NovelToon NovelToon
Bungee Jumpheart

Bungee Jumpheart

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:356.2k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Sehat itu mahal harganya! Dan itu memang benar, keluarga Giovani Mahardika rela membayar seorang gadis untuk menikah dengan putra bungsu mereka demi menyembuhkan gangguan mentalnya.

Dialah Alleta Rindiani, setelah melewati beberapa pertimbangan dan penilaian akhirnya gadis inilah yang dipilih oleh keluarga Gio.

Di tengah usaha keras Alleta, secercah harapan akhirnya muncul, namun Gio nyatanya jatuh cinta pada Alleta.

Akankah Alleta membalas cinta Gio di akhir masa perjanjian? Terlebih sesuatu telah tumbuh di dalam sana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bungee~ Bab 29

Leta mengantarkan kedua temannya dimana Rahma dan Aul sempat mendorong sedikit motor Rahma keluar dari pekarangan sempit Leta. Entahlah, kedua temannya itu, ribett! Definisi senang mempersulit diri sendiri...

"Get well soon frennn! Jangan lupa tugas, sesuk pelajaran pak Ruly tampubloon!" seru Aul melambaikan tangannya yang kemudian mengundang tawa mereka sendiri.

Gio yang mendengar dan melihat ketiganya dari kaca rumahnya menggeleng, "dasar cah wedhok semprul.."

"Mas Bojooo! Pamit pulang yo!" teriak mereka lagi diakhiri dengan tawa ke arah rumah Gio, meskipun mereka tak tau Gio tengah melihat mereka.

Alleta melangkahkan kakinya ke samping dan membuka pintu rumah budhe untuk membawa secarik kertas hvs berisikan tugas untuk besok ke kamar Gio.

Ia cukup terkejut melihat Gio rupanya tengah berada di sofa ruang tamu, yang secara otomatis ia mendengar Aul dan Rahma berpamitan padanya.

"Mas,"

Raut wajah Gio menatap malas nan sinis, "jadi, konco-koncomu wes tau?" Gio menghentikan sejenak ketikan jemarinya di laptop. Gadis itu tak sungkan lagi untuk langsung duduk di samping Gio dan menepuk pa ha pemuda itu, "ya iyalah! Salah siapa coba aku tanya?!" sengit Leta, kalau bukan karena Gio yang ceroboh dan keluar dari kamarnya, tak mungkin kedua detektif abal-abal itu sampe merhatiin sepatu dan nanya-nanya soal apa yang terjadi antara dirinya dan Gio.

"Ya kamu lah. Ngapain aku di dorong terus kamu sandera di kamar...sudah tau di rumahku ada Mus, yang nungguin aku. Mesti nunggu sampe kapan?" balik Gio sengak membuat Leta manyun dan mendelik tak terima disalahkan.

"Nah, sekarang kenapa ndak kerja?! Aku mau dikasih makan apa to...kalo kamu ndak kerja?! Moso mau minta padhe--budhe."

Gio berdecak, "hari ini aku ijin. Ada tugas yang ngga bisa kutunda...lagipula sebentar lagi aku mesti nyiapin buat kkn." Ujarnya kembali menatap layar laptop.

Alleta menaikan alisnya, "kkn? Jauh? Berarti sekitar 4 bulan, mas ngga di rumah?"

Gio terpaksa kembali menghentikan kegiatannya dan menatap Leta dengan sorot menantang, "iya. Kenapa? Mau bilang ngga tahan ldr?"

Leta praktis meledakan tawanya sembari menepuk lengan Gio refleks, "jijik banget. Lebay...aku cuma mau bilang, yeeeee!" tawanya lagi.

"Ooo, bojo lak nat." rutuk Gio masih belum menghentikan tawa renyah Leta.

"Aku kkn jauh loh, Ta. Jangan sampe nanti kamu kangen aku marahin..."

"Hey mas bojo! Mana ada orang kangen dimarahin, to...yang ada tuh kupingku aman, damai, tentram..." jawabnya mantap, padahal hatinya merasa tak yakin. Sedikit mengingat ucapan Aul dan Rahma tadi, rasanya ginjalnya ikut tercubit.

