NovelToon NovelToon
Cinta Suci Untuk Rheina

Cinta Suci Untuk Rheina

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Slice of Life
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nofi Hayati

Tidak ada pernikahan yang sulit selama suami berada di pihakmu. Namun, Rheina tidak merasakan kemudahan itu. Adnan yang diperjuangkannya mati-matian agar mendapat restu dari kedua orang tuanya justru menghancurkan semua. Setelah pernikahan sikap Adnan berubah total. Ia bahkan tidak mampu membela Rheina di depan mamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nofi Hayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia Adnan

Enam bulan setelah kepergian Marni, hidup keluarga Rheyna berubah drastis. Wanita berlesung pipi itu masih merasakan luka mendalam yang ditinggalkan ibunya. Setiap sudut rumah penuh kenangan, dari aroma masakan Marni di dapur hingga sentuhan lembutnya saat menidurkan Rheina di masa kecil.

Rheina beruntung memiliki Zahid, buah hatinya yang selalu berhasil membawa tawa. Tingkah Zahid yang lucu dan ceria menjadi pelipur lara. Anak kecil itu, dengan segala keajaibannya, memberikan Rheina kekuatan untuk melangkah. Setiap hari, saat Rheina merasa kesepian, Zahid selalu hadir dengan senyum polosnya, memeluk dan menciumnya tanpa alasan, seolah tahu bahwa mamanya membutuhkan cinta tanpa syarat.

Namun, ada satu hal yang membuat Rheina merasa cemas. Adnan--suaminya, semakin sering pulang larut malam dari toko. Dua bulan terakhir, sikapnya berubah. Dahulu, Adnan selalu pulang tepat waktu, membawa keceriaan dan cerita-cerita lucu dari tempat kerjanya. Sekarang, malam-malam terasa lebih panjang dan sunyi. Rheina sering kali terjaga di malam hari, menunggu suara langkah kaki Adnan di teras.

Malam itu, Rheina menidurkan Zahid lebih awal. Ia duduk di ruang tamu, mencoba membaca buku tetapi pikirannya melayang. Jam di dinding berdetak pelan, menandai waktu yang berlalu. Tak lama kemudian, terdengar suara mobil Adnan di luar. Rheina menahan napas, mencoba menyiapkan dirinya untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi.

Adnan masuk dengan wajah lelah.

"Hai," sapanya singkat.

"Hai," balas Rheina pelan, mencoba membaca ekspresi wajah suaminya. "Kamu terlihat sangat lelah. Apa yang terjadi di toko?"

Adnan menghela napas panjang dan duduk di sebelah Rheina. "Banyak hal yang harus aku urus," katanya. "Aku minta maaf kalau akhir-akhir ini aku sering pulang terlambat."

Rheina menatap suaminya, mencoba menemukan jawaban di matanya. "Apa ada yang salah, Adnan? Kamu bisa cerita padaku."

Adnan terdiam sejenak sebelum akhirnya berbicara. "Sebenarnya, toko sedang menghadapi masalah keuangan. Aku harus bekerja lebih keras untuk memastikan semuanya tetap berjalan."

Rheina merasakan beban yang selama ini dipikul suaminya. Ia meraih tangan Adnan, menggenggamnya erat. "Kita akan melewati ini bersama. Aku tahu ini berat, tapi kita punya Zahid. Dia butuh kita berdua."

Malam itu, untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, Rheina merasakan harapan. Meski kehilangan mamanya masih menyisakan luka, ia tahu bahwa bersama Adnan dan Zahid, mereka akan menemukan kekuatan untuk menghadapi setiap tantangan.

--

Seperti biasa, jam sepuluh pagi Adnan sudah berangkat ke toko. Toko elektronik yang dikelolanya termasuk toko yang besar di kota mereka. Setelah kepergian Adnan, Rheina bermain dengan Zahid. Sebagai mantan guru, Rheina selalu menstimulasi motorik Zahid dengan mainan edukasi. Zahid tumbuh menjadi anak yang aktif dan cerdas di antara anak-anak seusianya.

Tok ... tok ... tok ...

Terdengar ketukan di pintu depan. Rheina bergegas membuka pintu untuk mengetahui siapa yang datang. Rheina terkejut ternyata tiga orang laki-laki berbadan besar dan bertampang sangar datang marah-marah mencari Adnan.

"Ada keperluan apa mencari suami saya?" tanyanya dengan suara gemetar.

"Suamimu memiliki hutang ratusan juta pada kami," jawab salah satu dari mereka dengan nada mengintimidasi.

Rheina terkejut mendengar jawaban orang itu. Hutang? Ratusan juta? Pikirannya berkecamuk, mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya.

"Saya tidak tahu apa-apa tentang hutang itu. Suami saya mungkin bisa menjelaskan. Silakan cari dia di toko," ucap Rheina, berusaha tetap tenang meskipun hatinya berdebar kencang.

"Menurutmu kami bodoh?" kata pria yang lain dengan nada mengejek. "Toko suamimu sudah tutup selama dua bulan."

