Season Dua dari "Lily: Rahasia Gadis Kampung"
Briela Leonor, putri dari Raja Leonor, adalah pewaris tahta di sebuah kerajaan yang kekuasaannya melampaui presiden, menteri, dan semua gubernur. Setelah kematian suaminya, Briela memilih hidup sebagai rakyat biasa untuk melindungi anaknya, Xaviera, dari intrik politik yang mematikan.
Selama dua puluh tahun, Briela berhasil menyembunyikan identitasnya di sebuah provinsi kecil di wilayah Barat kota Riga. Kini, Xaviera telah dewasa, dan pernikahannya membawa kebahagiaan besar bagi Briela. Namun, kebahagiaan itu segera berubah menjadi mimpi buruk ketika Xaviera menjadi korban penyiksaan dan pelecehan oleh suaminya, Aron Ace.
Situasi semakin genting ketika sebuah kasus besar muncul, mengancam kestabilan negara. Briela dihadapkan pada keputusan sulit: membuka identitasnya dan kembali memimpin negara untuk menyelamatkan putrinya dan mengembalikan kedamaian, atau tetap tersembunyi dan menyaksikan kehancuran yang tak terelakkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuhume, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
Aron melirik Xaviera tajam, tapi Xaviera menghiraukannya. Xaviera hanya merasa sakit mendengar penghinaan Santi kepada ibunya, dan menyatakan Briela seorang wanita penggoda.
“Tidak, mama ku tidak seperti itu, dia bukan wanita penggoda,” ucap Xaviera pelan yang berusaha memberanikan dirinya membela ibunya.
Aron sangat kesal mendengarnya. Dia kemudian menarik rim yang melekat di pinggangnya dan sekali cambukan, membuat Xaviera merintih kesakitan.
“AAAAAA, Aron, ampun…. Hiks hiks hiks,”
SPALLAAASHHHH
“AAAAAA Hiks hiks hiks….”
“Dasar wanita penggoda, wanita rendahan. Kau dan ibumu sama saja. Ibumu menggoda pamanku, lalu ibumu mengizinkan kamu untuk menggodaku juga kan?? Hah??!”
“Aku akan membunuhmu!!!” teriak Aron dengan wajah yang kesurupan.
Aron menaikkan tangannya tinggi dan kembali ingin melayangkan cambukan tapi tanpa sengaja kakinya yang ingin melangkah sekali terasa licin dan dia terjatuh. Kepala Aron terbentur di sudut meja dan membuat banyak darah berceceran di lantai.
“Arrrgghhhh” ringis Aron.
Santi kemudian panik, dia dengan lantang memanggil para pelayan dan juga penjaganya untuk segera mengangkat tubuh Aron untuk segera ke rumah sakit, dia panik melihat darah yang keluar dari kepala Aron.
Aron kembali meringis dengan sangat keras, sedangkan Xaviera sesegukan.
Santi penuh amarah menarik tangan Xaviera, membawanya untuk ikut bersama menemani Aron.
“Jika terjadi sesuatu dengan Aron, aku akan benar benar membunuhmu, dasar wanita pembawa sial!” ucap Santi dengan menarik lengan Xaviera kasar.
...----------------...
Di rumah sakit, Aron ditangani oleh salah satu dokter dan memeriksanya secara intensif, tidak hanya itu. Santi juga meminta cek secara keseluruhan karena khawatir jika terjadi sesuatu kepada anaknya itu.
Sedangkan Xaviera mencari cara untuk meninggalkan rumah sakit dan berusaha meminjam sebuah ponsel untuk mengirim pesan kepada sahabatnya dan memberitahukan segalanya.
Santi yang melihat gerakan aneh Xaviera menariknya untuk tetap berada di dekatnya.
“Pastikan masalah ini tidak terdengar oleh siapa pun, terutama untuk keluarga Ace,” perintah Santi kepada salah satu orang kepercayaannya.
“Baik nyonya,” timpalnya.
Xaviera hanya sesegukan, dia benar benar sangat merindukan ibunya, dia berharap ibunya baik baik saja. Dia rela berkorban asalkan ibunya tidak terkena imbasnya. Xaviera merasa bersalah, jika saja waktu itu dia sedikit lebih berani, lebih mengutamakan mengenal Aron lebih dulu, tidak hanya menerima begitu rencana pernikahan, semuanya tidak akan terjadi.
Saat itu Xaviera hanya menilai seseorang dari wajahnya saja.
Harusnya sebelum keputusan pernikahan, dia harus mengenal lebih baik lagi calon suaminya dan mempertimbangkan semuanya. Bukankah banyak contoh nyata di kalangan masyarakt terutama kaum elit yang memiliki kriteria tinggi untuk di jadikan menantu idaman? Bukan menantu seperti dirinya.
“Harusnya sejak awal aku memahami hal ini, mama... maafkan Xaviera,” batin Xaviera yang terduduk di lantai di depan ruangan UGD.