"Ooo, bener kamu, ya Ta!" Gio menyarangkan jitakannya di kepala Leta dan lantas melanjutkan tugasnya.

Hening sejenak, Leta memandang Gio yang dari matanya memantul cahaya layar laptop. Wajahnya teramat serius menatap layar kerjanya, sekilas Leta membaca apa yang tengah dikerjakan Gio.

Rupanya serius bukan berarti Gio tak menyadari hal itu. Meski matanya menatap lembar kerja di layar namun mulutnya sudah lirih berucap, "kamu ndak akan ngerti. Ndak usah dibaca, kamu bakalan pusing."

Bibirnya praktis menyungging nyinyir, "uhhh, so! Belagu...lagian aku ndak niat buat baca...ngga penting. Mendingan baca tugas aku buat besok!" ujarnya sewot nan berapi-api, namun ucapan itu kontras dengan pandangan Leta yang justru tertumbuk ke arah Gio, seperti ada sesuatu hal yang mengganjal dan ingin Leta sampaikan pada lelaki di sampingnya itu.

"Opo liat-liat? Aku ganteng? Baru sadar?" tembak Gio semakin membuat bibir Leta melengkung ilfeel.

"Mas," lirihnya, sambil menggenggam kertas tugas, Leta menunduk memberikan isyarat jika apa yang akan ia ucapkan adalah hal serius.

"Hm?"

"Kabar temenmu di buntelan kentut itu gimana?" tanya Leta memberikan basa basi terlebih dahulu.

Akhirnya atensi Gio teralihkan sepenuhnya pada Leta yang masih menunduk menatap tugas di tangannya.

Sempat terdiam, Gio tak langsung menjawab pertanyaan dari Leta, "kenapa emangnya?" ia justru balik bertanya, karena tumben sekali Leta bertanya tentang Rompis, lebih tepatnya baru kali ini.

Ia menggeleng seraya mendengus sumbang, "engga. Ngga apa-apa, cuma nanya aja..." kini ia menatap Gio meski sorotnya masih kalah tegas nan tajam dengan sorot mata Gio saat ini.

"Baik. Terakhir dia masuk panti rehabilitasi sekaligus ditangani sama psikiater dan dokter. Keluarganya sudah menerima kondisinya dan mengajukan konseling sekaligus psikoterapi buatnya."

"Terus sarang para pelangi?" tanya Leta lagi.

Ada helaan nafas jengah dari Gio, namun kemudian pemuda itu membalikan laptopnya mengeluarkan laman lembar kerja dan membuka linimasa terkini.

Polisi bubarkan sarang para LGBT di beberapa club malam di kota apel.

Polisi temukan sejumlah transaksi obat-obatan terlarang dan terorganisir di sejumlah club malam bersama komunitas kaum pelangi.

Alis Leta yang mengerut kritis kini kembali mengendur dan relaks.

"Ibu sama bapak lusa mau ke Jakarta, mbakyu Cle...istri mas Tama mau acara 7 bulanan." Gio berkata.

"Loh, kok kamu ndak ikut?"

Gio menggeleng, "aku sibuk sama tugas kuliah...aku juga ndak enak sama yang lain kalo aku ninggalin kamu sementara aku enak enakan ke Jakarta." Jawabnya semakin membuat menciutkan niatan Leta untuk bertanya.

"Kamu banyak tanya kaya si dora, bukannya punya tugas juga buat sesuk, to? Kerjakan."

"Iyo...iyo..." ketus Leta beranjak dari sofa.

"Oh iya, lupa...Ta! Bikinin aku kopi, yo...jangan kebanyakan gula, creamer aja!" teriaknya menyuruh, sontak saja langkah itu terhenti untuk menoleh ke belakang dengan alis mata tajam menyorot, "aduh mas, aku mau ngerjain du---"

"Tolong." Gio membubuhkan kalimat ajaib itu sehingga membuat Leta sulit untuk menolaknya jika sudah begitu, dengan bahu yang turun dan ogah-ogahan akhirnya gadis itu masuk juga ke dapur, membuat kopi untuk Gio meski ia tak memakai takaran yang diserukan Gio tadi.

