Setelah kematian Panca, kekasihnya tujuh tahun yang lalu. Andara mencoba menyibukkan diri untuk karirnya. Tidak ada ketertarikan untuk mengenal cinta.
Andara gadis muda yang cantik dan energik, dia berhasil menempati posisi manajer di sebuah perusahaan fashion. Usianya sudah memasuki 27 seharusnya memikirkan pernikahan. Akan tetapi belum ada lelaki yang bisa masuk ke hatinya.
Butuh waktu bagi Dara untuk membuka hati pada pria lain. Entahlah, ada magnet tersendiri membuat dia malas memikirkan pasangan.
Ervan Prasetya, pria matang yang punya jabatan bagus di perusahaan tempat kerja Andara. Mereka di pertemukan dalam sebuah kerja sama tim. bagaimana Tom dan Jerry mereka selalu bertengkar.
Tapi ternyata itu yang membuat Ervan makin penasaran dengan Dara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa ekprisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11
"Jadi kamu tinggal di sini,Dara?" tanya Rebecca saat diajak Andara ke apartemennya.
"Iya, Bu." ucap Dara sambil menghidupkan lampu rumahnya.
Sebelumnya, Dara diajak Ervan pergi ke hotel yang di tempati Rebecca. Katanya, wanita itu tidak punya teman ngobrol. Padahal mereka baru bertemu sekali, tapi Rebecca sudah bersikap seperti orang sudah dekat.
Tante Becca panggilan akrabnya dengan Dara. Dia berkeliling mengitari isi apartemen milik Dara. Melihat interior yang serba putih Iconic ke Paris. Becca pun melihat photo wisuda Dara berdecak kagum. Ternyata gadis itu tamatan luar negeri, Paris pula. Sedangkan gadis yang akan di jodohkan dengan Ervan, hanya tamat universitas di Jakarta.
Ketika masuk ke apartemen, ruangan pertama yang dilihat adalah koridor. apartemen menggunakan area koridor ini sebagai sebuah area yang memisahkan dunia luar dengan area personal. Karena itulah ia menganggap koridor masuk sebagai suatu area penting dalam suatu rumah. Area ini bisa juga digunakan untuk menyimpan barang agar tidak membuat kekacauan di satu rumah.
Di area ini terdapat sebuah pintu tersembunyi yang terbuka ke koridor dimana pintunya hampir tidak terlihat di sebelah kanan pintu kamar mandi, tersembunyi di belakang panel. Sama seperti cat yang memisahkan area koridor dengan area lain, dapur mungilnya juga memiliki keramik dengan motif berbeda. Ini membedakan area masuk dengan area dapur dengan baik, walaupun ukurannya kecil, dan memberikan apartemen ini suatu kesan yang personal dan berbeda.
Becca berdecak kagum pada interior yang ada di dalam apartemen tersebut. Pandangan Becca fokus pada photo keluarga. Dia mengenal pria yang ada di dalam frame tersebut.
"Kamu anak Pandawa?" tanya Becca.
"Tante kenal sama papa?" Dara pun balik bertanya.
"Siapa yang tidak kenal dengan Pandawa Danuarta, sayang. Pemimpi dari Global Machine, perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan limbah besi. Papa kamu itu pengusaha sukses, saya tahu beliau saat kerja di perusahaan tersebut. Tak lama beliau berhenti karena menolak menikah dengan Kayla, anak dari pemilik utama perusahaan yang dia pegang."
"Tante juga kenal dengan Tante Kayla. Bukannya Tante Kayla itu adik papa, ya?"
"Adik angkat lebih tepatnya, Dara. Aduh maaf, saya jadi buka kisah masa lalu keluarga kalian." kata Becca. "Cuma saat kerja di sana dulu, Pak Pandawa bisa bawa perusahaan lebih bagus dari pak Irul." jelas Becca.
"Sekarang papa kamu apa kabarnya?" tanya Becca.
"Papa sudah di surga, Tante. Dia meninggal dunia dua tahun yang lalu." jelas Dara.
"Innalilahi wa innailaihi rojiun. Saya turut berdukacita atas meninggal pak Dawa. Dia orang baik, Nak. Saya senang bisa bertemu dengan kamu." kata Becca.
"Terimakasih, Tante. Ini di minum dulu teh nya. Maaf saya nggak ada kopi. Soalnya kurang begitu suka sama kopi." kata Dara.
"Tak apa, saya maklum." Becca masih mengitari apartemen Dara. Sekedar melihat-lihat saja. Karena dia sendiri bingung mau ngapain. Padahal tadi dia yang mau ikut Dara pulang ke apartemen.
Dia bisa saja menghubungi Veronica, temannya semasa di Australia. Tapi entah kenapa sekarang lebih nyaman di dekat Dara.
"Dia cocok sama Ervan. Sama-sama lulusan luar negeri. Beda sama anaknya Vero, yang pernah depresi cuma tamatan Indonesia. Tapi aku hutang budi sama mereka." kata Becca lirih. Wanita itu masih menikmati hidangan yang di suguhkan Andara.
Waktu terus berlalu. Becca memilih bermalam di apartemen Andara. Gadis itu mengajak becca makan di luar, sebab dia kurang begitu pandai memasak. Itu juga dia jelaskan jujur sama tamunya.
Mereka baru saja turun di lantai dasar, di area depan pintu masuk gedung apartemen. Mereka sudah di sambut dua pria beda generasi.
Dara menarik nafas dalam-dalam. Masa iya dia satu mobil sama pria yang paling menyebalkan. Dara mengikuti permintaan Bu Becca untuk duduk di samping Ervan. Sementara pak Hendro dan Bu Becca di kursi belakang. Rasanya dia jadi orang yang tidak sopan. Ketika menolak lagi-lagi mereka memaksa.
