakjubkan!"
"Sepertinya drama ini semakin seru, mari kita liat siapa yang akan memenangkan pertarungan! Tukang kebun yang ternyata seorang miliader atau pewaris tunggal keluarga Wiguna!"
...*...
...*...
...*...
...Bersambung...