Kisah perjuangan hidup gadis bernama Cahaya yang terpaksa menjalani segala kepahitan hidup seorang diri, setelah ayah dan kakak tercintanya meninggal. Dia juga ditinggalkan begitu saja oleh wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini.
Dia berjuang sendirian melawan rasa sakit, trauma, depresi dan luka yang diberikan oleh orang orang yang di anggapnya bisa menjaganya dan menyayanginya. Namun, apalah daya nasibnya begitu malang. Dia disiksa, dihina dan dibuang begitu saja seperti sampah tak berguna.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Akankah Cahaya menemukan kebahagiaan pada akhirnya, ataukah dia akan terus menjalani kehidupannya yang penuh dengan kepahitan dan kesakitan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11 Penolakan
Seminggu kemudian.
Aya tidak mengalami mimpi buruk lagi. Dia pikir itu karena sudah tidak ada yang mengganggunya lagi. Kai juga sudah tidak menelpon atau mengiriminya pesan seminggu terakhir.
Pagi ini dia bersemangat berangkat kuliah seperti biasanya. Tapi, saat tiba di bawah, matanya menangkap sosok yang sangat ingin dia lupakan itu.
Kai berdiri sambil bersandar di mobilnya, menunggu di depan kontrakan. Saat melihat wajah cantik itu, dia pun tersenyum dan melambaikan tangannya.
Aya tidak membalas lambaian tangan itu, dia terus melangkah mencoba mengabaikan Kai.
"Pagi cantik!" sapa Kai sambil meraih pergelangan tangan Aya untuk menahannya yang hendak melangkah pergi begitu saja.
"Ada apa lagi?" tanya Aya sewot.
"Jangan cemberut gitu dong. Nanti cantiknya nambah berkali kali lipat."
"Berhenti menggodaku. Apa anda tidak mengerti bahasa Indonesia?"
"Ay, aku baru saja sampai satu jam yang lalu dan aku langsung ke sini untuk menemui kamu."
"Aku gak peduli."
"Kejam amat sih Ay. Padahal aku merindukan kamu loh." ucap Kai memasang wajah sedih yang diabaikan oleh Aya.
Kai membuka pintu mobilnya, mengambil sesuatu dari kursi belakang mobil. Paper bag kecil berwarna pink muda yang diberi hiasan pita.
"Ini oleh oleh buat si cantik." mengulurkan sambil tersenyum.
"Aku gak butuh hadiah."
"Tapi aku mau membelikannya untuk seseorang yang sangat spesial."
Aya menatap tajam wajah tersenyum Kai. "Apa kamu masih belum paham apa yang aku katakan..."
"Aku tau, aku paham. Aku tau kamu menolakku. Tapi, aku bukan pria yang mudah menyerah. Aku suka tantangan."
Kai memberikan paper bag itu ketangan Aya, lalu dia mendekatkan wajahnya sangat dekat kearah telinga Aya.
"Aku tidak akan menyerah." bisiknya.
"Sampai jumpa lain waktu, cantik." mengusak kepala Aya, lalu dia masuk ke mobilnya dan pergi meninggalkan Aya yang masih berdiri diam menatap kepergiaan Kai.
Huh!
Suara helaan napas berat Aya melihat apa yang ada ditangannya saat ini. Mau tidak mau dia mengintip isi paper bag itu yang ternyata parfum mahal.
"Kenapa harus aku? Aku tidak percaya cinta. Aku tidak pantas untuk dicintai Kai. Berhenti melakukan ini padaku."
Aya tidak bisa menerima perasaan Kai, karena dia takut kejadian masa lalu terulang. Kejadian dimana ibu yang sangat dicintainya tega membiarkan dia disiksa oleh suami dan anak tirinya. Lalu, pria yang dulu mengatakan sangat mencintainya, malah berakhir bosan padanya dan memberikannya pada teman temannya.
Kai mungkin tidak sama. Dia tulus mencintai Aya. Tapi trauma yang dialami Aya bukan sesuatu hal yang main main. Dia belum bisa percaya yang namanya cinta.
~
~
~
Seperti rencana bundanya, malam ini Kai sedang duduk berdua dengan perempuan cantik berhijab. Dia Aisyah. Mereka duduk di teras samping rumah yang menghadap ke kolam ikan.
"Mas Kai apa kabar?" tanya Aisyah memulai percakapan.
"Baik."
Jawaban singkat Kai membuat Aisyah menarik napas perlahan. Dia tahu Kai tidak menyukainya.
"Maaf ya mas, karena aku mas Kai terpaksa harus mengikuti kemauan bunda."
"Bukan karena kamu kok. Aku hanya tidak bisa menganggap kamu lebih dari sekedar seorang adik."
"Aku tau. Tapi, aku tidak bisa membantah kemauan Abi, ibu sama bunda."
kai menatap jauh kedepan, melihat ikan ikan yang berenang dikolam itu yang malah mengingatkannya pada Cahaya dan tanpa sadar dia tersenyum. Aisyah melihat senyuman itu yang membuatnya merasa sedih tanpa alasan yang jelas.
