Briyan seorang pemuda tampan berumur 27 tahun, dia hanya hidup bersama ibunya, dia belum pernah sama sekali bertemu dengan Ayah kandungnya, Ibunya Saraswati selalu menyembunyikan tentang siapa ayah kandung Briyan sebenarnya
Sampai suatu hari Briyan bertemu dengan Liliana dia adalah anak angkat dari seorang laki-laki kaya raya. Hubungan Briyan dan juga Liliana tidaklah mudah, kakak dari Liliana mencoba menghancurkan hubungan Liliana dengan kekasihnya, belum juga Adrian ayah angkat Liliana juga tidak menyetujui hubungan mereka.
Adrian belum mengetahui bahwa Briyan adalah anak kandungnya, dia menyuruh Liliana untuk mengakhiri hubungannya dengan Briyan karena menurutnya Briyan hanyalah pemuda miskin yang hanya menginginkan hartanya saja.
Hingga suatu hari, akhirnya Adrian mengetahui bahwa sebenarnya Briyan adalah anak kandungnya dengan Saraswati
Bagaimanakah kisah selanjutnya? Yuk kawal cerita ini sampai selesai😊
Jagan lupa tinggalkan jejak kalian ya readers........
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indaria_ria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 #Sebuah Kecelakaan
"Tidak ada rahimnya? maksud kamu?" Dokter Ibrahim penasaran.
"Maksud saya? saya mohon maaf Dokter, bukan bermaksud?"
"Tidak apa-apa, Casandra adalah teman saya ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" mau tak mau Sinta menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, disampingnya Dokter Ibrahim mendengarkannya dengan baik.
Dari cerita yang ia dengar dari Dokter Sinta, Dokter Ibrahim langsung bisa menyimpulkan bahwa hilangnya rahim Casandra kemungkinan sudah di ketahui oleh pihak keluarganya dan bisa juga kalau setelah melahirkan Casandra langsung melakukan operasi pengangkatan rahim, karena menurut cerita Dokter Sinta Casandra tidak merasa pernah melakukan operasi.
"Ada yang tidak beres di keluarganya, bisa jadi operasi itu memang tanpa sepengetahuan Casandra, mungkin saja keluarganya ingin menutupi masalah ini dari Casandra." ucap Dokter Ibrahim.
"Bisa jadi seperti itu Dok, tapi saya sudah menyarankan Ibu Casandra untuk melakukan pemeriksaan ulang, saya merasa ibu Casandra tidak percaya dengan apa yang sudah saya jelaskan."
"Lebih baik begitu, biarkan Casandra melakukan pemeriksaan di tempat lain, saya yakin dia tidak akan percaya, karena dia sama sekali tidak merasa melakukan operasi."
"Betul Dok."
"Sudah bisa di pastikan kemungkinan yang Adrian katakan memang benar Lilian adalah putri kandung dari Casandra." batin Dokter Ibrahim.
**
Sementara itu sepulang dari Rumah Sakit, Casandra langsung pulang kerumah orang tuanya, dia ingin menceritakan tentang hasil pemeriksaannya dari Rumah Sakit, kali ini dia sedang butuh dukungan untuk meyakinkan bahwa Dokter Sinta itu hanya mengada-ada saja tentang hilangnya kantung rahim di perutnya.
"Casandra kamu kesini? mana suamimu?" tanya seorang perempuan tua yang sedang duduk di kursi goyang miliknya.
"Mas Adrian sibuk ma, mungkin lain waktu dia akan kesini bersamaku." jawab Casandra sambil menghampiri mamanya.
"Apa kamu baru ingat mama mu sekarang? kenapa kamu tidak pernah menjenguk mama akhir-akhir ini?" tanya wanita tua itu.
"Maafkan Casandra ma, akhir-akhir ini aku sangat sibuk sekali, oya ada sesuatu yang ingin aku tanyakan pada mama?." Casandra mulai duduk di sebelah kursi nyonya Melati.
"Katakan apa yang mau kamu tanyakan?" ucap nyonya melati.
"Ma, apa benar mas Adrian itu mandul?" nyonya Melati yang sedang santai dikursi goyangnya mendadak terkejut mendengar pertanyaan putrinya.
"Kenapa kamu masih menanyakannya lagi? bukankah mama sudah pernah bilang kalau Adrian sebenarnya mandul, apa kamu kurang jelas?"
"Tapi ma, aku baru saja memeriksakan diri ke Dokter kandungan dia bilang kantung rahimku tidak ada, jadi yang tidak bisa punya anak itu aku atau mas Adrian? apa yang sebenarnya terjadi ma?" Casandra meminta penjelasan.
Deg...
Apa yang di takutkan Nyonya Melati benar terjadi, sekuat apapun mereka menutupi rahasia itu pasti lambat laun Casandra pasti akan mengetahuinya.
"Kenapa diam ma? sebenarnya apa yang terjadi, berarti mas Adrian selama ini tidak mandul tapi malah aku yang sebenarnya tidak bisa hamil begitu?" Casandra tidak bisa lagi menahan air matanya.
"Maafkan mama, ini semua demi nyawamu dan darah dagingmu waktu itu Casandra." Casandra langsung mendongakkan kepalanya.
"Maksud mama apa? jadi benar aku pernah melakukan operasi pengangkatan rahim?" nyonya Melati hanya bisa menganggukan kepalanya tanpa bisa berucap satu kata pun, dia yakin masalah ini pasti akan menyakiti putri satu-satunya.
