Nadia Pramesti, seorang arsitek muda berbakat, mendapatkan kesempatan kedua dalam hidup setelah sebuah kecelakaan tragis membawanya kembali ke masa lalu, tepat sebelum hidupnya hancur karena kepercayaan yang salah dan pengkhianatan —akibat kelicikan dan manipulasi Dinda Arumi, sahabat masa kecil yang berubah menjadi musuh terbesarnya, dan Aldo, mantan kekasih yang mengkhianati kepercayaannya.
Di kehidupannya yang baru, Nadia bertekad untuk memperbaiki kesalahan masa lalu dan menghindari perangkap yang sebelumnya menghancurkannya. Namun, Dinda, yang selalu merasa tersaingi oleh Nadia, kembali hadir dengan intrik-intrik yang lebih kejam, berusaha tidak hanya menghancurkan karier Nadia tetapi juga merenggut satu-satunya pria yang pernah benar-benar dicintainya, Raka Wijaya.
Nadia tidak hanya berhadapan dengan musuh eksternal, tetapi juga harus melawan rasa tidak percaya diri, trauma masa lalu, dan tantangan yang terus meningkat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menelusuri Jejak Takdir
Bab 11
Setelah berhasil menghindari pengejaran, Nadia dan Raka memutuskan untuk menyingkir sementara di sebuah tempat yang jauh dari keramaian kota. Mereka menyewa sebuah rumah kecil di pinggiran kota, tempat yang tenang dan jauh dari hiruk-pikuk dunia yang telah mengancam hidup mereka.
Di tempat itu, Nadia mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Setiap kali dia melihat Raka, ada perasaan hangat yang mulai tumbuh di hatinya. Seolah-olah, di tengah semua kekacauan ini, dia menemukan alasan baru untuk terus bertahan. Namun, perasaan itu juga membingungkannya. Bagaimana bisa, di saat-saat yang begitu kritis, hatinya justru terpaut pada seseorang?
Sore itu, di beranda rumah kecil mereka, Raka mendapati Nadia sedang memandangi langit senja dengan ekspresi termenung. Dia berjalan mendekat dan duduk di sampingnya, membawa secangkir teh untuknya.
“Apa yang kau pikirkan?” tanya Raka dengan nada lembut, mencoba menembus kebisuan yang menyelimuti mereka.
Nadia menerima cangkir itu dengan senyum tipis. “Aku hanya memikirkan semua yang terjadi. Ini semua begitu cepat. Kadang-kadang aku merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tak berujung.”
Raka mengangguk, mengerti perasaan itu. “Aku juga merasakannya. Tapi aku juga percaya bahwa kita akan keluar dari semua ini, bersama.”
Kata-kata Raka membuat jantung Nadia berdegup kencang. Ada sesuatu dalam nada suaranya yang terasa sangat akrab. Seolah-olah dia pernah mendengar janji yang sama di kehidupan lain, di waktu yang berbeda. Pikiran itu membuat Nadia terdiam sejenak, mencoba memahami perasaan aneh yang tiba-tiba muncul.
“Nadia,” lanjut Raka, “aku tahu ini mungkin bukan saat yang tepat untuk membicarakan perasaan. Tapi aku harus jujur, sejak pertama kali bertemu denganmu, aku merasa ada sesuatu yang berbeda. Seperti kita sudah saling mengenal jauh sebelum ini.”
Nadia menatap Raka dengan mata yang penuh dengan keraguan dan rasa ingin tahu. “Kau juga merasakannya? tanya Nadia, suaranya nyaris berbisik.
Raka mengangguk. “Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi setiap kali aku bersamamu, ada perasaan dejavu yang kuat. Seolah-olah aku pernah merasakan ini sebelumnya, denganmu. Mungkin ini terdengar gila, tapi aku percaya ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini.”
Kata-kata Raka menggema dalam pikiran Nadia. Bayangan kehidupan masa lalu yang samar-samar mulai muncul di benaknya, seperti potongan puzzle yang perlahan-lahan mulai terhubung. Nadia tahu bahwa apa yang mereka alami sekarang bukan hanya sekedar kebetulan. Ada takdir yang mengikat mereka, membawa mereka kembali bersama, entah bagaimana caranya.
###
Sementara itu, di tempat lain, Dinda duduk sendirian di selnya, merenungkan apa yang telah terjadi. Dia ingat bagaimana dia dulu sangat dekat dengan Nadia, bagaimana mereka pernah berbagi mimpi dan harapan. Namun, kecemburuan dan ambisi merusak semua itu, menjadikannya seperti sekarang.
Ketika malam semakin larut, Nadia terbangun dari tidurnya. Mimpi aneh kembali menghantuinya—mimpi tentang kehidupan yang berbeda, di mana dia dan Raka adalah pasangan yang tak terpisahkan. Dalam mimpi itu, mereka hidup di masa lalu, di sebuah tempat yang indah namun penuh dengan tragedi. Setiap kali dia mencoba mengingat lebih banyak, bayangan itu lenyap begitu saja, meninggalkan perasaan kosong dan hampa.
