agung seorang pemuda dari kalangan biasa yang baru saja menyelesaikan kuliah S-1 nya,.
agung terus bermimpi bisa meraih kesuksesan meskipun dia bukan anak bangsawan maupun hartawan.
untuk mewujudkan mimpinya agung terus berjuang dengan otak dan ototnya.
disaat berjuang untuk meraih mimpinya, agung jatuh cinta pada seorang gadis bernama Fika.
ketika agung menyatakan cintanya, dilema kehidupan muncul, karena Fika mengatakan dia akan menerima cinta agung asal agung akan melamar fika secepatnya.
pilihan antara cinta atau cita-cita harus ditentukan ......
dan perjalanannya untuk menggapai cinta dan cita-citanya harus menempuh liku-liku yang terkadang menegangkan
bahkan dia terkadang harus bertarung menggunakan ilmu silat warisan almarhum ayahnya.
dan Agung juga bertemu dengan orang-orang karena dia mereka dengan ilmu pengobatan tradisional warisan almarhum ayahnya.
maaf cerita ini adalah cerita fiksi jika ada persamaan nama atau tempat itu hanya kebetulan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sanny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tawaran pekerjaan di perusahaan
"Agung '
"Toni"
"rencana acaranya kapan pak?"
""insyaallah lusa pak"
"kalau saya kasi diskon 50% gimana pak"
"serius pak apa nggak rugi?"
"nggak apa-apa pak, sekali-sekali beramal ingat orang tua di kampung"
"kalau gitu terima kasih pak mudah-mudahan rezekinya lancar"
"amin.., Fan jangan lupa kasi diskon 50% berapapun yang dipesan bapak ini, ntar komisi lu aku yang ngasi '
"siap makasih bang"
"Oke kalau gitu aku cabut dulu, bapak minta sama si Ifan saja nanti "
"iya pak, Makasih pak Agung, hati-hati pak"
Agung mengambil motor bututnya di tempat parkir dan pergi pulang ke rumah kosnya, meskipun badannya terasa letih tapi hatinya entah kenapa sangat senang .
dia heran bila bertemu Dila', hatinya sebenarnya sangat nyaman, namun Agung tidak berani untuk melangkah lebih karena takut kelak persahabatan mereka pecah hanya karena cinta yang belum tentu abadi.
setelah sampai di rumah kosnya, agung membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia teringat cerita hidupnya akhir-akhir ini, usahanya yang sudah mulai berkembang sehingga dia sering berfikir untuk memulai usaha lainnya karena dia harus berpacu dengan waktu untuk menggapai cita-citanya.
Dia teringat dengan keluarganya di kampung yang masih sangat berharap dia bisa berhasil, karena kalau dia berhasil Agung.bisa mendongkrak derajat keluarganya.
Agung selalu ingat begitu banyak pengorbanan yang dilakukan oleh ibunya untuk Agung, setiap hari ibunya harus selalu pergi jualan di pasar pagi untuk mencari uang hanya untuk biaya hidup mereka dan juga untuk biaya sekolah Agung dan adik adiknya
sejak ayahnya meninggal dunia, ibunya harus banting tulang untuk membiayai hidup mereka setiap pagi dia berangkat ke pasar pagi untuk jualan sayur siangnya dia jualan kue basah.
itulah sebabnya Agung sejak kecil bercita-cita menjadi orang kaya karena dia ingin membahagiakan ibu dan adik-adiknya.
Agung menutup matanya karena dia harus tidur cepat m, besok dia harus membimbing indah dalam menyusun skripsinya.
jam 10.00 pagi indah telah datang ke rumah kos Agung karena hari ini adalah jadwal bimbingan skripsi.
"pagi bang Agung , aduh bang Agung makin ganteng aja ya"
"kerjaan mu terus bercanda aja, ayo mulai belajarnya"
"oh ya bang minggu depan Fika tunangan sama dokter Wawan"
Agung menarik nafas mendengar ucapan indah bagaimanapun Fika pernah singgah di hatinya dan jujur sampai saat ini dia belum bisa melupakan Fika sepenuhnya.