"Jadi selama ini kalian menutupinya dari ku? mama jahat!" Casandra segera berlari keluar dari rumah besar itu tanpa memperdulikan apapun lagi, sementara nyonya Melati berusaha berlari mengejarnya.
"Casandra! dengar mama!" nyonya melati berusaha memanggil putrinya ia bermaksud ingin memberi penjelasan tapi sayang Casandra dengan cepat langsung menjalankan mobilnya meninggalkan nyonya Melati yang masih berdiri di depan pintu.
"Maafkan mama Casandra ini karena kamu waktu itu terkena kanker sayang, dan satu-satunya jalan untuk bisa menyelamatkanmu adalah dengan cara mengangkat rahim mu."
Air mata nyonya Melati akhirnya mulai berjatuhan, sebenarnya dia tidak tega melihat putrinya yang terus saja berusaha menginginkan keturunan dari pernikahannya, sedangkan dirinya tidak tau kalau rahimnya ternyata sudah tidak ada.
Sementara itu di dalam mobilnya Casandra masih saja menangis, dia kecewa dengan keluarganya. Kenapa masalah sebesar ini harus ditutupi dari dirinya.
"Kenapa kalian tega merahasiakannya dariku, pantas saja aku tidak bisa memberikan keturunan untuk mas Adrian karena ternyata rahimku sudah tidak ada!" Casandra serasa ingin menjerit sekencang-kencangnya setelah mengetahui semuanya.
Mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi membuat Casandra semakin kehilangan keseimbangan, sampai dia baru menyadari kalau di luar sana sudah banyak orang yang berteriak menghampiri mobilnya.
"Keluar!"
"Keluar!" suara gedoran dari balik kaca terlihat oleh Casandra.
Banyak orang yang terliahat mengelilingi mobil miliknya, mobil Casandra langsung berhenti mendadak saat terasa bunyi benturan dari luar sana.
Casandra tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi, Casandra memberanikan diri untuk segera keluar melihat apa yang terjadi, baru saja dia membuka pintu banyak pemuda yang langsung menghadangnya diluar pintu.
"Ini orangnya!" teriak dari salah satu orang disana.
"Kamu harus bertanggung jawab! ini jalan raya bukan ajang kebut-kebutan!" ucap salah satu dari mereka.
"Ini ada apa ya?" semua tercengan mendengar pertanyaan Casandra.
"Apa? apa kamu tidak tau kalau mobilmu sudah menabrak orang?"
"Apa?" Casandra hampir saja tidak percaya, dia merasa jalanan didepannya tadi sepi, dia tidak merasa menabrak orang sama sekali.
"Maaf, anda bisa ikut kami ke kantor polisi." seorang polisi baru saja datang dan melerai orang-orang di depan Casandra.
Mau tak mau setelah di jelaskan oleh polisi Casanda baru percaya kalau dirinya sudah menabrak orang yang sedang berjalan di tempat penyebrangan.
Masalah yang Casandra hadapi benar-benar rumit, belum selesai masalah satu, masalah lain sudah menghampiri. Kini dia harus bertanggung jawab pada seorang wanita yang sudah ia tabrak.
"Pak, saya akan bertanggung jawab atas kecelakaan ini, saya akan menanggung semua biaya Rumah Sakitnya, dan tentunya biaya ganti rugi juga." ucap Casandra pada seorang polisi.
"Anda bisa membicarakannya nanti dengan keluarga korban yang sudah anda tabrak bu, tapi untuk saat ini proses hukum akan tetap berjalan." ucap seorang polisi di depannya.
Casandra segera mengambil ponsel miliknya untuk menghubungi kuasa hukumnya untuk menyelesaikan kasus kecelakaan yang sudah ia lakukan, Casandra punya uang dia bisa melakukan apa saja agar dirinya terbebas dari masalah yang sedang ia hadapi.
**
Ditempat lain...
"Apa? ibu kecelakaan?" Briyan baru saja mendapat telepon dari kantor polisi yang memberitahukan bahwa ibunya Saraswati baru saja mengalami kecelakaan.
Tanpa berpikir panjang setelah polisi menceritakan kronologi kejadian yang menimpa ibunya, Briyan dengan cepat langsung meninggalkan kantornya dan pergi menuju kesebuah Rumah Sakit.
Disepanjang perjalanan menuju ke Rumah Sakit perasaan Briyan sangat cemas dia takutan ibunya kenapa-kenapa, ibunya adalah satu-satunya orang yang ia miliki, dia tidak mau kehilangan ibunya seperti ayahnya yang sudah tiada.
Berlari menuju keruang Gawat Darurat, Briyan mencoba mencari ibunya wajahnya benar-benar terlihat panik.
"Sus, dimana ibu saya?" tanya Briyan dengan nafasnya yang terengah.
"Maaf siapa nama ibu anda?" tanya suster di depannya.
"Ibu Saraswati."
"Oh, pasien atas nama ibu Saraswati korban kecelakaan? beliau baru saja di tangani oleh Dokter, disebelah sana." Briyan segera berlari mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Suster.
Dengan tergesa-gesa Briyan segera mendekati sebuah ruangan yang kemungkinan ibunya sedang berbaring disana.
"Ibu??"
Bersambung....