Mobil berhenti di depan sebuah restoran klasik Jawa. Kakinya terhenti ketika melihat sebuah kolam kecil. kenapa harus berada di restoran ini. Begitu banyak kenangan di sana.
Flashback
"Kak Panca." Dara sudah memposisikan diri di samping Panca.
"Dara, kok disini? Sama siapa?"
"Sama mama dan papa dong. Kakak sama siapa?"
" Sama juga. Dengan mama dan papa. Ehm, Dara, aku ke tempat mama papa dulu."
"Kak, bisa ngomong sebentar?" Dara penuh harap harap cemas. "Aku mau minta maaf soal tadi siang di sekolah. Bukan maksud menghina kakak. Tapi aku merasa sedang di stalker."
Langkah Panca terhenti sesaat. Mendengarkan apa yang akan di ungkapkan Dara. "Jadi kamu tuduh saya stalker? saya bukan seperti yang kamu tuduh. Lagian kamu bukannya tahu kalau saya sering mendistribusikan produk di kantin." Panca masih tidak terima.
Aduh gimana sih? Mau minta maaf saja ribet.
"Saya merasanya seperti itu. selalu muncul tiba-tiba. Jujur saya risih. Tapi untuk sikap saya tadi siang, maafkan saya." Dara menundukkan kepalanya. Tangannya terus memainkan jemari.
"Saya maafkan kamu. Tapi saya ingin dekat dengan kamu lebih akrab lagi, boleh?"
"Maaf, saya sudah janji sama mama dan papa untuk tidak pacaran dulu." kata Dara. "Saya kira tadi sudah dapat maaf dari anda. Saya akui salah, karena merasa risih. Sungguh tadi hanya emosi saja."
Panca tersenyum. Wajah Dara yang terlihat melas membuat dia sedikit lucu. Tadi dia bilang minta maaf tapi menuduhnya sebagai stalker.
"Saya sudah memaafkan kamu, Andara. Cuma ya gimana ya, kamu saya maafkan soal di sekolah tadi. Tapi soal stalker? Kamu masih butuh maaf dari saya. Satu hal nona Andara. Kalau saya stalker kamu, sudah pasti kita bertemu di berbagai tempat. Tapi nyatanya kita hanya bertemu di sekolah saja."
"Iya, maaf." kata Dara sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Panca hanya berlalu begitu saja dari hadapan Dara. Gadis itu memandang Panca dari kejauhan. "Dia manis juga."
Flashback end.
Dara hampir saja menangis ketika teringat dengan kenangan bersama Panca. Dia masih mencoba menahan diri. Meskipun dia merasa sesak.
"Kamu kok disini?" tanya suara bariton dari belakang punggung Dara.
"Maaf, Pak. kalau saya seperti mengacaukan acara makan. Saya sedang tidak mood makan. Bapak kalau mau kumpul sama mereka tidak masalah. Saya pengen sendiri dulu."
"Sendiri itu butuh tenaga. Kamu harus makan,ya." bujuk Ervan. Dara tetap menggelengkan kepalanya.
"Bapak ngapain! Turunkan saya!" Dara kaget pria itu sudah menggendong ala panggul. Dara yang sedang digendong bak karung beras itu memukul, meronta, menjambak, serta menjerit. Tangannya terus memukul punggung pria itu.
"Makanya kamu jangan sok jaim. Kan tujuan kita kesini untuk makan. Bukan untuk melamun!" suara Ervan meninggi. "Kalau kamu sakit gimana? Kita masih banyak yang harus di selesaikan dalam urusan pekerjaan." sambung Ervan.
"Van, kamu kok gitu, sih sama Dara." kata Becca.
"Maaf, Ma. Cuma kesel aja, kita tujuan kesini untuk makan. Bukan untuk menyendiri. Kalau dia pergi sendiri tidak masalah. Tapi dia pergi bersama kita, mama yang ajak dia kan? Artinya dia harus menghargai mama."
"Bukan mama yang diajak. Tapi dia yang ajak mama cari makan di sekitar apartemen. Mama malah yang mau ajak kamu, tapi mama juga tidak tahu kalau papa kamu ikut." kata Becca.
"Sekarang kamu minta maaf sama Dara!" perintah Becca.
Keduanya hanya saling terdiam. Ervan merasa gengsi meminta maaf duluan. Dia juga kaget Dara tidak ada di tempat. Bahkan mama dan papanya memilih meja lain.
"Maaf," ucap Ervan saat menemukan Dara di kolam ikan.
"Kenapa setiap sama anda begitu banyak kesamaan dengan masa lalu ku? Kenapa harus kesini tempat kenangan aku dan dia?" ucap Dara terisak.
"Apa mungkin di sini ada dia?" Dara mendekati Ervan menunjuk dada pria itu.
Ya Allah, Jantungku kenapa lagi.
Dara merasa ucapannya terlalu lancang. Dia pun berjalan menjauhi Ervan.
"Maafkan atas ucapan saya barusan. Saya hanya ...." Dara terdiam ketika dia sudah berada di balik dada bos.
"Jika memang ini yang buat kamu nyaman, aku tidak masalah. Lakukan apa yang kamu suka, Andara. Karena ini di luar kantor kita bukan sebagai atasan dan bos, tapi kita sebagai dua orang dewasa." ucap Ervan.
akan di lakukan
akhirnya bisa gabung lagi disini setelah vakum sejenak dari dunia novel 😊😊
Kinara dibkin jomblo akut ajaa thor