Nakki hanyalah gadis kecil yang lugu, kesehariannya hanya bermain, siapa sangka ia dinikahkan dengan Jendral karena janji kakeknya dan kakek Sang Jendral, sebelum meninggal menulis wasiat, agar Manik menikahi Nakki kelak di kemudian hari.
Jendral yang patuh pada kakek nya dan juga sangat sibuk dengan urusannya bersama raja, tidak punya banyak waktu untuk berfikir langsung menikahi Nakki tanpa melihat wajah gadis itu lebih dulu.
Sayangnya, Jendral meninggalkan istri mudanya untuk waktu yang lama, bersama istrinya yang dipenuhi rasa cemburu, hingga membawa kesulitan bagi Nakki yang tidak memahami apa kesalahannya.
Di dera banyak ujian bersama istri pertama dan kedua Jendral Manik, Nakki kabur dan pulang ke kebun peninggalan kakeknya, sebuah konspirasi jahat membuat Nakki terjatuh ke jurang, lalu muncul sinar terang dari langit menyambar tubuhnya, tubuhnya hanya luka ringan, bahkan memiliki kekuatan setelahnya membuat dirinya jenius dalam berbagai hal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Nafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari-Hari Berlalu Cepat
Rasa bersalah sedikit mengganggunya, ia juga berasal dari kampung, ketika dulu diajak bekerja di istana, ia langsung mengiyakan, terbayang enaknya bekerja di istana, yang terkenal dengan semua kemewahan dan ketenaran.
Apalagi ia langsung menjadi pelayan putri perdana menteri yang cantik jelita, ia berjanji akan setia pada putri ini hingga ia merasakan dirinya perlahan berubah mengikuti keinginan tuannya, terlebih setelah ia dipindahkan dan dijadikan hadiah sebagai pelayan di rumah Jendral.
Dimana ia harus menjadi kepala pelayan dan diperintahkan untuk melakukan apapun untuk mencelakai Gadis muda yang merupakan istri Jendral karena sebuah wasiat.
*****
Rasa penat dan lelah begitu mendera tubuh Nakki, baru kali ini pekerjaan fisik tiada henti dilakukannya, ia belum pernah seletih ini sebelumnya.
Sudah berkali-kali tadi ia terpeleset di kubangan lumpur saat mengangkat rumput untuk ternak, bebek-bebek yang tadinya berkeliaran disana tak urung beterbangan karena kericuhan,
Akibat terjatuh, Nakki lupa menutup pintu kandang, alhasil beberapa kambing berhasil lolos ke luar, Nakki pun harus disibukkan tugas menarik kambing-kambing kembali ke kandang.
Sebelum itu, Nakki yang berdiri tanpa melihat jalan, membuat ia menginjak beberapa ekor bebek yang berhambur ketakutan hingga menumpahkan ember berisi makanan ternak yang akan dibagikan.
Bajunya sudah sangat kotor dan bau, untunglah ia sudah memasukkan buah dan sayur ke gudang, sehingga tidak perlu melakukan pekerjaan dua kali karena badannya kotor.
Nakki menyiram tubuhnya dengan berdiri di bawah pancuran air di tengah kebun yang dipakai menyiram tanaman.
Paman Dori pun merasakan kejanggalan, tidak biasanya jalan di dekat kandang selicin itu, ternyata setelah diperiksa ada tumpahan minyak disana tentu saja sangat licin dilalui.
Siapa yang telah menumpahkan minyak disitu? Paman Dori mencurigai salah seorang pekerja yang teledor dan tidak berterus-terang telah membuang beberapa kubik minyak karena takut di hukum.
Sementara Nakki akhirnya kembali ke rumah utama dengan kondisi badan lembab dan bau, gadis itu menuju paviliunnya untuk membersihkan diri.
Cukup lama ia berendam berharap bau lumpur itu dapat hilang namun sisa-sisa minyak membuatnya kewalahan menghilangkan bau di rambutnya.
Nakki terpaksa berhenti menyiram tubuhnya karena hari sudah gelap atau ia akan demam karena terus bermain air.
Nakki adalah orang terakhir yang tiba di meja makan hari itu, nyonya Bulma dan nyonya Desy sudah tampak lebih dulu disana, begitupun kedua sepupunya.
Namun baru saja Nakki menaruh pantatnya, gadis itu dikejutkan dengan suara hardikan dari putri Kimi, sepupu putri Desy.
'Huh... bau apa ini? kenapa ruangan ini sangat bau busuk sejak dia masuk? apa yang dibawanya keruangan ini? aku tidak tahan kakak..."
Semua menoleh kearah Nakki,
"apa kau lupa mandi karena lapar?" tegur nyonya Bulma dengan tatapan tajam.
"Sudah nyonya. saya sudah mandi." Jawab Nakki tidak enak, ia tahu baunya memang belum hilang semua.
"Apa pekerjaan mu tidak becus? kenapa bisa sampai se bau itu? Bibi... Aku ingin kau memeriksa pekerjaannya besok, jangan sampai ia hanya bermain-main." Tegur nyonya Bulma dengan tatapan marah.
"Baik nyonya." jawab Kepala pelayan sambil menunduk.
'Maaf nyonya kalau mengganggu biar saya makan di dapur saja. " Nakki bermaksud berdiri dengan memegang piring makannya.
