Terlahir cantik, kaya raya, cerdas, tapi selalu gagal jika berhubungan dengan percintaan, gadis baik-baik tapi selalu disakiti deretan pria yang pernah jadi pacarnya, dengan berbagai macam alasan, mulai dari yang masuk akal sampai yang paling menyakitkan.
Sampai akhirnya sesuatu yang rasanya tidak masuk akal pun terjadi, bagaimana bisa seorang wanita biasa, meskipun memang ia kaya, tapi tidak masuk akal dikejar-kejar oleh seorang selebriti papan atas.
Happy reading yeorobun 😂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
"Jadi lu mau apa ngga? Sayang banget cowo se cakep itu lu biarin aja."
"Buat lu aja, bawa pulang sono. Gua ogah, gua mending hidup damai dengan semua aset terpendam yang gua bangun heheh."
"Siapa tahu nanti Andreas itu emang jodoh lu, backgroundnya dia bagus, attitude dia juga, gua udah kepoin semuanya ngga usah kuatir lu."
"Yeee apaan si? Sen... eh si S juga dulu keliatan baik banget kan? Semuanya bersih, lah ujung-ujungnya dia titisan setan juga. Pokonya jangan paksa gua Lex, mungkin lu ada benarnya juga, gua masih kebayang-bayang masa lalu, gua cuma ngelindungin diri gua sendiri Lex, sebelum gua jatuhin pilihan gua, gua harus bener-bener lihat sampai ke akar-akarnya. Lu cukup dukung gua yaaa sayangku cintaku yang terkadang seperti anak babbik", plak... Kiara mendaratkan telapak tangannya dengan cukup keras di jidat Alexandra, dan bruk... wanita putih pucat itu tumbang ke kasur.
🌼🌼🌼
Sementara diluar Juan, Tommy dan Shane hening, sibuk dengan aktifitas masing-masing, dan pikiran masing-masing. TV menyala, tapi satupun dari mereka tidak melihat ke arah sana, sibuk dengan ponsel masing-masing. Dari kejauhan terdengar suar wajan bibi ART dan bau wangi makanan yang sangat menggoda.
"Suasananya kenapa jadi angker gini? Ini makhluk dua kenapa lagi coba? Duhh mana masakan bibi wangi banget lagi, udah mateng belum ya? Jadi laper...", itulah isi pikiran Shane.
"Andreas Johansen? CEO klinik langgangan The Prince?." batin Juan.
"Gua udah confess tipis-tipis padahal, masa ga di notice, kurang kenceng mungkin." itu isi pikiran Tommy.
"Para abang-abang tampan.... makanannya sudah mateng ya, makan ke dapur atau bibi bawa kesana???", teriak bibi dari dapur.
Tanpa banyak aba-aba, mereka bertiga bergerak serentak tanpa mengucapkan apapun, dan langkahnya juga memiliki tujuan yang sama. Apapun yang terjadi, makan adalah yang utama. Terlebih Shane, dia sudah sampai lebih dulu di dapur.
Tidak terasa hari terakhir The Prince mengungsi di rumah Kiara pun tiba, mereka bertiga agak berat hati meninggalkan rumah itu, rumah yang tenang dan nyaman, jauh dari teriakan fans, dan flash kamera. Jauh dari musik-musik berisik.
Satu-satunya tempat yang membuat mereka merasakan liburan yang benar-benar liburan, ditambah sang pemilik sangat wellcome terhadap apapun yang mereka lakan disana, lebih tepatnya tidak ikut campur, menanggapi seadanya, dan itulah yang membuat ketiga pria incaran seisi bumi itu merasa nyaman.
"Nona Kiara, saya sangat bersyukur Shane ditemukan oleh anda, dan tumpangannya. Sungguh kami semua sangat berterima kasih." ucap manager TP yang baru tiba untuk menjemput ketiga artisnya.
"Ohh iya pak manager, saya senang bisa bantu. Saya pastikan jika ada kesempatan bekerja sama lagi, The Prince siap jadi BA Levin lagi." semangat pak manager.
"BA? Brand Ambassasor maksudnya? Kenapa? BA apa? Kiara? Kamu artis? ", bingung Juan yang muncul tiba-tiba.
"Ohh.. ngga bukan, bukan, bukan itu maksudnya.", Kiara sudah kalang kabut memberi kode untuk tidak bilang apa-apa pada pak manager, tapi sepertinya beliau tidak paham.
"Lohh kalian ngga tahu apa memang belum tahu? Ini nona Kiara Levin, yang punya Levin Corp.", girang pak manager dengan enteng diikuti ekspresi kaget yang aneh dari Juan.
"Le-Vin?", kaget Tommy yang muncul entah dari mana.
"Woaah... sekarang kita punya orang dalam.", girang Shane, yang berbanding terbalik dengan kedua kakaknya yang terperangah.
" Kok kamu ngga bilang ke kita?", raut wajah Tommy yang minta penjelasan.
"Mungkin nona Kiara ngga mau kalian ngerasa canggung."
