Reinkarnasi Cinta Nadia

Reinkarnasi Cinta Nadia

Kembali Ke Titik Nadir

'Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa aku di sini lagi?' Nadia terjaga dengan jantung berdebar. Kamar yang dikenalnya dengan baik itu terasa begitu nyata—langit-langit krem, tirai biru muda, dan sebuah cermin oval di sudut. Semua persis seperti ingatannya, tetapi ini tak mungkin benar. Di sinilah mimpi buruk hidupnya dimulai, dan dia bersumpah tak akan kembali lagi ke titik ini.

 

Namun, kali ini ada sesuatu yang berbeda. Ia mengenakan piyama lama yang sudah bertahun-tahun tak dilihatnya, dan di luar jendela, terdengar suara klakson jalanan Jakarta yang padat—sebuah pemandangan yang sudah ia tinggalkan lama.

”Tidak, ini tidak mungkin,” gumam Nadia, meraih ponsel di meja samping tempat tidur. Tanggal di layar membuatnya tercengang. Dua tahun yang lalu. Tepat di hari di mana semuanya mulai berantakan. Ponsel berdering di tangannya, panggilan masuk dari -Dinda-

 

“Halo, pagi, Nad. Udah siap dengan presentasimu? Jangan lupa, kita harus buat kesan yang baik di hadapan direksi,” kata Dinda di seberang telepon, suaranya manis, tapi Nadia mengenal kepalsuan di balik nada itu.

Nadia berusaha menenangkan diri. Ia tahu apa yang akan terjadi, tahu betapa Dinda akan segera memanipulasi situasi, mengambil kesempatan atas kerja kerasnya, dan menghancurkan reputasinya. 'Kali ini, aku takkan membiarkan hal itu terjadi.'

Ia cepat-cepat berpakaian, mengenakan blazer biru yang menjadi andalannya, dan bergegas ke Firma Arsitektur tempat ia bekerja. Di dalam taksi menuju kantor, pikirannya berpacu. 'Ini adalah kesempatan kedua. Kali ini, aku tidak akan jatuh ke dalam perangkap Dinda.'

Sampai di kantor, Nadia langsung menuju ruang rapat. Ruangan itu sudah dipenuhi oleh anggota tim, termasuk Dinda yang duduk di ujung meja, tersenyum padanya. Senyuman yang tidak pernah benar-benar sampai ke matanya. Aldo, duduk tidak jauh dari sana, menatap laptopnya seolah menghindari kontak mata dengan Nadia. Mereka semua tahu apa yang akan terjadi—atau lebih tepatnya, Nadia tahu.

Ketika rapat dimulai, Nadia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. 'Jika aku tahu apa yang akan terjadi, aku bisa menggagalkannya.' Dinda memulai presentasi dengan penuh percaya diri, menggunakan slide yang seharusnya Nadia yang buat. Setiap kalimat yang Dinda ucapkan adalah hasil kerja keras Nadia. Rasa marah membakar dada Nadia, tapi dia menahannya. Kali ini, dia tidak akan marah atau terseret emosi.

 

Saat Dinda selesai, dan ketika direksi mulai mengajukan pertanyaan yang tajam, Nadia mengambil kesempatan itu.

“Dinda, bolehkah saya menjelaskan detail teknis lebih lanjut?” tanya Nadia, dengan senyum tipis yang penuh makna.

Dinda sedikit tergagap, tidak menyangka akan diinterupsi. Nadia melanjutkan presentasinya dengan kejelasan dan keahlian yang tak terbantahkan, mengungkap ide-ide orisinalnya, lengkap dengan data pendukung yang tak bisa dibantah.

Saat sesi tanya jawab berakhir, direksi mengalihkan perhatian mereka ke Nadia. Mereka tahu siapa yang sebenarnya memahami proyek ini dengan mendalam.

Ketika rapat usai, Dinda mendekatinya dengan senyum dipaksakan. ”Kamu mengesankan, Nad. Aku tidak menyangka kamu akan mengambil alih seperti itu,” katanya, nada suaranya menyembunyikan kebencian yang hampir tak terkendali.

Nadia hanya membalas dengan senyuman tipis. 'Kali ini, Dinda, aku tidak akan membiarkanmu berjalan di atasku lagi,' pikirnya dalam hati. Nadia tahu bahwa pertempuran baru saja dimulai, tetapi kali ini dia siap. Dengan semua ingatan dari kehidupannya yang sebelumnya, Nadia tahu bahwa jalan di depannya akan penuh dengan rintangan, tapi dia tidak akan jatuh di tempat yang sama dua kali.