Tidak berselang lama, dokter keluar dari ruangan tersebut bersama dengan Aron yang kepalanya sudah terlihat perban putih melilit di sana. Aron terlihat meraba kepalanya dan sesekali meringis, santi melihat itu bergegas mendekati puteranya dan memeriksanya.
“Sayang, bagaimana keadaanmu, apakah sakit?”
“Sshh, sedikit bu…”
“Semua ini gara gara wanita sialan itu,” ucap Santi bengis dengan melirik tajam ke arah Xaviera.
Santi berusaha menahan diri karena di hadapannya masih ada dokter yang menjelaskan jika semuanya baik baik saja, dia sudah melakukan kejahatan, karena itu Aron sudah bisa pulang hari itu juga setelah resep dokter diberikan.
“Terimah kasih dokter,” ucap Santi dengan memapah Aron.
Xaviera ingin mendekat dan membantu Aron tapi tangan Xaviera di hempaskan begitu saja.
“Ssshh, argh kepalaku sakit. Dasar wanita sialan! Menjauh dariku, tunggu pembalasanku,” ucap Aron dengan tatapan penuh dendam.
...----------------...
Di kediaman Ace.
Aron berada di kamarnya dengan pelayanan extra, Xaviera tidak di minta untuk mendekati ruangan tersebut, tapi hukuman yang didapatkan dari Santi bertambah berat, tidak banya berberes rumah dan halaman, Xaviera juga di minta untuk mencuci pakaian seluruh penghuni kediaman tersebut, termasuk para pakaian pelayan.
Xaviera bekerja pagi buta hingga larut tanpa istirahat dan makan hanya sekali membuat wajahnya terlihat begitu tirus dan pucat.
Hari itu, Xaviera tidak bisa menahan pening di kepalanya, dia tanpa sengaja menjatuhkan gelas minum yang dicucinya di dapur membuat Santi kembali naik pitam.
“Sudahlah, mungkin seharusnya ibumu harus tahu dan menjemputmu. Kau tidak pantas menjadi menantuku,” ucap Santi.
Dia kemudian segera meraih ponselnya dan mencari nomor ponsel milik Briela.
...----------------...
Di kedai, milik Briela. Dia tengah sibuk menjamu makanan para pelanggan, hingga beberapa kali dering ponselnya tidak terdengar jelas, membuat Santi di seberang sana kembali memberi sebuah tamparan kepada Xaviera.
“Dasar wanita sialan! Sepertinya kalian sudah bekerja sama. Ibumu yang miskin itu menitipkan kau sepenuhnya di keluarga Ace, cuuihhh! Aku tidak sudi!” teriak Santi dengan menunjuk wajah Xaviera.
Tiba tiba Aron jalan dan mendekati ibunya. Santi segera berlari kecil memegang tangan anaknya dan memapahnya, dia sedikit marah karena Aron tidak istirahat di kamar, tapi Aron bebrisik kepada Santi membuat dia tersenyum.
Entah apa rencana mereka tapi yang pasti hal itu akan memberikan keuntungan besar untuk keduanya.
Ddrrrtttt
Ddrrrtttt
Ponsel Briela berdering dan di sana ada nama Santi tertera. Santi segera menerima telponnya dan meminta Briela ke rumahnya secepat mungkin karena ada masalah yang disebabkan oleh Xaviera.
Briela yang berada di seberang sana tidak berpikir panjang untuk menunda hal itu lagi, dia segera berlari menutup kedainya dan mencari taksi untuk segera menuju kediaman Aron.
“Bagaimana bu?”
“Berhasil sayang, dia akan datang,” timpal Santi tersenyum licik.
“Hei kau! Segera siapkan pakaian terbaik untuknya dan lakukan seperti biasa!” perintah Santi.
Pelayan tersebut mengangguk dan memberikan isyarat kepada Xaviera agar ikut dengannya. Dia akan mengubah penampilan Xaviera menjadi wanita berkelas di hadapan Briela saat dia tiba di kediaman tersebut.
Santi dan Aron tertawa jahat setelah kepergian Xaviera dari tempat tersebut.
...----------------...
Di tempat lain, ada Barbara yang mendapatkan laporan dari mata-matanya dan menjelaskan silsilah keluarga Ace kepada Barbara. Alisnya berkerut karena tidak semua anggota keluarga terlihat baik di mata masyarakat, hanya Gubernur Alden yang terlihat baik dan memperlakukan semua orang sama di matanya.
“Bagaimana dengan Xaviera, aku butuh itu,” ucap Barbara.
Mata-matanya beberapa detik terdiam. Lidahnya terasa keluh untuk menjawab pertanyaan itu karena dia menemukan fakta mengejutkan. Tentang Xaviera mendapatkan perlakuan kasar, pelecehan dan juga kekerasan dalam rumah tangga dan itu tidak diketahui sama sekali oleh Briela.
“Kenapa kau diam?!”