'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
. . . .
"Sayang. Bisakah kita berhenti sebentar? Aku ingin buang air kecil," kata Xannia.
"Kenapa tidak ke toilet saat kita di minimarket tadi," sahut Davendra.
"Karna aku belum ingin, dan aku ingin sekarang," rengek Xannia.
"Kita akan berhenti di pom bensin," kata Davendra..
Dan tidak lama kemudian Dave menemukan pom bensin yang jaraknya tak lumayan jauh.
Xannia segera keluar dari mobil saat Davendra akan mengisi bensin.
Wanita cantik itu berlari dengan cepat menuju toilet yang tidak jauh dari suaminya mengisi bensin.
"Ohh, aku sudah tak tahan," gumam Xannia dan masuk kedalam bilik toilet.
Setelah selesai Xannia keluar dari toilet, wanita itu tidak langsung menghampiri suaminya dan malah berdiri di depan toilet untuk membalas pesan dari teman-temannya melalui group chat yang di buat oleh Airin.
Namun, saat Xannia sedang asik membalas chat dari teman-temannya, ponselnya tiba-tiba di rampas oleh seseorang.
Terlihat seorang pria berlari setelah mengambil ponsel milik Xannia.
Dengan sigap Xannia langsung mengejarnya, wanita itu melepas sepatu yang di pakainya dan tepat mengenai punggung pria tersebut.
Brruukkk...
Pria itu pun langsung tersungkur karna tak seimbang saat sepatu Xannia mengenainya.
Ia berlari menghampiri pencuri tersebut dan langsung mengambil ponsel miliknya.
"Lain kali bekerjalah. jangan jadi pencuri, kau masih punya kaki dan tangan," kata Xannia sedikit ketus.
Pria itu pun bangun dan menatap Xannia dengan tajam.
Saat tangan pria itu akan menampar wajah Xannia sontak kaki Xannia lebih cepat menginjak kaki pria itu, dan kakinya yang bebas menendang aset berharga milik pria itu..
Hingga membuatnya mengaduh kesakitan dan merintih merasakan nyeri di area berharga miliknya.
"Sudah untung aku tidak menghajar mu dan melaporkanmu ke polisi," ucap Xannia.
Dari kejauhan Davendra memperhatikan istrinya, dia tak berniat membantu sang istri karna dia yakin xannia bisa menanganinya dengan mudah.
Xannia menghampiri suaminya dengan wajah kesal dan mulut yang terus menggerutu.
"Menyebalkan," gumam Xannia setelah sampai di hadapan suaminya.
"Kau tidak panik?" tanya Davendra
Xannia melihat kearah suaminya.
"Apakah aku harus menjerit dan meminta tolong?
Bagaimana kalau saat kejadian tadi tidak ada orang, apa aku harus menunggu bantuan datang? Yang ada pencurinya sudah pergi jauh," sahut Xannia.
"Lalu, kenapa kau tidak membantuku?" tanya Xannia.
"Karna kau tidak meminta tolong," jawab Davendra.
"Tepat sekali. ada beberapa orang yang dimintai tolong
Tapi tidak membantu. tapi, ada sebagian orang yang tidak di mintai tolong, mereka malah membantu dengan sendirinya. Jadi, kita harus bisa mengandalkan diri kita sendiri dan jangan terpaku pada seseorang yang belum tentu akan mau membantu kita," kata Xannia.
"Apa gunanya memiliki seorang ibu yang lahir di keluarga militer, tapi aku tidak bisa berkelahi," ujar Xannia dan masuk kedalam mobilnya.
Davendra pun mengikuti istrinya masuk kedalam mobil dan duduk di kursi kemudi.
"Apa perjalanan kita masih panjang?" tanya Xannia.
"Hanya tinggal melewati dua kota lagi dan kita akan sampai," sahut Davendra.
"Apa kau mengantuk?" tanya Dave.
"Tidak, aku hanya pegal karna terlalu lama duduk," jawab Xannia.
Davendra kembali melajukan mobilnya dengan cepat agar mereka cepat sampai sebelum makan malam.
"Ceritakan tentang dirimu?" tanya Xannia yang penasaran dengan kehidupan suaminya.
"Tidak ada yang menarik tentang kehidupanku," jawab Davendra dengan datar.
"Lalu para wanita-wanita itu? berapa mantan pacarmu? Ah, apa semua wanita itu sudah menjadi mantanmu atau belum?" tanya Xannia.
"Jika belum kau harus memutuskan mereka. Atau aku akan bertanya pada Raka dan Rendy, siapa nama mereka dan apa pekerjaan mereka dan di mana mereka tinggal," kata Xannia.
"Lalu, kau akan mendatangi mereka satu per satu?" tanya Davendra terkekeh kecil.
"Tentu saja, kenapa tidak? Aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan. termasuk mendatangi para wanitamu itu ," kata Xannia.
"Aku sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi dengan mereka. Mereka hanya sekedar teman kencan, tidak lebih," sahut Davendra.
"Aku tidak percaya," ujar Xannia.
"Sudah kuduga, itu terserah kau. Yang jelas aku sudah mengatakannya," kata Davendra.
"Apa kau pernah tidur dengan mereka?" tanya Xannia.
"Apakah kita perlu membahasnya?" tanya Davendra balik.