" kirim salam lah, semoga dia bahagia,"
"kok gitu ngomongnya bang memangnya udah nggak ada hati lagi"
Agung tersenyum mendengar pertanyaan indah meskipun pernah tergores tapi Agung bukanlah cowok yang cengeng.
"jangan pernah memaksakan mengejar yang tidak bisa kau raih, dan jangan terus bermimpi untuk memiliki sesuatu yang bukan milikmu"
" so, sweet... Abang memang seorang seniman"
"sudahlah ayo mulai belajarnya"
kemudian Agung mulai menjelaskan cara penulisan skripsi bab 3, indah dengan serius mendengarkan penjelasan Agung, dia selalu berpikir mengapa orang se perfect Agung lahir di keluarga biasa jika seandainya Agung adalah anak dari kalangan atas mungkin Agung sudah menjadi orang yang sangat sukses.
setelah mereka belajar satu jam, Agung selesai mengajari indah dan indah permisi pulang.
saat Agung ingin istirahat karena nanti malam dia harus kembali mengontrol usaha gerobak jamunya, terdengar ketukan di pintunya.
"assalamualaikum..."terdengar salam dari luar
"waalaikumsalam" sahut Agung.
Agung membuka pintu untuk melihat siapa tamu yang datang ke rumahnya biasanya yang datang pagi hanya mahasiswa yang minta bimbingan pada Agung
ketika Agung membuka pintu, Agung terkejut karena ternyata di depan pintu berdiri dua orang lelaki setengah baya dan salah satunya adalah tuan Hendrik yang ditolongnya tadi malam.
"eh tuan Hendrik, Ada apa Tuan?"
"boleh kami masuk?"
merasa tidak enak untuk menolak akhirnya Agung mempersilakan mereka masuk.
"silakan tuan"
tuan Hendrik dan temannya masuk ke dalam rumah sewa Agung.
"ini rumah kamu Gung?"
"nggak tuan Saya hanya nyewa di sini Saya belum punya rumah di kota Medan ini"
"memangnya orang tua kamu nggak tinggal di Medan?"
"nggak tuan orang tua saya tinggal di kampung by the way Ada perlu apa ya tuan"
tentunya Agung heran bagaimana Tu,an Hendrik tahu alamat rumahnya.
"tadi malam kan kita belum bisa ngobrol lama jadi saya datang kemari untuk ngobrol sama nak Agung"
Agung tidak menjawab dia hanya diam, dia ingin tahu apa sebenarnya maksud dari kedatangan Tuan Hendrik.
"saya sudah tahu nak Agung punya usaha gerobak jamu dan saya salut sama nak Agung di usia semuda ini dan keterbatasan modal nak Agung berani untuk buka usaha sendiri"
Agung tetap diam karena dia masih menunggu apa maksud dari kedatangan Tuan Hendrik ke rumahnya.
melihat Agung hanya diam Tuan Hendrik melanjutkan ucapannya.
"saya lihat nak Agung adalah multi talent dan tamatan dengan nilai cum laude, jadi kalau nak Agung mau saya mau ngajak nak Agung untuk kerja di perusahaan saya"
Agung menarik nafas panjang terkadang hatinya menjadi hambar melihat dunia ini, ketika dia mengajukan lamaran ke beberapa perusahaan satu perusahaan pun tidak ada yang merespon lamarannya.
dan ketika dia sudah memutuskan untuk berusaha sendiri tiba-tiba muncul tawaran untuknya bekerja di perusahaan.