"Mas, mbak!" Seru Kania dari dalam rumah yang membuat mereka menoleh serentak.
"Saatnya makan malam." Sambung Kania.
"Yok." ajak Kai yang melangkah masuk lebih dulu diikuti oleh Aisyah.
Malam ini terasa spesial bagi Azizah, karena Aisyah datang bersama kedua orangtuanya. Terlebih putra sulungnya juga hadir dan mungkin akan menyetujui sarannya untuk mengenal Aisyah calon mantu idamannya itu.
"Mbak yu, mas, mari makan." ajak Azizah pada calon besannya itu.
"Ini dek Azizah yang masak?" tanya Warti, ibu tiri Aisyah.
"Gak semua juga aku yang masak mbak yu. Tadi dibantu sama bibik."
"O gitu. Tapi, aku rasa dek Azizah akan punya teman memasak yang baru."
"Siapa?"
"Nih Aisyah. Dia ini pintar masak." Warti membanggakan anak dari suaminya yang tentu saja sudah dia anggap seperti anaknya sendiri.
"Nah tu dengar Kai, bunda gak salah pilih calon mantu."
"Kamu beruntung punya istri pintar masak Kai. Lihat saja ayah, setiap hari disajikan makanan yang lezat sama bunda kamu." celetuk Abian menimpali obrolan istrinya.
Aisyah tersenyum malu malu dipuji seperti itu, sedangkan Kai hanya tersenyum paksa.
"Mas, setidaknya jangan memasang wajah cemberut begitu." bisik Kania pada Kai.
"Mbak Aisyah calon istri terbaik loh buat mas Kai." Ken yang duduk di sebelah kiri Kai ikut berbisik pada kakaknya itu.
Ken sangat menyukai Aisyah sama seperti bundanya. Sedangkan Kania dan ayah sebenarnya netral. Mereka akan mendukung keputusan Kai, mau setuju untuk menikahi Aisyah atau malah wanita lain, mereka akan mendukung Kai tidak peduli apapun.
Usai makan malam, Kai diminta untuk mengobrol lagi dengan Aisyah. Mereka duduk di pinggir kolam renang belakang rumah sambil menikmati teh hangat dan biskuit.
"Mas, apa pun keputusan mas nantinya aku akan mencoba untuk baik baik saja."
"Hmm?" Kai bertanya tapi dia fokus menatap layar hp nya.
Kai menunggu balasan pesannya dari Cahaya. Beberapa saat lalu dia mengirim pesan menanyakan apakah gadis itu sudah pulang atau belum.
"Mas, aku tau kamu tidak mau mencoba ta'aruf denganku. Tapi, aku tidak berani mengatakan langsung sama Abi dan ibu ku. Aku rasa mas Kai yang harus memutuskan sendiri." ulang Aisyah dengan suara lantang dan tegas.
Kai pun menoleh padanya, menatap kasihan pada gadis itu. Tapi dia tidak bisa membohongi hati dan pikirannya yang terus tertuju pada Cahaya.
"Syah, aku minta maaf ya. Aku kagum sama kamu. Kamu gadis yang baik, cantik, pintar dan sholehah. Gadis sebaik kamu tidak pantas untuk pria pendosa sepertiku."
"Apa itu yang menjadi alasan mas Kai menolakku? Aku juga penuh dosa mas. Aku tidak sebaik yang mas pikirkan."
"Tidak Aisyah. Alasanku bukan hanya karena itu. Tapi, karena aku sudah mencintai orang lain. Aku tidak bisa tanpa dia." ungkap Kai menegaskan.
Dia tidak mau membuat Aisyah berharap terlalu jauh untuknya.
"Aku akan mengatakan sendiri sama orangtuaku dan orangtua kamu."
Aisyah terdiam, dia tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya. Sudah sejak awal mengenal Kai, karena Abi dan Ayah Kai berteman. Sejak saat itu Aisyah sudah menaruh hati pada Kai. Dia tau Kai suka gonta ganti perempuan. Dia tau Kai tidur dengan banyak perempuan. Tapi bagi Aisyah, itu hal wajar dari kehidupan seorang pria lajang. Dia bisa menerima Kai dalam bentuk apapun. Dia berangan Kai akan berubah dan hanya akan mencintainya seorang.
Tapi malam ini, Kai mematahkan angannya. Aisyah terluka.
"Maafkan aku Aisyah. Kamu berhak mendapatkan yang jauh lebih baik dariku."
Setelah pembicaraan itu, Kai mengatakan pada semua orang bahwa dia tidak bisa menerima perjodohan. Bunda sangat kecewa dan merasa malu pada keluarga Aisyah. Tapi, keluarga Aisyah tidak marah sama sekali. Mereka malah menerima dengan besar hati.
"Tidak apa. Jodoh tidak ada yang tahu. Kalau memang Kai dan Aisyah ditakdirkan untuk berjodoh, mereka pasti akan kembali dipertemukan suatu saat nanti." Ucap Hasan, Abi Aisyah.
Semangat kakak Author, ditunggu kelanjutannya 💪
Author berhasil membuatku menangis 👍
Semangat kakak Author 💪