Sebuah insiden membawa Dinda Fahira Zahra dan Alvaro Davian bertemu. Insiden itu membawa Dinda yang yatim piatu dan baru wisuda itu mendapat pekerjaan di kantor Alvaro Davian.
Alvaro seorang pria dewasa tiba-tiba jatuh hati kepada Dinda. Dan Dinda yang merasa nyaman atas perhatian pria itu memilih setuju menjadi simpanannya.
Tapi bagaimana jadinya, jika ternyata Alvaro adalah Ayah dari sahabat Dinda sendiri?
Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf jika ada yang tak sesuai norma. 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Sebelas
Alvaro yang telah sampai di apartemen mencoba mencari keberadaan Dinda. Dia mencari hingga ke dapur, tapi tak jua melihat kehadiran gadis itu. Akhirnya dia menunggu di ruang keluarga sambil menonton.
Jam delapan malam barulah Dinda pulang. Dia tersenyum melihat Alvaro yang telah menunggunya di depan televisi. Gadis itu lalu duduk di samping pria dewasa itu.
"Kemana aja, kok baru pulang?" tanya Alvaro.
"Aku tadi mampir ke restoran buat beli makanan. Aku tak sempat masak, Om," jawab Dinda.
"Seharusnya kamu jangan beli, biar aku pesan saja," balas Alvaro.
"Tak apa. Aku juga lagi pengen makanan kampung. Tadi aku melihat ada pepes ikan, aku beli aja sekalian. Apa Om sudah lapar?" tanya Dinda.
Dua bulan hidup seatap membuat Dinda tahu jika Alvaro tak akan makan jika tak bersama dengannya. Pria itu akan menunggunya jika mau makan.
"Aku juga mau coba pepes ikannya, perutku sudah meronta minta diisi," jawab Alvaro.
"Kalau begitu mari kita makan. Aku juga sudah lapar, balas Dinda.
Tadi saat bertemu Vina dia hanya pesan mi goreng dan jus. Sehingga perutnya masih terasa lapar.
Dinda lalu menyalin makanan ke piring. Keduanya makan dengan lahap. Setelah makan Alvaro dan Dinda duduk di ruang keluarga seperti biasanya.
"Dinda, setelah menikah besok, aku akan pulang. Mantan istriku ingin mengadakan acara. Seperti perjanjian kami setelah acara itu baru aku akan mengumumkan tentang perceraian kami. Aku mohon pengertian kamu. Aku bukannya kembali pada istriku, cuma ingin memenuhi permintaan terakhirnya sebelum kami benar-benar tak berhubungan lagi," ucap Alvaro.
"Tak apa, Om. Aku mengerti. Lagi pula Om masih memiliki anak di sana. Bagaimana pun tak ada mantan anak. Om masih memiliki kewajiban untuk memberi anak Om nafkah," balas Dinda.
"Anak aku sudah besar. Kira-kira seusia denganmu. Dia lah yang membuatku kemarin bertahan walau aku dan istri sudah tak sejalan lagi. Jika bukan karena permintaannya yang ingin kami tetap bersama, mungkin telah lama pisah. Tapi walau bersama, kami sudah seperti musuh karena jarang bertegur sapa dan tak sekamar lagi," ucap Alvaro.
Dinda hanya diam tak bisa berkata apa pun karena dia baru mendengar dari satu sisi saja. Pasti ada alasan juga dari sang istri kenapa mereka menjadi seperti orang asing.
Jam sepuluh malam, Alvaro meminta Dinda segera tidur karena besok mereka akan menikah. Pria itu juga ikutan masuk ke kamar tamu, tempat dia biasa beristirahat.
**
Siang harinya, di dalam ruangan kantor Urusan Agama, Alvaro dan Dinda duduk di depan petugas yang akan menjadi saksi pernikahan mereka. Mereka seharusnya mengadakan pernikahan besar-besaran dengan banyak tamu undangan, namun mereka memilih untuk melakukannya dengan sederhana di kantor ini. Hanya ada mereka berdua, saksi, dan petugas yang memimpin proses pernikahan.
Alvaro menjanjikan pesta setelah dia mengumumkan tentang perceraiannya dan sang istri.
Pengucapan akad nikah berlangsung dengan khidmat. Alvaro dan Dinda saling melemparkan tatapan penuh cinta satu sama lain. Setelah segala pernyataan sah dan akad nikah mereka dinyatakan sah, suasana di ruangan ini berubah menjadi lebih ceria.