"maaf tuan Hendrik, saya dulunya kepingin jadi karyawan dan bahkan saya sudah melamar ke banyak perusahaan, namun semua perusahaan menolak lamaran saya, tapi saat ini saya sudah mulai fokus dengan usaha saya sendiri, jadi maaf saya tidak bisa menerima tawaran Tuan Hendrik saya rasa pasti banyak yang mau bekerja untuk Tuan Hendrik"
raut kecewa tergambar di wajah Tuan Hendrik, karena sebelum datang kemari dia sudah menyelidiki semua tentang Agung dan dia sangat kagum dengan prestasi dan tekad yang dimiliki oleh Agung sehingga dia berniat untuk menjadikan Agung sebagai tangan kanannya, tapi ternyata Agung menolak.
"apa tidak ada negosiasi mungkin tentang gaji saya bisa mempertimbangkan gaji yang tinggi untuk Agung jika nak Agung bersedia bekerja di perusahaan saya"
tentu jika tawaran ini datang sebelum dia membuka usaha pasti Agung akan langsung menerimanya tapi hari ini sudah lain ceritanya
dia telah memutuskan untuk berusaha sendiri karena dia yakin jika ingin menggapai cita-citanya dalam waktu singkat itu hanya dapat dilakukan dengan usaha sendiri.
"maaf tuan untuk terikat saya nggak bisa tapi jika tuan Hendri membutuhkan saya, saya siap kapan saja untuk membantu tuan "
terlihat wajah Tuan Hendrik yang tadinya muram perlahan mulai cerah mendengar ucapan dari Agung.
"Oke kalau begitu saya akan menawarkan nak Agung sebagai konsultan dan pengawas di perusahaan saya dan Agung tidak mesti hadir setiap hari ke perusahaan Agung hanya perlu menyisihkan beberapa hari untuk ke perusahaan, dan tugas nak Agung hanya memberikan saran untuk perusahaan dan mengawasi setiap pekerjaan serta mengawasi karyawan di perusahaan, tentang gaji berapa permintaan anak Agung akan saya penuhi"
Agung kembali menarik nafas karena dia tidak tahu harus berkata apa, dia tahu tujuan dari tuan Hendrik mempekerjakannya adalah untuk membalasbudi karena Agung menolongnya tadi malam.
merasa tidak enak untuk terus menolak akhirnya Agung menganggukkan kepalanya.
"baiklah tuan, besok pagi saya akan ke perusahaan dan masalah gaji itu terserah Tuan saja, saya tidak terlalu memikirkannya, yang saya pikirkan hanya satu, saya tidak ingin mengecewakan Tuhan"
"oke makasih nak Agung dan besok saya tunggu nak Agung di perusahaan ingat perusahaan saya adalah PT cemerlang Jaya di jalan Krakatau"
"baik tuan, besok pagi saya sudah sampai di sana"
mereka terus membicarakan tentang rencana pekerjaan yang akan menjadi tanggung jawab Agung di perusahaan.
tuan Hendrik menceritakan bahwa saat ini perusahaan ada sedikit masalah, karena usaha yang dijalankan Tuan Hendrik seperti mendapat rongrongan dari dalam, namun sampai saat ini Tuan Hendrik belum tahu siapa musuh dalam selimutnya.
Tuan Hendrik juga sedang merintis sebuah produk yaitu produk makanan, jadi dia berharap Agung akan bertanggung jawab dalam perencanaan pemasarannya.
setengah jam kemudian, karena Tuan Hendrik masih ada urusan, dia pamit keluar dari rumah Agung.
melihat mobil Tuan Hendrik yang menjauh dari rumahnya Agung hanya tersenyum kecil membayangkan begitu banyak yang harus dikerjakannya saat ini.
pagi dia harus melakukan bimbingan skripsi kepada beberapa mahasiswa dan juga dia harus pergi ke perusahaan miliknya Tuan Hendrik
sedangkan malam hari dia harus mengontrol 10 lapak gerobak jamunya, tapi jujur Agung merasa jalannya sudah mulai terbuka untuk menggapai cita-citanya.