Arrayan menikahi Bella, seorang gadis cacat, karena dendam. Kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya membuat Arrayan yakin Bella adalah penyebabnya.
Namun, Bella hanyalah korban tak bersalah, sedangkan pelakunya adalah Stella, adik angkatnya yang penuh ambisi. Ketika Stella melihat wajah tampan Arrayan, dia menyesal menolaknya dulu dan bertekad merebutnya kembali. Di tengah rahasia yang semakin terungkap, cinta dan kebencian menjadi taruhan.
Akankah Arrayan menemukan kebenaran sebelum semuanya terlambat? Apa pilihan Arrayan saat cinta dan balas dendam saling beradu?
Happy reading 😘🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 ( Menentukan tanggal pernikahan )
Setalah lama berpikir akhirnya Johan memutuskan untuk segera menemui Bella dan membujuknya untuk menerima perjodohan itu. Tinggal satu hari lagi menuju lamaran sesuai kesepakatan Wiliam yang ingin bertemu kedua keluarga untuk menentukan tanggal pernikahan. Akan tetapi, ia khawatir jika Bella setuju dan Wiliam malah tidak menerima Bella karena Wiliam ingin Stella yang dijodohkan dengan keponakannya.
Saat ini Johan berada di toko bersama Bella dengan menikmati secangkir kopi buatan sang putri. Sebenarnya Bella sudah tau maksud kedatangan papanya yang ingin menjodohkan dirinya dengan putra relasinya,”Bella, langsung saja papa ingin bicara soal perjodohan kamu dengan putra relasi papa. Maaf, jika ini terkesan mendadak. Karena Stella menolak perjodohan ini tapi kalau kau menolak juga papa tidak tau bagaimana nasib perusahan papa, Bella,”
Bella mengenggam tangan Johan yang sedih dan merasa tidak enak mengatakan itu pada dirinya. Johan semakin merasa bersalah dengan sikap lembut Bella padanya,”Aku bersedia menerima perjodohan itu. Papa tidak perlu khawatir, justru aku kahwatir jika pria itu menolak dijodohkan denganku karena keadaanku yang seperti ini,” balas Bella berusaha tersenyum di hadapan Johan.
“Soal itu papa juga akan membicarakannya pada Wiliam. Papa tidak ingin menyembunyikan apapun darinya. Terimakasih, sayang kamu selalu mengerti keadaan papa dan maaf jika papa terlihat memaksamu. Aku memang seorang ayah yang tidak berguna dan selalu menyusahkanmu, Bella,” ujar Johan dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca.
“Tidak, pah. Buat Bella papa adalah orang tuaku yang hebat dan selalu bisa menerima kekuranganku. Mungkin jika orang lain yang menjadi orang tua angkat ku mereka pasti sudah membuang ku ke jalanan karena tidak bisa menerima keadanku yang c4c4t ini,” terang Bella.
Johan sangat terharu mendengarnya. Bella, yang merupakan sorang anak angkat selalu bisa memahami keadaannya, sedangkan Stella ia selalu menentang apa yang jadi keinginan Johan. Seperti putri yang tertukar. Stella yang merupakan putri kandung seharusnya lebih mengerti keadan keluarganya khususnya Johan.
Malam hari yang ditunggu tiba Wiliam beserta asistennya sudah sampai di kediaman Cliere dan langsung disambut hangat Johan dan Daisy.”Senang berjumpa denganmu lagi, Tuan Wiliam,” ujar Daisy dan mempersilahkan Wiliam dan Toni untuk duduk di sofa ruang tamu.
Johan celingukan mencari keberadaan Arrayan dan Toni melihat itu,”Tuan Arrayan sedikit terlambat, mungkin satu jam lagi akan sampai,” ujar Toni.
“Tuan Wiliam apa benar kau menerima Bella sebagai menantumu?” tanya Daisy yang belum percaya padahal Johan sudah memberitahunya setelah ia bertemu Wiliam sehabis dari toko Bella.
Wiliam mengerti keraguan Daisy yang mungkin jika orang lain akan menolak Bella dengan keadaannya. Akan tetapi, keberuntungan sekali lagi berpihak padanya, Sebenarnya saat itu ia juga bingung bagaimana mengatakan pada Johan kalau Arrayan menginginkan Bella yang menjadi istrinya bukan Stella, tetapi saat Johan datang menemuinya saat di kantornya waktu itu …
“Wiliam maafkan aku karena putriku Stella menolak perjodohan ini,” ujar Johan ragu, tetapi Wiliam menanggapinya dengan santai karena ia sangat tau jika Stella tidak suka dengan Arrayan yang kala itu terlihat culun dan wajahnyanya yang terlihat jelek. Akan tetapi, Stella tidak tau Arrayan yang sekarang.