 

Saat meninggalkan kantor, Nadia bertemu dengan Raka di lobi. Pria itu mengangguk padanya, seperti biasa. Namun, di mata Nadia, dia tidak hanya melihat pria yang akan dia cintai, tetapi juga seseorang yang harus dia lindungi dari intrik dan kebohongan yang akan datang. 'Aku tidak akan membiarkan sejarah berulang,' katanya pada dirinya sendiri, saat mereka bertukar senyum.

Namun, dalam senyum Raka, Nadia menangkap bayangan sesuatu yang lain. Sesuatu yang mengingatkannya pada hari-hari menjelang kehancuran sebelumnya. Saat ini, Nadia tidak hanya melawan Dinda, tapi juga melawan waktu dan nasib yang seolah ingin menjatuhkannya kembali ke dalam jurang yang sama.

”Kita lihat siapa yang akan menang kali ini,” Nadia berbisik, menatap ke arah langit Jakarta yang mulai berawan, menyadari bahwa perang belum benar-benar dimulai, tapi dia sudah bertekad untuk memenangkannya.

 

Nadia berjalan keluar dari gedung kantornya dengan langkah mantap. Kemenangan kecil di ruang rapat tadi memberinya sedikit kelegaan, tetapi dia tahu bahwa ini hanyalah permulaan. Dinda tidak akan tinggal diam setelah merasa dipermalukan di depan direksi. Tapi kali ini, Nadia sudah siap menghadapi apapun yang akan terjadi.

Ketika Nadia sampai di kafe dekat kantor yang biasa dia kunjungi, dia melihat Mira, sahabat karibnya, sudah duduk di sudut ruangan dengan secangkir kopi di depannya. Mata Mira berbinar ketika melihat Nadia mendekat.

“Bagaimana rapatnya?” tanya Mira, suaranya penuh antusiasme.

Nadia menarik kursi dan duduk di seberang Mira, menghela napas panjang. “Aku berhasil menahan Dinda, untuk saat ini,” katanya, mencoba tersenyum meski rasa waspada masih menggelayuti pikirannya.

Mira memiringkan kepalanya, memperhatikan ekspresi Nadia. “Kamu terlihat lebih tenang dari biasanya. Sepertinya kamu sudah tahu apa yang akan terjadi?”

Nadia tersenyum misterius. “Mungkin lebih tepatnya, aku merasa lebih siap kali ini,” jawabnya, sambil mengaduk kopi yang baru saja datang.

Mira mengerutkan dahi, tapi memutuskan untuk tidak menekan lebih jauh. Mereka mengobrol sebentar tentang hal-hal ringan sebelum Nadia memutuskan untuk kembali ke kantor. Namun, sebelum mereka berpisah, Mira tiba-tiba teringat sesuatu.

“Oh, hampir lupa. Aldo menghubungiku kemarin. Katanya dia mau bicara denganmu. Kamu tahu apa yang dia inginkan?”

Nama Aldo membuat Nadia tertegun sejenak. Aldo, pria yang pernah dia cintai dan percaya sepenuh hati, hanya untuk dikhianati di saat dia paling membutuhkan dukungan. Dalam kehidupan sebelumnya, Aldo adalah salah satu alasan utama kehancurannya. Dia tidak bisa dipercaya.

“Tidak, aku tidak tahu,” jawab Nadia datar, meski hatinya berdebar. “Tapi aku akan menghindarinya sebisa mungkin.”

Mira mengangguk. “Baiklah. Tapi hati-hati, Nad. Aku selalu merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan pria itu.”

'Peringatan yang datang terlambat di kehidupan sebelumnya,' pikir Nadia. Namun, kali ini dia akan mendengarkan. Aldo adalah ancaman lain yang harus dia tangani dengan hati-hati. Tidak ada ruang untuk kesalahan.

Setelah kembali ke kantor, Nadia menemukan sebuah amplop putih di mejanya. Tidak ada nama pengirim atau petunjuk lain, hanya tulisan namanya di atas amplop itu. Dengan perasaan tidak enak, dia membuka amplop tersebut.

Di dalamnya ada beberapa foto yang membuatnya tercekat. Foto-foto itu menunjukkan Nadia sedang berbicara dengan Raka di lobi kantor pagi tadi, diambil dari sudut yang jelas-jelas disengaja untuk memberikan kesan bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar percakapan biasa. Di bagian bawah, ada pesan singkat yang ditulis dengan tangan: ”Berhati-hatilah dengan siapa yang kamu percayai. Setiap mata mengawasi.”

Bersambung...

Semoga novel baru ini bisa membuat teman-teman readers menikmati dan mengisi waktu luang. Terima kasih yang sudah mampir. Happy reading. . .