Segelas kopi berkrimer sudah tersaji di gelas tepat di samping laptop Gio, menguarkan aroma panas yang harum mengundang Gio untuk segera mencicipi, "matur suwun..." ucapnya kembali mengatakan kalimat magic berikutnya, namun alisnya mengernyit manakala merasakan rasa yang tak sesuai keinginan dan ekspektasi.

"Ta, iki!" Namun jemari telunjuk Leta dengan tak sopannya menempel di mulut Gio, "suthh! Aku yang bikin, jadi suka-suka ku...kamu yang minta tolong, mesti terima....udah sukur dibikinin. Minum ndak?! Kalo ndak kamu minum sampe habis, ta sumpahin jalanmu pincang abis ini!" ancam Leta, belum jua bergeming Leta kembali berucap, "udah gitu mati karena stroke..."

Lantas Gio meneguk hampir setengah isian gelasnya di depan Leta saat itu juga membuat Leta tersenyum, "suami soleh."

.

.

Ia menenteng laptop ke dalam kamar setelah merasa cukup mengerjakan tugasnya hari ini, setelah sebelumnya menyapa ibu dan bapak yang bertanya dimana Leta, sudah makan ataukah belum menantu mereka itu.

Didapatinya Leta yang tertidur, sementara tugas yang sejak tadi akan ia kerjakan, rupanya masih kosong dan bersih. Dan itu sungguh membuat Gio berdecak kesal.

"Dasar bojo semprul...dari tadi opo to yang kamu kerjain, Ta?!" kekehnya gemas sekaligus greget sekali, kepingin ta jewer telinganya sampai putus. Gio menggeleng dan menyingkirkan tangan Leta, bermaksud melihat lembar kerja yang Leta kerjakan, namun secarik kertas hasil sobekannya dari buku catatan jatuh begitu saja bersama kertas hvs yang tertarik.

Gio melihatnya dan membacanya.

Cerai--jangan---cerai---jangan....???

.

.

.

.

.

.

1
Susi Susanti
ok teh Sinn,,,jempol pokok nya untuk semua karyanya,ditunggu karya selanjut nya
Ney Maniez
Nuhun Teh Sin udah ngasih karya yang sangat menghibur...
love❤❤ buat teh sin😘😘😘😘
Ney Maniez
ehhhh kokkk,,, lagiiii seruuu/Sob//Sob//Sob/
Ney Maniez
coooo cweeeettttttt🥰😘😍
Ney Maniez
semangat yaaa Ta
Ney Maniez
suami siagaaa yaaa masss gio
Ney Maniez
gassss /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
mamah teby
haturnuhun pisan teh shin kanggo karyanya , mudah2an di lancarkan segala urusannya,,,di tunggu kisah cinta selanjutnya.tetap semangat berkarya 👍💪💪💓💓
Febly Yanti
ya dah end aja teh..tega si te2h ngegantung tak bertali...sedih aku nya teh...
Elmaz
yaaah....kok tamat....akh belum ikhlas lah crita nya msh unyu2 pengantin anyar ....msh bucin...oooo
Ismalinda
Luar biasa
Nasi Goreng songo
kaya mas duda ya endingnya...????
UfyArie
menghibur sangat...
Sitti Ramadan
kutunggu karya terbaikmu lg teteh 🥰
Lala cantik:)
tambahin lahh Thor, masa digantung muluu sii. yang dina-pras , cle-tama masa yang ini juga sii. yukk tambahin lagii
Marliyanipratama
pokok e mae sin tuh the best autor from two Thousand Twoelef laah... hahaha aku tunggu yah smpean di senen mak biar kita bisa jalan" dengan karya baru muh... /Facepalm//Facepalm/
Fitria Syafei
KK ....ko theand 🥺 sukses ya 🥰🥰
MunaRizka
dtunggu karya barunya
MunaRizka
eehhh kok tamat
MunaRizka
so sweet
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!