"Akhirnya kita sah menjadi suami istri, Sayang," ucap Alvaro dengan penuh kebahagiaan.
"Iya, Om," jawab Dinda. Gadis itu tak tahu harus berkata apa, dia sulit menjabarkan perasaannya saat ini.
"Selamat untuk kalian berdua, semoga kalian bahagia selamanya," ucap salah seorang petugas.
Setelah semua proses pernikahan selesai, Alvaro dan Dinda keluar dari kantor. Mereka merasa lega dan bahagia. Mereka langsung menuju ke panti asuhan.
Keduanya pun segera berangkat ke panti asuhan tempat Dinda dulunya tinggal. Sesampainya di sana, mereka disambut dengan antusias oleh anak-anak panti dan ibu kepala yayasan. Senyuman ceria terlihat di wajah Alvaro dan Dinda saat mereka melihat anak-anak ini.
"Mbak Dinda, Om, selamat ya atas pernikahannya!" ucap salah seorang anak.
"Terima kasih, Sayang. Kamu semua mau makan siang bersama kami?" tanya Dinda dengan senyuman.
"Yaayy!! Boleh! Pasti makanannya enak-enak," ucap anak-anak itu.
Mereka semua bergerak ke area makan bersama dan semakin seru dengan adanya kehadiran Alvaro dan Dinda. Mereka semua duduk di meja panjang dan mengisi piring mereka dengan makanan lezat yang disiapkan. Tawa dan keceriaan pun terdengar mengisi ruangan.
Alvaro mencoba mengajak bicara salah satu anak, "Halo, namamu siapa?" tanya pria itu.
"Namaku Rudi, Om," jawab bocah itu.
"Rudi, kamu senang di panti asuhan ini?" tanya Alvaro lagi.
"Iya, Om. Kami semua sangat bahagia di sini. Terima kasih sudah datang dan membawa banyak makanan," ucap salah seorang bocah lagi.
"Kamu jangan berterima kasih dengan Om, Rudi. Kami yang berterima kasih telah diterima dengan hangat di sini," balas Alvaro.
Momen makan siang itu berlangsung penuh kebahagiaan. Alvaro, Dinda, dan anak-anak panti saling berbincang, bermain, dan tertawa bersama. Alvaro dan Dinda merasa sangat senang bisa menghabiskan waktu berarti dengan mereka.
Di akhir acara, Alvaro dan Dinda memberikan hadiah bagi anak-anak panti. Mereka membawa peralatan sekolah baru, mainan, dan bingkisan yang dipersiapkan sebelumnya. Semua anak panti sangat bahagia menerimanya.
"Semoga ini bisa membuat hari-hari kalian lebih bahagia, seperti hari ini yang sudah membuat kami bahagia," ucap Alvaro dengan penuh senyuman.
"Terima kasih, Om, Mbak Dinda!" ucap mereka serempak.
Dalam hati, Alvaro dan Dinda menyadari bahwa hari pernikahan mereka menjadi hari yang begitu berarti bukan hanya bagi mereka berdua, tetapi juga bagi anak-anak panti asuhan tersebut. Kegembiraan dan kebahagiaan yang dipancarkan oleh Alvaro dan Dinda sungguh luar biasa. Mereka menjadi teladan bagi anak-anak panti tersebut bahwa cinta, kedermawanan, dan kebahagiaan tak harus selalu datang dalam acara pernikahan yang besar dan mewah.
Dinda dan Alvaro lalu menyalami ibu kepala yayasan sebelum meninggalkan panti. Pria itu tak lupa memberikan amplop untuk kebutuhan anak-anak panti.
Dinda merasa terharu melihat Alvaro yang tak perhitungan dalam memberikan hadiah bagi anak-anak panti dan juga uang buat ibu kepala yayasan.
Setelah itu mereka pamit. Dalam mobil senyum semringah selalu terpancar dari bibir pria itu. Dia meraih tangan Dinda dengan tangan kirinya dan mengecupnya.
"Terima kasih, Sayang. Karena mau menerima pria tua ini sebagai pendamping hidupmu. Aku berjanji akan membuat kamu bahagia dan tak akan ada air mata," ucap Alvaro.
selesaikan dulu sama yg Ono baru pepetin yg ini
semoga samawa...
lanjut thor...