Terpopuler

Comments

Murni Dewita

Murni Dewita

👣

2024-08-20

0

lihat semua
Episodes
1 Kembali Ke Titik Nadir
2 Persekongkolan di Balik Layar
3 Pilihan Yang Mematikan
4 Sisa-sisa Jejak
5 Kebenaran yang Terbuka
6 Jebakan yang Tersusun Rapi
7 Manuver Terakhir
8 Pelarian dan Pengejaran
9 Jaring yang Semakin Rumit
10 Bayangan di Balik Layar
11 Menelusuri Jejak Takdir
12 Jejak yang Tertinggal
13 Jebakan Takdir
14 Bahaya yang Tak Terduga
15 Menghadapi Bayangan Masa Lalu
16 Jejak Yang Terlupakan
17 Mencari Jalan Keluar
18 Di Ujung Kesabaran
19 Kesepakatan yang Berbahaya
20 Langkah Berisiko
21 Kejaran di Tengah Kegelapan
22 Jebakan yang Tersusun Rapi
23 Terkepung di Kegelapan
24 Perangkap tak Terelakkan
25 Bayangan di Balik Tirai
26 Perangkap yang tak Terlihat
27 Titik Tanpa Jalan Kembali
28 Kebenaran Terungkap
29 Menembus Keraguan
30 Jejak Kasper
31 31. Pengejaran Tanpa Akhir
32 Menggali Kembali Petunjuk yang Hilang
33 Perangkap dalam Perangkap
34 Jejak yang Menyempit
35 Pertaruhan Terakhir
36 Dalam Cengkraman Bahaya
37 Langkah Terakhir yang Menentukan
38 Bayang-bayang Ancaman Baru
39 Pertaruhan Nyawa di Markas Tersembunyi
40 Perangkap di Balik Bayangan
41 Diambang Pengkhianatan
42 Kerjasama di Tengah Bahaya
43 Pertaruhan Terakhir
44 Di Balik Bayangan
45 Langka Baru Dalam Bayangan
46 Menuju Masa Lalu
47 Serangan Balik yang Tak Terduga
48 Kebenaran yang Terungkap
49 49 Bayang-bayang
50 Ingatan yang Kembali
51 Terjebak Dalam Kenangan
52 Lawan Dengan Cari Berlawanan
53 Jalan Baru di Depan Mata
54 Menemukan Titik Terang
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Kembali Ke Titik Nadir
2
Persekongkolan di Balik Layar
3
Pilihan Yang Mematikan
4
Sisa-sisa Jejak
5
Kebenaran yang Terbuka
6
Jebakan yang Tersusun Rapi
7
Manuver Terakhir
8
Pelarian dan Pengejaran
9
Jaring yang Semakin Rumit
10
Bayangan di Balik Layar
11
Menelusuri Jejak Takdir
12
Jejak yang Tertinggal
13
Jebakan Takdir
14
Bahaya yang Tak Terduga
15
Menghadapi Bayangan Masa Lalu
16
Jejak Yang Terlupakan
17
Mencari Jalan Keluar
18
Di Ujung Kesabaran
19
Kesepakatan yang Berbahaya
20
Langkah Berisiko
21
Kejaran di Tengah Kegelapan
22
Jebakan yang Tersusun Rapi
23
Terkepung di Kegelapan
24
Perangkap tak Terelakkan
25
Bayangan di Balik Tirai
26
Perangkap yang tak Terlihat
27
Titik Tanpa Jalan Kembali
28
Kebenaran Terungkap
29
Menembus Keraguan
30
Jejak Kasper
31
31. Pengejaran Tanpa Akhir
32
Menggali Kembali Petunjuk yang Hilang
33
Perangkap dalam Perangkap
34
Jejak yang Menyempit
35
Pertaruhan Terakhir
36
Dalam Cengkraman Bahaya
37
Langkah Terakhir yang Menentukan
38
Bayang-bayang Ancaman Baru
39
Pertaruhan Nyawa di Markas Tersembunyi
40
Perangkap di Balik Bayangan
41
Diambang Pengkhianatan
42
Kerjasama di Tengah Bahaya
43
Pertaruhan Terakhir
44
Di Balik Bayangan
45
Langka Baru Dalam Bayangan
46
Menuju Masa Lalu
47
Serangan Balik yang Tak Terduga
48
Kebenaran yang Terungkap
49
49 Bayang-bayang
50
Ingatan yang Kembali
51
Terjebak Dalam Kenangan
52
Lawan Dengan Cari Berlawanan
53
Jalan Baru di Depan Mata
54
Menemukan Titik Terang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!