Apa jadinya jika gadis berusia 23 tahun menjadi pengasuh sekaligus ART di rumah seorang duda tampan yang kesepian? Mengurus rumah dan satu bocah yang nakal sungguh membuat kepala Anggita merasa pusing, tapi ternyata menghadapi duda tampan yang manja juga kesepian jauh membuatnya lebih pusing.
Seiring berjalannya waktu, Anggita dan Angkasa saling jatuh hati. Tapi Edo mantan kekasih Anggita muncul dan memaksa minta balikan. Yang lebih mengejutkan, ternyata Edo adalah keponakan dari Angkasa. Tak hanya itu, mantan istri Angkasa juga kembali dari luar negri dan memaksa untuk rujuk dengan alasan anak.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Anggita dan Angkasa?
Akankah keduanya sanggup menghadapi badai masalah yang muncul dalam bahtera percintaan mereka?
Follow Ig : Fatmawatisiti1472
Note :
-Alur cepat
-Bukan novel panjang
-Konflik ringan
-slow up
-slow revisi
Selesai baca follow akun Noveltoon author ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoungLady, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Anggita berpacaran dengan Om Angkasa? Yang benar saja! Aku nggak bisa menerimanya!" ucap Edo kasar saat membuka kiriman gambar dari mantan kekasihnya itu.
Edo mengambil jaket yang menempel di tembok. Dia memakai helm, mengeluarkan sepeda motornya dari bagasi dan bergegas pergi ke rumah Angkasa. Edo sama sekali tak peduli jika waktu sudah larut dan hujan turun lumayan deras. Dia harus segera memastikan kalau pesan yang diberikan Anggita benar atau hanya sekedar gurauan saja.
Tiga jam perjalanan yang harus Edo tempuh untuk mencapai rumah Angkasa dengan menaiki sepeda motor. Dia sama sekali tidak merasa lelah, bayang-bayang wajah Anggita membuatnya begitu sangat bersemangat.
Perasaan Edo pada Anggita sangat serius, dia selingkuh karena ingin menang taruhan dengan teman-temannya saja. Sialnya, perselingkuhannya itu terbongkar dan terlihat langsung oleh mata Anggita.
"Aku harus bisa merebut mu darinya," ucap Edo penuh amarah.
Ting ...!
Tong ...!
Bel berdering, Anggita yang baru saja tertidur langsung bangun saat mendengar suara bel berulang ulang. Dia melirik kearah jam dinding, waktu menunjukan pukul 03.00 pagi. Orang gila mana yang datang bertamu ke rumah orang sepagi itu? Jangan jangan dia bukan orang, melainkan hantu? Tapi, memang ada hantu bisa mencet tombol bel?
Meski takut, Anggita memutuskan untuk keluar membuka pintu dan melihat siapa tamu yang datang. Anggita panik saat melihat sosok pria yang dia kenal ada di sana.
"Edo? Mau apa kamu kesini?" tanya Anggita pada Edo yang sedang berdiri di depan pintu gerbang. Tubuhnya basah, rambutnya lepek karena terkena air hujan.
"Buka gerbangnya!" pinta Edo sambil menggoyang goyangkan pintu gerbang dengan kasar.
"Nggak mau!" sahut Anggita judes. Dia membalik badan dan hendak pergi meninggalkan Edo.
"Hey, tunggu! cepat buka pintu gerbangnya!" teriak Edo lagi.
"Aku bilang nggak mau!" Anggita sambil menangis. Ada rasa sesak di dadanya saat melihat wajah pria menyebalkan itu lagi.
"Tolong berhenti menggangguku, kamu hanya akan menambah luka yang baru saja aku sembuhkan dengan susah payah. Nggak ada yang perlu dijelaskan lagi, antara kita sudah selesai!" Anggita melangkah masuk ke dalam rumah. Dia menutup pintu dan kembali menguncinya.
"Siapa yang datang?" Angkasa muncul tiba-tiba tanpa suara sebelumnya. Membuat Anggita kaget hingga melompat seperti katak.
"Bapak, bikin kaget saja." Anggita mengelus dadanya.
"Siapa yang datang?" ulang Angkasa.
"Edo, mantan saya Pak,"
"Masuk ke kamar dan kunci pintu, biar aku yang akan menemuinya,"
"Baik, Pak," Anggita menunaikan perintah Angkasa.
Angkasa keluar menemui Edo mantan Anggita, ternyata dia adalah anak bontot dari Bibinya yang ada di luar kota. Bocah tengik itu pasti langsung pergi kerumah Angkasa saat membuka kiriman foto dari Anggita tadi. Angkasa tak menyangka kalau Edo akan bergerak secepat itu.