Jika Stella tau penampilan Arrayan yang sekarang pasti ia langsung menerima perjodohan ini tapi tidak mengapa setidaknya sekarang Wiliam tau jika Stella tidak baik untuk Arrayan.
“Lalu, bagaimana? Apa kau ingin membatalkan perjodohan ini?” ujar Wiliam berusaha tenang.
“Tidak, jangan … bagaimana kalau Bella yang menggantikan Stella?” balas Wiliam mengerutkan dahinya dalam. Ia berpura-pura tidak tau soal Bella karena ia juga belum pernah melihatnya hanya Stella yang sering ia temui.
Wiliam baru mengingat gadis itu saat ia bertabrakan dengan Bella di lobby. Ia tidak tau kalau wanita yang bertemu dengannya adalah putri pertama Wiliam, ia baru tau saat Toni memberikan dua foto wanita yang merupakan putri dari Johan ia pun sedikit terkejut.
“Tapi … putriku, Bella, dia c4c4t Wiliam? Apa keponakanmu akan menerimanya?” lanjut Johan.
“Aku tidak tau, yang jelas aku tidak keberatan mau siapapun putrimu yang ingin dijodohkan dengan keponakanku yang sudah ku anggap sebagai putraku sendiri, semoga saja Arrayan menerima Bella apapun keadaannya karena ia sangat menyukai wanita yang tidak banyak gaya,” balas Wiliam.
Johan merasa tersindir dengan perkataan Wiliam yang arah pembicaraannya seolah mengarah pada Stella, ya memang kenyataannya putrinya itu terlalu banyak gaya maka dari itu Johan tidak protes dan ia sedikit lega karena Wiliam akhirnya menerima Bella untuk menggantikan Stella. Deangan begitu perusahannya akan aman.
Disisi lain Bella masih berada di tokonya, ia sudah berpakaian rapi dan sangat cantik menggunakan dress warna silver dengan rambut yang di ikat ke atas. Nuri pun terkesima dengan kecantikan Bella yang sekan tersembunyi,”Nona, kau sangat cantik pasti calon suamimu akan langsung suka padamu,” puji Nuri dan Bella hanya membalasnya dengan tersenyum hambar.
“Kak, apa kau melihat Riyan beberapa bulan ini datang ke sini?” tanya Bella.
“Tidak, Nona. Memangnya kenapa?” Nuri tidak tau kalau Arrayan dan Bella sedang dekat. Yang dia tau Riyan suka membantu mengantar Bella mengirimkan pesanan bunga ke tempat langgananya.
“Tidak apa-apa, kak. Kalau begitu aku pergi dulu taksinya sudah datang,” pamit Bella yang mana di anggukki Nuri.
Di sepanjang jalan di dalam mobil Bella terus menghubungi Riyan yang beberapa bulan ini tidak menemuinya bahkan tidak pernah membalas pesannya. Bella ingin menulis pesan pada Riyan tentang perjodohan dirinya dan meminta maaf, tetapi urung karena Bella merasa kurang afdol jika tidak langsung mengatakannya.
“Riyan, kenapa kamu menghilang? saat ini aku butuh kamu. Bagaimana nanti kalau aku sudah menikah kau malah kembali? Apa yang harus aku katakan dan bagaimana cara aku menjelaskannya padamu,” lirih Bella merasa gelisah.
“Arghhhh ….”
Brukk
“Pakkkkk ada apa?!” teriak Bella seraya mengusap keningnya karena terbentur kursi depan sang sopir.
“Maaf, Nona. Itu ada motor tiba-tiba lewat jadi saya kaget dan mengerem mendadak,” ujar sang sopir.
Bella melihat ke arah motor itu ia membuka kaca mobil sedikit dan melihat dengan jelas motor sport berwarna hijau persis milik Arrayan yang juga berhenti menatap ke arah taksi tersebut. Kedua mata Jihan terbelalak melihat pria yang sangat ia kenal melajukan kembali motornya tanpa melihat keberadaan Bella di dalamnya.
“Pak, ikuti motor yang tadi,” titah Bella.
“Ada apa, Non? Gak usah diperpanjang bapa sama non kan gak apa-apa,” ujar sang sopir.
“Bukan itu, pak. Pokoknya kejar aja motor itu sekarang! Keburu jauh!” pekik Bella.
“I-iya, baik Nona,” jawab pak supir yang langsung tancap gas.
*
*
Satu jam berlalu kedua pasangan yang ditunggu kehadirannya tak kunjung datang. Wiliam dan Johan sama-sama tidak enak mereka berdua mencoba menghubungi putra dan putrinya yang seharusnya sudah tiba, tetapi ponsel mereka sama-sama tidak aktif. Johan menghela napas kasar sedangkan Daisy berdecak kesal dengan Bella yang sampai sekarang belum tiba di rumahnya.