"Tentu saja. Aku harus memastikan jika suamiku sehat dan tidak memiliki penyakit kelamin karna sering bercinta dengan wanita lain," jawab Xannia.
"Oh God!! Aku sehat dan sangat sangat sehat. Kau bisa memeriksa surat kesehatanku atau kita perlu memeriksanya lagi pada dokter?" ucap Davendra
"Ide bagus, aku akan menjadwalkan pemeriksaan mu pada dokter nanti," kata Xannia dengan wajah santainya.
"Oh my God, dasar wanita ini," gumam Davendra
Sudah dua jam perjalanan mereka sejak pemberhentian di pom bensin, dan sebentar lagi mereka akan sampai.
Davendra membawa mobilnya menaiki pegunungan yang jalannya sudah bagus dan tidak berbatu.
"Apa resort nya ada di atas pegunungan?" tanya Xannia.
"Tidak juga," sahut Dave.
"Dulunya gunung ini merupakan gunung merapi aktif.
Tapi, sekarang sudah tidak aktif lagi. Dan terdapat kebun anggur di setiap lerengnya," jelas Davendra, dan kau bahkan bisa melihat laut dari atas,.
Davendra memberhentikan mobilnya di depan sebuah resort yang cukup besar.
"Apa resort ini milikmu?" tanya Xannia.
"Iya, aku membangunnya tiga tahun yang lalu," jawab Davendra dan keluar dari mobil diikuti oleh Xannia.
"Bolehkah aku melihatnya?" tanya Xannia.
"Tentu saja," sahut Dave.
Lalu, dari arah resort muncul seorang pria tua yang membuka pintu.
"Anda sudah datang tuan muda," ucap pria tersebut pada Davendra
"Hmm, apa kabar paman?" tanya Davendra.
"Saya baik," jawab pria tua tersebut.
"Xannia," panggil Davendra pada istrinya.
Xannia pun menghampiri Davendra dan berdiri di sampingnya.
"Kenalkan, dia paman Antony. Dia yang mengurus tempat ini," kata Davendra.
"Dan ini istriku paman. Xannia ," ucap Davendra pada Antony.
"Oh ya ampun, anda sudah menikah?" tanya Antony dan di angguki oleh Davendra.
"Anda sangat cantik, nona. Tuan Davendra beruntung mendapatkan istri secantik anda," puji Antony yang membuat pipi Xannia merona.
"Aku yang beruntung mendapatkannya paman. Dia sangat kaya," bisik Xannia di akhir kalimatnya dan membuat pria tua itu tertawa.
"Apa kalian akan langsung istirahat?" tanya Antony.
"Tidak, aku akan menemaninya untuk melihat-lihat sebentar," kata Davendra.
"Baiklah, saya akan memanggil anda saat jam makan malam," ujar Antony.
Davendra pun mengikuti Xannia kemanapun yang wanita inginkan, dan masih di sekitaran resort Davendra dengan sabar menjelaskan semua yang ditanyakan istrinya.
Hingga akhirnya mereka berjalan menuju area belakang resort yang terdapat jurang dengan pembatas di setiap sisinya.
Dari atas sana Xannia bisa melihat luasnya lautan yang sangat indah.
"Besok aku ingin ke pantai," kata Xannia.
"Hmm," sahut Davendra yang berdiri di belakang sang istri.
Tangan Davendra terulur memeluk pinggang Xannia,sedangkan tangan Xannia berpegangan pada pembatas.
"Disini sangat indah," kata Xannia.
"Kau menyukainya?" tanya Davendra
Hmm, sangat," jawab Xannia
"Jika aku meminta resort ini padamu, kau akan memberikannya untukku?" tanya Xannia.
"Tentu saja," jawan Davendra tanpa ada keraguan sedikit pun.
"Lalu, jika aku juga meminta kebun anggur yang kita lewati tadi, kau juga akan memberikannya untukku?" tanya Xannia lagi.
"Hmm, aku akan memberikannya jika memang kau menginginkannya," sahut Davendra
"Semudah itu?" ucap Xannia tak percaya.
"Hmm, aku akan memberikannya jika kau memang benar-benar menginginkannya, dan aku akan meminta paman Antony untuk mengurus surat-suratnya," ujar Davendra
"Kau benar-benar sangat kaya," celetuk Xannia.
"Aku memang kaya," sahut Davendra dan mendapat sikutan dari xannia
"Dan juga sombong," ucap Xannia
"Kau harus memegang kata-katamu, dan aku akan menagihnya nanti," kata Xannia.
Cukup lama mereka berada disana, hingga paman Antony memang mereka untuk makan malam.
"Di mana kamarnya?" tanya Xannia
"Di lantai dua, dengan pintu berwarna coklat," jawab Davendra.
Xannia berjalan menaiki tangga setelah Davendra memberitahu kamar mereka.
"Paman," ucap Davendra.
"Iya tuan?" sahut Antony.
"Urus semua surat-surat kepemilikan resort ini dan juga perkebunan anggur. Buat atas nama istriku," kata Davendra.
"Semuanya tuan?" tanya Antony agi.
"Hmm, semuanya. Termasuk Villa yang ada di kaki gunung," jawab Davendra
"Dan, jangan beri tahu dia," kata Davendra.
"Baik tuan," sahut Antony dengan patuh.
Setelah mengatakan itu, Davendra pun menyusul sang istri yang sudah lebih dulu masuk ke kamar mereka.
Bersambung.......