"Om, buka gerbangnya!" Paksa Edo. Dia mendorong gerbang secara brutal hingga membuat keributan.
"Nggak mau!" tolak Angkasa.
"Kita harus bicara, buka gerbangnya," paksa Edo.
"Kamu terlihat seperti mau mengajakku berkelahi, bukan berbicara,"
"Om, Anggita pacarku. Tolong jauhi dia," Edo nampak sangat putus asa. Wajahnya terlihat memelas, seperti kucing yang sedang minta makan.
"Kalian sudah putus, siapapun boleh mendekatinya," ujar Angkasa.
"Tapi Om Duda tua," celetuk Edo.
"Duda tua yang mapan paling disukai oleh wanita daripada bujang muda yang miskin tapi playboy!" sindir Angkasa pedas.
"Ayolah Om, kembalikan Anggita padaku. Om banyak uang, Om bisa mengencani wanita manapun. Dia gadis baik-baik Om," ucap Edo.
"Aku nggak akan melepaskannya! Mau merebutnya dariku? Coba saja kalau bisa," tantang Angkasa.
"Duda tua sialan! Cepat buka pintunya dan kita berduel secara jantan!" teriak Edo.
"Pergi, jangan buat keributan di sini. Aku sudah menelfon polisi sebelum keluar tadi, sebentar lagi mereka akan sampai." ancam Angkasa.
Edo mengkerut, dia tidak mau bertemu dengan polisi. Apa lagi beberapa hari lalu dia baru saja menyerempet seseorang dan kabur. Lebih baik Edo pergi, daripada bertemu polisi dan kejahatannya kemarin ketahuan.
'Awas saja besok, Aku akan membuat perhitungan denganmu Om!' batin Edo kesal.
***
Anggita menangis diambang pintu kamarnya. Dia teringat kejadian saat dirinya memergoki Edo berselingkuh dengan wanita lain, hatinya kembali merasakan sakit yang teramat. Jika mengingat hal itu sungguh Anggita merasa takut untuk bermain cinta-cintaan lagi.
Angkasa berjalan lambat mendekati Anggita, menarik tangannya dan memeluknya erat. Angkasa mengusap punggung Anggita lembut, kemudian mencium ujung kepalanya.
"Apa kamu takut?" Tanya Angkasa.
"Nggak kok," sahut Anggita. Tapi Angkasa tau kalau pengasuh anaknya sedang berbohong. Tubuh Anggita sedikit gemetaran saat disentuh, jelas dia takut diteror oleh Edo.
"Aku akan menjagamu dengan baik, dia nggak akan berani mendekati kamu lagi," janji Angkasa.
Anggita mengangkat wajahnya, dia menatap angkasa dengan tatapan penuh pengharapan juga penasaran.
"Kenapa Edo bisa patuh pada anda Pak?" Anggita penasaran.
"Karena aku Om nya, dia anak adik dari mendiang Ibuku," sahut Angkasa.
Seketika suasana jadi hening. Anggita masih tak menyangka kalau dirinya akan dekat dengan Om mantan kekasihnya sendiri. Tidak lucu, tapi mau bagaimana lagi? Mungkin sudah jadi permainan dari takdir.
Angkasa mengusap air mata yang membasahi pipi Anggita, gadis itu bisa merasakan ketulusan dari duda beranak satu yang beberapa jam lalu baru meniadakan cinta kepadanya. Saat ini Anggita butuh obat penyembuh luka hati, perlukah dia menerima cinta dari Bosnya?
"Pak," panggil Anggita.
"Hemh ...,"
"Apa Bapak serius suka sama saya?"
"Aku serius," sahut Angkasa mantap.
"Saya pernah merasakan sakitnya patah hati karena di selingkuhi. Apa Bapak bisa setia kepada saya jika kita menjalin hubungan?"
"Tentu saja aku bisa setia kepadamu, aku bukan playboy cap gayung seperti mantanmu itu!"
Anggita menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Angkasa. Dia menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah karena ucapan pria itu.
"Sudah hampir pagi, sebaiknya kamu kembali ke kamarmu. Kita bahas hal ini lagi esok atau lusa," ucap Angkasa lirih. Anggita menjawab dengan Anggukan kepala.
Bersambung ....
mka nya kurleb ya gt sbangsa tumbuh tumbuhan tp bs beranak pinak😁🤣🤣🤣😂😂😂