Daisy mencoba menghubungi Stella yang berada di luar untuk mengecek ke toko Bella apakah gadis itu belum berangkat atau bagaimana? Untung saja Stella dalam perjalanan menuju rumahnya kalau tidak ia mana mau ke tempat Bella. Lima belas menit kemudian Stella menelpon dan memberitahu jika Bella sudah pergi satu jam lalu membuat Daisy sedikit khawatir dan berpikir kalau Bella berubah pikiran dan memilih melarikan diri.
“Papa, Bella tidak ada di tokonya! Kemana anak itu!” pekik Daisy yang kembali ke ruang tamu memberitahukan sang suami. Daisy terdiam netranya menangkap seorang pria yang sangat tampan. Wajahnya yang mungil dan matanya sedikit sipit serta kulitnya yang putih mulus membuat dirinya bertanya-tanya siapakah pria yang berada di samping Wiliam?
“Ada apa, Mah? Kenapa kamu berteriak seperti di hutan, hah? Bikin malu papa saja,” seru Johan.
“Eh!” Daisy tersadar dari lamunannya ia pun beralih menatap ke arah Johan dan melanjutkan omongannya.”Itu, pah, Bella dia gak ada di toko. Aku menyuruh Stella untuk kesana. Kata karyawannya Bella sudah pergi satu jam lalu. Terus sekarang dia kemana? Mama takut dia ka …”
“Mah … kak Bella datang,” pekik Stella yang bersama masuk dengan Bella. Kebetulan mobil mereka sampai bersamaan.
Bella kehilangan jejak saat mengejar motor Arrayan, lalu ia masuk ke dalam rumah tanpa melihat motor sport berwarna hijau milik Arrayan yang terparkir sebelah mobil sang Paman sedikit menutupi motor itu.
Wiliam dan Toni menoleh ke arah Bella, sedangkan Arrayan tertunduk ia merasakan jantungnya berdetak sangat cepat. Jujur saja ia tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Bibirnya berucap benci dan ingin membalas dendam, tetapi hati tidak bisa berbohong kala mendengar suara lembut sang kekasih yang telah ia bohongi tentang statusnya yang merupakan pria yang sangat kaya.
Johan segera menghampiri Bella merangkul sang putri dengan penuh kasih sayang, sedangkan Daisy dan Stella memutar bola matanya malas melihat perhatian Johan yang sangat berlebihan pada Bella. Arrayan sedari tadi memperhatikan Daisy dan Stella yang seolah tidak suka pada Bella. Ia mengangkat satu alisnya dan bertanya di dalam hati ada apa sebenarnya dengan keluarga ini selain sudah membuat kedua orang tuanya tiada sepertinya Arrayan mencium aroma sandiwara di keluarga calon mertuanya.
“Maafkan, Bella, pah. Tadi macet di jalan,” ujar Bella dan Johan hanya menganggukkan kepalanya pelan.
Suara itu makin mendekati Arrayan membuat pemuda itu mendongak sedikit dan melihat Bella yang sudah ada di hadapannya,”Arrayan, kau sedang apa? Berdirilah, calon istrimu sudah di depanmu,” bisik Wiliam yang tidak mengerti dengan sikap Arrayan sangat mencurigakan baginya.
Arrayan menarik napasnya dalam dan menghembuskannya pelan lalu mendongak menatap Bella dengan tatapan tajamnya menahan amarah ketika melihat wajah pelaku kecelakaan malam itu.
“Bella, ini keponakanku yang sudah aku anggap sebagai putraku sendiri. Namanya Arrayan,” ujar Wiliam.
Stella terkejut dan langsung menatap Daisy yang juga menatapnya,”Mah, kau dengar itu? Dia Arrayan pria culun itu,” lirih Stella lalu beralih menatap Arrayan kembali karena wajahnya, penampilannya sangat jauh berbeda dia terlihat sangat tampan dan hampir mendekati sempurna.
Bella tidak merespon Wiliam yang sedari tadi bicara padanya netranya fokus menatap pria yang sangat ia yakini adalah kekasihnya, tetapi ia sedikit tidak yakin dengan penampilannya yang jauh berbeda seperti sebelumnya. Bella menatap Arrayan dari atas ke bawah dan tiba-tiba ia tersenyum bahagia karena tidak menyangka kalau pria yang ingin dijodohkan dengannya ternyata kekasihnya sendiri.
“Sepertinya mereka sudah saling menyukai ya Johan?” ujar Wiliam menatap senyuman Bella yang terbit di bibir gadis manis itu, tetapi Arrayan masih menatap dingin Bella yang tidak memperhatikannya ia sibuk dengan perasaan di hatinya yang terasa berbunga-bunga dan mengira Arrayan merasakan hal yang sama padanya.
“Baiklah, kita tentukan tanggal pernikahannya, bagaimana kalau bulan depan saja,” ujar Johan.
“Aku setuju,” balas Wiliam.
*
*
Bersambung.
😅