Mayang terpaksa harus menikah dengan Randi. Ia di jodohkan oleh ibu tiri nya pada pria arogan dan tempramen itu, demi bisa melunasi hutang kakak tiri nya bernama Sonya pada Randi.
Mayang menempati rumah orang tua Randi dan satu rumah dengan mertua juga kakak ipar nya yang sudah menikah.
Selama ini Mayang selalu di perlakukan semena-mena oleh suami dan keluarga suaminya. Kecuali Rion yang merupakan suami Lia, kakak ipar Randi.
"Mayang, kenapa kamu tidur di teras? Ayo masuk, disini dingin. Apa Randi yang melakukan ini?" ajak Rion, yang baru pulang dari bekerja. Ia terkejut melihat Mayang yang tidur meringkuk diatas lantai teras.
Mayang yang kaget mendengar suara bariton milik kakak iparnya langsung duduk dan menunduk malu. "Nggak papa mas! Aku takut mas Randi akan memarahiku, jika aku memaksa masuk dan tidur di dalam."
"Keterlaluan sekali Randi, bisa-bisa nya menyuruh istrinya tidur di luar, padahal di luar hujan deras." Rion menggertakkan rahangnya hingga menegas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Apa yang terjadi?" tanya Mayang ketika melihat Rion kembali dengan wajah kesal.
Ia yang sedang duduk di sofa dan bermain ponsel langsung meletakkan ponselnya diatas meja.
Rion mendekati Mayang dan ikut duduk di sebelahnya.
"Ranti dan Randi datang ke kantor, dan membuat keributan di ruang kerjaku."
Mayang membelalakkan matanya mendengar ucapan Rion. "Apa? Mau apa mereka kesini?" tanya Ranti dengan suara gemetar.
Kedua tangannya yang berada di pangkuan saling meremas. Rasa khawatir dan cemas kembali menggelayuti hati Mayang. Bayang-bayang kekerasan yang Randi dan keluarganya lakukan pada Mayang kembali teringat di benaknya.
"Apa mereka mengancammu?" Ucap Mayang dengan suara gemetar.
"Tenang, May. Aku ada di sini. Bang Lutfi juga melindungi kita. Mereka tidak akan bisa menyakitimu lagi." jawab Rion menenangkan.
"Aku tidak ingin kembali ke masa itu mas. Aku takut." jawab Mayang dengan mata berkaca-kaca.
"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan melindungimu dengan nyawa ini." Rion menarik Mayang kedalam pelukannya, dan menyembunyikan wajah Mayang di dadanya.
Setelah merasa tenang, Mayang melerai pelukan Rion. Ia menatap wajah Rion dan membelainya.
"Aku pikir traumaku sudah hilang. Ternyata aku masih mengingat momen menyakitkan itu." kata Mayang.
Rion mengecup singkat bibir Mayang dan mengusap pelan wajahnya kemudian kembali memeluk Mayang dengan erat. Seolah meluapkan perasaan cintanya.
Mayang merasakan hangatnya pelukan Rion, membuatnya merasa aman dan nyaman. Ia memandang wajah Rion, mata yang penuh kasih sayang membuat hatinya tenang. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi tanpamu," kata Mayang dengan suara lembut.
Rion tersenyum, mengusap rambut Mayang. "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, May. Kamu adalah segalanya bagiku."
Mayang mengingat kenangan pahitnya, bagaimana Randi dan keluarganya memperlakukannya dengan kejam. Ia merasakan rasa sakit dan ketakutan. Namun, kehadiran Rion membuatnya merasa kuat dan berani.
Rion dan Mayang memandang mata satu sama lain, berbagi harapan dan impian. Mereka tahu bahwa masih banyak tantangan di depan, tapi mereka siap menghadapinya bersama.
"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Mayang dengan pikiran yang semrawut. Pikirannya saat ini benar-benar entah apa. Ia bingung harus bagaimana.
"Kita akan menghadapi semua ini bersama. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu." ungkap Rion, ia menggenggam tangan Mayang dan mengecupnya.
Mayang dan Rion saat ini berdiri di depan jendela kaca besar, memandang ke luar. Cahaya senja memancar masuk, menerangi wajah mereka yang bersatu dalam pelukan.
"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, May," kata Rion, suaranya penuh kasih sayang.
Mayang tersenyum, memandang mata Rion. "Aku juga tidak akan pernah meninggalkanmu mas."
Tiba-tiba, suara ketukan di pintu mengganggu keheningan. Mayang dan Rion saling menatap khawatir.
"Siapa itu?" tanya Mayang, suaranya gemetar.
Rion menghela napas dalam-dalam. "Aku tidak tahu, tapi aku pasti akan melindungimu."
Rion berjalan menuju pintu dan membukanya.
Ternyata asistennya yang bernama Deni menemuinya di ruang istirahatnya.
"Ada apa?" tanya Rion kemudian keluar dari kamarnya menuju sofa di depan kamarnya. Ia mengajak Deni duduk disana.
"Apa Ada kasus baru?" lanjutnya kemudian mendudukkan bokongnya diatas sofa.
"Ya, Pak Rion. Klien baru membutuhkan bantuan hukum dalam kasus perceraian. Kami membutuhkan strategi pertahanan yang kuat."
"Baik, mari kita tinjau kasusnya dan buat rencana." kata Rion antusias.
Ia berdiri lebih dulu dan mendatangi Mayang di kamar. "Sayang! Ada kasus baru yang perlu aku bahas dengan Deni. Aku tinggal sebentar tak apa kan?" ucap Rion diambang pintu.
Mayang yang sedang menatap semburat senja dari jendela kaca besar membalikkan tubuhnya, menggeleng dengan senyum manis. "Hmm! Pergilah." ucapnya dengan suara lembut.
Rion mengangguk dan membalas senyuman Mayang yang menawan. " Kalau ada apa-apa hubungi aku."
Mayang mengangguk paham dengan mata berkedip.
Rion dan Deni berjalan beriringan dan memasuki lift menuju lantai 6. Tak lama mereka keluar lift dan langsung masuk ke ruang kerja Rion, membahas kasus tersebut dengan serius.