"Berhenti. Siapa yang menyuruhmu pindah? kami sudah selesai, segera habiskan makanmu, Bibi...setelah itu berikan tugas merapikan piring-piring kepadanya, hari ini dia dihukum karena tidak becus bekerja." Segera Nyonya Bulma berlalu disusul Nyonya Desy dan kedua sepupunya yang menatap dengan tatapan mengejek.
Alhasil, Nakki yang sudah sangat kecapean karena seharian bekerja di kebun kini harus melakukan pekerjaan lain.
Gadis itu merapikan piring-piring porselen yang berdebu di lemari, cukup lama pekerjaan itu karena harus disabuni satu persatu, dibilas lalu di lap dengan kain bersih hingga kering, baru kemudian disusun kembali di lemari.
Menjelang tengah malam Nakki baru kembali ke paviliunnya, ia lupa mencuci muka, gadis itu sudah sangat mengantuk, hingga menjatuhkan begitu saja tubuhnya ke kasur dan segera terbuai dalam lelap.
*****
Hari-hari selanjutnya tidaklah lebih mudah, melainkan hari-hari penuh kepenatan dan pekerjaan yang terus bertambah.
Kemarin Nakki hampir saja terkena pemotong kayu karena salah satu engselnya terlepas.
Nyonya Desy memintanya membawa beberapa potongan kayu dari gudang kayu, karena cuaca beberapa hari itu terasa dingin dan ruangan memerlukan penghangat dari kayu pembakaran.
Tidak ada pelayan yang dapat diminta menemaninya, Nakki berjalan sendiri ke gudang di dekat dapur.
Di tengah gudang terdapat alat pemotong yang terpasang, memudahkan untuk memotong kayu setiap saat.
Nakki menunduk di bawah pemotong untuk meraih beberapa potong kayu kering ketika
"Kresek.."
suara kretak... terdengar, Nakki tidak tahu sumber suara itu namun seekor kucing tiba-tiba melompat dari atas
"Meooong... "
Hingga mengagetkan Nakki, karena kaget ia melompat menjauh tepat disaat pemotong itu terlepas.
Entah mengapa pemotong itu seakan terikat dengan kayu-kayu, hingga saat jatuh, semua susunan kayu yang tertata turut terlepas dan berhamburan.
Suara ribut dari arah gudang mengundang orang segera datang dan melihat pemotong itu sudah jatuh ke tanah dan terbelah dua.
Kejadian itu membuat marah nyonya Bulma yang menganggap Nakki sangat ceroboh hingga memberikan hukuman membersihkan seluruh kerusakan di gudang, menyusun kayu-kayu berserakan hingga larut malam.
Hukuman atas setiap kesalahan pun turut menyertai dan Nakki hanya mengeluh dalam hati karena ia tidak memiliki siapapun untuk mencurahkan perasaan.
Beberapa hari sebelumnya Nakki tidak dapat bekerja seluruh tubuhnya sakit setelah meminum segelas minuman yang diantarkan pelayan ke kebun.
Hanya sari jeruk dan manisan buah, tampak sangat nikmat diminum di bawah terik matahari, dan Nakki dengan senang menerimanya.
Sepulang dari kebun Nakki tidak bisa ikut bergabung untuk makan malam karena perutnya terasa panas dan sesak.
Perasaan mual dan ingin muntah ditambah rasa sakit di perut bawahnya sangat menyiksa.
Rasa sakit itu perlahan semakin naik dan bertambah membuat seluruh tubuhnya basah kuyup karena menahan rasa perih.
Hingga malam semakin larut Nakki merintih sendiri di paviliunnya hingga menjelang dini hari, untunglah ia teringat nasehat kakek untuk meminum air hangat bila perut kembung.
Sendirian gadis itu memanaskan air dan mengompres perutnya dengan air hangat dan meminum beberapa gelas air hangat hingga rasa perih itu reda, barulah ia dapat tertidur.
Rasa perih didera hukuman dan pekerjaan yang saling menumpuk silih berganti membuat Nakki merasa ingin kembali ke kampungnya.
Namun mungkin nyonya tidak akan pernah memberi ijin dengan alasan Jendral tidak ada di tempat, istrinya tidak boleh meninggalkan kediaman.
Padahal pernah Nakki melihat nyonya Desy maupun Nyonya Bulma keluar kediaman dengan kereta tertutup dikawal beberapa pengawal dan baru kembali keesokan harinya.
Lalu mengapa dirinya tidak boleh? bahkan pernah beberapa kerabatnya dari kampung datang hendak menengoknya namun dicegah oleh penjaga gerbang, dengan alasan bukan saatnya berkunjung.
Kejadian itu diketahuinya saat pengawal tidak sengaja menceritakan kejadiannya pada Nakki.
Meskipun paman Dori dan kepala pelayan tampak menaruh bekas kasihan, Nakki dapat melihat mereka takut pada nyonya Bulma dan nyonya Desy.
Terkadang Nakki merindukan kampungnya, merindukan rumahnya dan keluarga yang masih dimilikinya disana.
Hingga waktu berlalu dengan cepat, telah Dua tahun berlalu sejak Jendral menjalankan tugas diluar kota.
Berbagai ujian kehidupan dilaluinya dalam diam, berbagai kejadian yang nyaris mencelakai dirinya pun kerap datang tiba-tiba, namun Yang Maha Kuasa masih melindunginya.
Berbagai pekerjaan berat telah membentuk Nakki kecil menjadi kuat secara fisik dan mental.
Nakki perlahan tumbuh menjadi gadis remaja yang memiliki tubuh tinggi dan padat berisi, parasnya semakin cantik meski kulitnya menjadi coklat karena terpaan matahari.