"Iya bener. Awalnya juga aku ngga tahu kalau pak manager ngga bilang ke kalian bertiga, dan aku malah seneng. Udah, aku ini siapa atau apapun itu ngga penting sekarang, kalian aku pastikan aman tinggal disini."
"Mba, kita masih boleh main kesini ngga?", tanya Shane.
" Boleh dong, kenapa engga? Kalian tahu alamat ini, bahkan kalian tahu sandi pintu ku. Kenapa ngga boleh. Aku malah seneng banget kalau kalian bertiga bisa berkunjung lagi kesini. Habis ini rumahku pasti balik ke mode sunyi."
Mereka akhirnya keluar dari rumah dengan koper masing-masing. Kiara masih didalam rumah.
"Sebentar ada barang yang ketinggalan." seru Tommy lalu masuk kembali.
Ia menyusuri lagi setiap tempat untuk mencapai kamar Kiara.
Klek... pintu kamar itu ditutup sedikit terburu-buru oleh empunya, mungkin ingin keluar berpamitan.
"Tommy"
"Ki.."
"Kamu ada barang yang ketinggalan? Udah ketemu? Mau aku bantuin? Ayo kita cari", seru Kiara dengan semangat dan melangkah.
Happ.. tangan Kiara ditahan oleh Tommy. Dengan lembut tangan kokoh itu menarik badan yang mungil itu kepelukannya, badan besar Tommy menutupinya.
Deg
Deg
Deg
Deg
Jantung keduanya pun beradu, mereka sama mendengarkan detak yang cepat dan keras itu.
"Ini apa?"
"Kenapa aku malah nyaman?"
"Ngga bisa gerak anjir."
"Nih cowo wangi banget ya dewaa..."
"Anget banget lagi dipeluk gini." Isi otak Kiara berisik sekali.
"Mungkin kesannya terburu-buru, tapi aku ngga bisa abai gitu aja. Kamu bikin aku lupa banyak hal yang udah lama menempel di pikiran aku, untuk sejenak aku lupa hal-hal yang aku pertahankan sejak lama yang sebenarnya aku udah harus buang itu jauh-jauh. Makasih Ki, makasih banyak. Makasih buat aku berdebar lagi setelah sekian lama, kamu memperlakukan aku sebagai Tommy manusia biasa, bukan Tommy The Prince. Aku akan buat kamu menyukai keduanya, baik Tommy The Prince atau pun Tommy biasa. Aku harap kita bisa sering ketemu, aku akan berusaha nyediakan waktu untuk kamu. Kamu mau kan?", tanya Tommy akhirnya menatap Kiara yang tampak kikuk.
Gadis pendek itupun mendongak dan tersenyum lebar, ia mengangguk senang.
"Aku suka nama baruku, pendek dan kedengeran imut banget. Ki...".
Tommy membalas senyuman itu, dan melingkarkan tangannya di leher Kiara.
Klik... bunyi yang kecil menjentik di tengkuk Kiara.
" Apa ini?"
"Hadiah."
"Aku ngga ulang tahun."
"Hadiah karena kamu udah datang duluan sebagai hadiah ngga aku duga-duga."
"Hah?", bingung Kiara.
"Kamu cantik-cantik agak lola ya, pokoknya kamu itu bagai hadiah yang tidak dicari menurut aku. Bikin kaget." cengir Tommy.
"Kalungnya cantik.", pekik Kiara menyentuh liontin itu. " Makasih ya Tommy orang biasa."
"Hahahha.... hahahaa...", tawa Tommy meledak.
" Belum ya? Udah ditungguin. Juan muncul tiba-tiba dengan wajah agak dingin.
"Ohh iya barang gua udah ketemu kak.", seru Juan dan mereka bertiga pun keluar dari rumah.
" Bener ya mba, kita boleh kesini lagi ya...", rengek Shane.
"Iya, dateng aja. Asal pak manager setuju aja."
"Kalau begitu kami permisi ya nona Kiara, terima kasih sekali lagi."
Kiara pun mengangguk dan tersenyum.
"Kita pamit ya Kiara, jaga diri baik-baik."
"Iya, Juan."
Tommy hanya tersenyum aneh dan memberi kode dari sudut sana.
Kiara hanya senyum-senyum malu menanggapi Tommy.
Kemudian mobil van mereka pun berangkat.
"Mbaa Kia... I love you.... jangan pacaran sama Andreas yaa, sama aku aja....", teriak Shane, yang menyembulkan kepalanya ketik mobil itu melaju, lalu ditarik paksa untuk masuk.
" Dasarrr... tuh anak, ada ada aja." Kiara menertawai tingkah bontotnya The Prince itu.
"Rumah gua sepi lagi... 😑 tapi.... ", bisiknga melihat kalung yang melingkar di lehernya, seketika membuat senyum lebarnya keluar.
" Ahh mimpi apa gua bisa dipeluk sama Tommy The Prince, aduhh... jantung gua bener-bener ga baik ini. Aduhh aww Kiaraaaa....", senangnya masuk kembali kedalam rumah.
.
.
.
Tbc... 💜