Nadia duduk di tempat tidurnya, mencoba menenangkan diri. Apa arti semua ini? Apakah benar bahwa dia dan Raka memiliki koneksi yang lebih dalam dari sekedar pertemuan kebetulan? Pikiran tentang reinkarnasi mulai muncul dalam benaknya, sesuatu yang dulu dianggapnya hanya sebagai dongeng belaka.
##
Paginya, ketika matahari mulai terbit, Nadia dan Raka memutuskan untuk berbicara lebih serius tentang apa yang mereka rasakan. Mereka tahu bahwa hubungan mereka tidak bisa hanya diabaikan begitu saja, terutama dengan semua tanda-tanda aneh yang terus muncul.
“Mungkin kita perlu mencari tahu lebih banyak tentang masa lalu kita,” kata Nadia. “Aku merasa ada sesuatu yang menghubungkan kita, dan jika kita bisa menemukan jawabannya, mungkin kita juga bisa menemukan cara untuk menghentikan semua kekacauan ini.”
Raka setuju. “Aku juga berpikir begitu. Mungkin kita perlu menggali lebih dalam tentang masa lalu, tentang kenapa kita dipertemukan kembali dalam kehidupan ini.”
Mereka memutuskan untuk melakukan perjalanan, kembali ke tempat-tempat yang mungkin memiliki jawaban atas semua pertanyaan mereka. Perjalanan ini bukan hanya tentang menemukan jawaban, tetapi juga tentang memperkuat hubungan mereka yang semakin berkembang.
Nadia dan Raka sangat siap untuk memulai pencarian baru, sebuah pencarian yang tidak hanya akan mengungkap rahasia masa lalu mereka, tetapi juga membawa mereka lebih dekat pada cinta yang mungkin telah terjalin di kehidupan sebelumnya. Dengan langkah yang penuh tekad, mereka melangkah ke arah yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya, menyongsong takdir yang semakin jelas.
###
Nadia dan Raka memulai perjalanan mereka ke sebuah kota tua di Jawa Tengah, di mana Nadia pernah bermimpi bahwa dia dan Raka hidup di kehidupan sebelumnya. Kota ini penuh dengan bangunan bersejarah, kuil kuno, dan reruntuhan yang menyimpan banyak kisah masa lalu. Mereka berharap bahwa di tempat ini, mereka akan menemukan petunjuk tentang hubungan yang aneh dan mendalam yang mengikat mereka.
Mereka tiba di kota itu pada siang hari, ketika matahari berada di puncaknya, memancarkan sinar yang memandikan seluruh kota dalam cahaya keemasan. Kota tua itu memiliki suasana yang tenang, hampir mistis, seolah-olah waktu berjalan lebih lambat di sana. Jalanan berbatu dan bangunan-bangunan kuno membawa mereka kembali ke masa lalu, membuat mereka merasa seperti telah melangkah ke dalam sebuah cerita yang belum selesai.
“Ini terasa sangat familiar,” bisik Nadia saat mereka berjalan di sepanjang jalan yang sempit. “Seperti aku pernah berada di sini sebelumnya.”
Raka merasakan hal yang sama. “Mungkin ini tempat di mana kita pernah hidup bersama, di masa yang sudah lama berlalu.”
Mereka terus berjalan hingga tiba di sebuah kuil tua di puncak bukit, tempat yang dikelilingi oleh hutan lebat dan pohon-pohon besar yang tampak seperti penjaga diam. Nadia merasa jantungnya berdegup kencang saat mereka mendekati kuil itu. Setiap langkah membuatnya semakin yakin bahwa mereka berada di tempat yang benar.
Ketika mereka memasuki kuil, udara di dalam terasa dingin dan berat, seperti menyimpan banyak rahasia yang telah lama tersembunyi. Di dalam kuil, terdapat sebuah patung besar dewa cinta, yang tengah memeluk sepasang kekasih. Patung itu tampak begitu hidup, seolah-olah bisa menghidupkan kembali kenangan yang sudah lama terlupakan.
Nadia memandangi patung itu dengan mata yang penuh kekaguman dan keterkejutan. “Ini seperti yang ada dalam mimpiku,” gumamnya. “Aku melihat patung ini di salah satu mimpi yang pernah aku alami.”
Raka berdiri di sampingnya, memegang tangan Nadia dengan lembut. “Mungkin patung ini memiliki hubungan dengan kita. Mungkin di sini adalah tempat di mana kita pernah bersumpah untuk saling mencintai, bahkan setelah kematian memisahkan kita.”
Tiba-tiba, seorang pria tua muncul dari bayangan, mengenakan jubah sederhana namun terlihat agung. Wajahnya dipenuhi keriput, namun matanya memancarkan kebijaksanaan yang mendalam. “Kalian datang untuk mencari jawaban,” katanya dengan suara lembut namun penuh wibawa.
Bersambung...