Rheina semakin terkejut. Toko tutup selama dua bulan? Bagaimana mungkin? Setiap hari Adnan berangkat seperti biasa. Banyak pertanyaan memenuhi benaknya, tapi ia tahu ini bukan waktu yang tepat untuk mencari jawaban.

"Tolong beri saya waktu untuk berbicara dengan suami saya," pintanya dengan suara yang mencoba tegar. "Saya yakin ada kesalahpahaman di sini."

Pria-pria itu saling pandang sejenak, kemudian salah satu dari mereka berkata, "Kamu punya waktu tiga hari. Jika dalam tiga hari suamimu tidak bisa melunasi hutangnya, kami akan kembali. Dan kami tidak akan sebaik ini."

Setelah mereka pergi, Rheina merasakan lututnya lemas. Ia mengunci pintu dan terduduk di lantai. Air mata mulai mengalir di pipinya. Zahid, yang tadinya bermain di ruang tengah, mendekati mamanya dan memeluknya erat.

"Mama, kenapa menangis?" tanya Zahid dengan polos.

Rheina berusaha tersenyum, meskipun hatinya berat. "Tidak apa-apa, sayang. Mama hanya lelah."

Di kepalanya, berbagai pikiran berputar. Bagaimana mungkin Adnan menyembunyikan sesuatu sebesar ini darinya? Apa yang sebenarnya terjadi dengan toko mereka? Rheina tahu ia harus mencari jawabannya.

Ketika malam tiba dan Adnan pulang, Rheina menunggu di ruang tamu. Saat Adnan membuka pintu, Rheina langsung berdiri, menatap suaminya dengan mata yang penuh pertanyaan dan kekecewaan.

"Kita perlu bicara, Adnan," ucapnya tegas.

Adnan terkejut melihat ekspresi istrinya. "Ada apa?"

"Tadi pagi ada tiga orang datang mencarimu. Mereka mengatakan kamu punya hutang ratusan juta pada mereka dan... toko kita sudah tutup selama dua bulan. Apa yang sebenarnya terjadi, Adnan?"

Adnan terdiam, wajahnya berubah pucat. Ia tahu rahasia yang selama ini disimpannya tidak bisa lagi ditutupi.

Rheina menunggu dengan sabar, meskipun hatinya terasa hancur. Ia berharap suaminya akan jujur dan bersama-sama mereka bisa mencari solusi untuk masalah ini.

Adnan yang mendapat pertanyaan tiba-tiba dari Rheina terlihat gugup. Keringat dingin mengucur di sekujur tubuhnya. Rheina terus mendesak suaminya agar jujur.

"Adnan, katakan yang sebenarnya. Apa yang terjadi dengan toko kita? Kenapa mereka bilang kamu punya hutang ratusan juta?" desak Rheina.

Adnan menghindari tatapan istrinya, wajahnya pucat. "Ini bukan urusanmu, Rheina. Aku yang akan mengurus semuanya."

"Bukan urusanku? Aku istrimu! Kita harus menghadapi ini bersama!" Rheina merasa frustrasi dengan sikap Adnan yang tertutup.

Adnan tersulut emosi. "Sudah kubilang, ini urusanku!" Pria itu mendorong istrinya hingga terjatuh dan terbentur ke pinggir tempat tidur.

Rheina kaget melihat sikap Adnan yang berubah menjadi kasar. Ia menangis mendapat perlakuan ini. "Kenapa kamu jadi seperti ini, Adnan? Kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik."

Melihat Rheina menangis, bukannya meminta maaf, Adnan malah mengeluarkan kata-kata yang kasar. "Kamu pikir dengan menangis masalah akan selesai? Kamu hanya membuat segalanya lebih rumit!"

Rheina terisak, hatinya hancur. "Aku hanya ingin membantu, Adnan. Aku hanya ingin kita bisa menyelesaikan ini bersama."

Adnan memalingkan wajahnya, tidak tahan melihat istrinya yang menangis. "Aku tidak butuh bantuanmu. Aku bisa mengurus ini sendiri."

Rheina berusaha bangkit, menahan sakit di tubuhnya. "Adnan, tolong jangan seperti ini. Kita adalah keluarga. Aku dan Zahid membutuhkanmu."

Adnan menatap Rheina dengan mata yang penuh amarah dan kebingungan. "Kamu tidak mengerti. Semuanya sudah berantakan. Toko bangkrut, hutang menumpuk, dan aku tidak tahu harus bagaimana lagi."

Rheina merasa simpati meskipun hatinya sakit. Ia mendekati Adnan dengan hati-hati. "Adnan, kita bisa cari jalan keluar. Aku tahu ini berat, tapi kita harus saling mendukung."

Adnan menggelengkan kepala, masih dikuasai oleh emosi. "Kamu tidak akan mengerti. Aku tidak butuh belas kasihanmu."

Rheina merasa putus asa. "Adnan, aku tidak memberikan belas kasihan. Aku memberikan cinta dan dukungan sebagai istrimu. Aku akan selalu ada untukmu, tapi kamu harus jujur padaku."

Sekali lagi aku katakan, aku tidak butuh belas kasihanmu." Adnan pergi dari rumah dan meninggalkan Rheina yang masih menangis.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!