Gadis cantik dari desa yang ambisius dengan segala lika liku kehidupannya, dimulai dari keluarga, karir, percintaan, hingga terbentuk "Selintas Imajinasi" yang seumur hidup akan terus menghantuinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RAYYA , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eposode 11
2 bulan berlalu. Undangan panggilan pun masuk ke email ku. Ya, aku mendapatkan email panggilan untuk melanjutkan proses rekruitmen selanjutnya.
Tahap demi tahap hingga pantukhir aku lalui. Dan ya, aku lolos menyisakan tanda tangan kontrak.
Dari tanda tangan kontrak ke proses terbang harus menunggu satu tahun lamanya,
Selama satu tahun tersebut, uangku benar - benar sudah menipis. Tidak ada pemasukan apapun. Dan pada akhirnya aku memutuskan mencari pekerjaan di luar.
Satu, dua, tiga, empat, lima, enam hingga 1 minggu lamanya aku mencari pekerjaan, pada akhirnya bertemu juga. Ya aku mendapatkan pekerjaan yang profesinya masih satu ruang lingkup di penerbangan yang pada akhirnya maskapai pun membatalkan kontrak karena aku melanggar peraturan yang sudah di tentukan.
Sebenarnya alasan utama aku yang terpaksa mau menerima pembatalan kontrak bukan berarti aku memilih pekerjaan yang baru aku temui satu minggu ini, melainkan karena adanya kebutuhan yang mendesak membuatku harus memilih salah satu.
Tidak apa - apa pikirku pada saat itu, yang terpenting aku punya uang.
Akhirnya aku pun siap bekerja di tempat baru. Dari segi pekerjaan menurutku sangat begitu fleksible, kemudian dari segi pendapatan, sudah lebih dari cukup yang berarti mampu menutupi semua kebutuhan aku dan ibuku.
Ibuku tidak pernah tahu bahwa kontrak kerjaku sebagai seorang Pramugari di batalkan.
Aku takut Ibu kepikiran, jadi aku tutupi hingga nanti jika waktunya sudah tepat, Ibu pun akan tahu dengan sendirinya.
●●●
1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, dan ya 6 bulan. Tak terasa uangku terkumpul lumayan banyak. Aku pun diberikan izin untuk cuti tahunan jika lama kerjaku sudah mencapai setengah tahun.
"Neng..." Sapaan Bapak - bapak yang masih satu kantor denganku.
Bapak tersebut memiliki jabatan mentereng. Aku tidak begitu mengenal semua atasan - atasanku, disaat rekan - rekanku yang lain menjadi seorang penjilat, berbeda denganku, yang terpenting kerjaku nyaman dan gajihku di bayar sesuai dengan ketentuan kontrak.
Alih - alih cuek, ada saja yang ingin mencoba berkenalan denganku. Ya salah satunya bapak yang menyapa aku tadi.
Dikatakan bahwa bapak tersebut satu desa denganku, bapak tersebut mengetahui keluargaku, dan tentu saja dengan masalahku.
Aku pikir, dirinya itu bisa disebut orangtua ketika di kota, alih - alih pemikiran positif, yang aku dapatkan jauh dari sifat tersebut.
"Iya Pak" Jawabku penasaran.
"Neng mau pulang ke desa? Jika iya, bareng sama bapak saja ya" Pintanya kepadaku sembari merangkul dengan sesekali mengusap lenganku.
Aku yang berpikir "Lumayan" daripada aku menggunakan bus, ada ongkosnya. Ya lebih baik menerima tawaran dari bapak itu.
●●●
3 Hari kemudian, permintaanku untuk cuti sudah di acc,
Bapak itu pun lantas menelponku dan,
"Neng... Mau berangkat jam berapa nanti? Supaya bisa Bapak jemput" Tanya beliau.
Aku sendiri memang sudah siap sedari awal, dan aku pun menjawab bahwa aku bisa di jemput kapan saja beliau inginkan.
Ibaratkan kita yang menumpang, maka kita harus bisa memposisikan diri.
●●●
Waktu menunjukkan pukul 16:00.
Aku pun meminta Bapak tersebut untuk menjemputku di depan kotsan.
Ya, Bapak tersebut menjemputku dengan mobil mewah.
●●●
Blugggg...
(Pintu mobil tertutup).
Kami pun siap melanjutkan perjalanan.
Setengah perjalanan, lirikan mata Bapak itu terus menerus ke kaca spion depan dengan sesekali memperhatikan aku. Aku yang selalu berpikiran positif, namun kali ini ternyata pikiran negatifku lebih kuat, benar saja...
Tangan Bapak itu meremas pahaku,
"Neng Bapak ganteng tidak?" Tanya beliau sembari mendekat ke arah telingaku.
Aku yang kaget lantas takut dan merinding,
"Bagaimana ini?" Pikirku pada saat itu.
Entahlah aku ini polos atau bodoh. Di sebut polos, tapi aku tahu bahwa gerak - gerik Bapak ini mengacu pada hal yang macam - macam. Jadi kemungkinan aku bodoh, mau - mau saja di ajak dengan seseorang yang baru aku kenal.
Aku pun tak bisa bersabar, aku meminta turun pada detik itu juga.
Bapak itu tidak menghentikan mobilnya, melainkan meminta aku untuk bersabar bahwa sebentar lagi kita akan beristirahat dengan nyaman.
Bodohnya aku, tetap saja nurut.
Dan duarrrrrrr, benar saja, Bapak itu membawa aku ke penginapan.
Aku mencoba tenang sejenak, pikirku nanti saja jika sudah sampai di reseptionis baru bertindak,
Ketika sampai, tanganku di gandeng dengan erat menuju tempat penginapan,
"Mba, saya pesan satu kamar ya" Ucap Bapak itu kepada petugas disana.
Aku yang mendengar ucapannya lantas semakin kaget dan ketika Bapak itu melepas pegangannya kemudian berpindah arah akan merangkul pinggangku, aku pun menepisnya dan keluar dari tempat penginapan tersebut sembari lari entah kemana arahnya pada saat itu.
Pikirku, lari dulu dari kenyataan pahit.