Kaisar Pedang Surgawi

Tang Wuying berbalik dan menemukan seorang pria tua dengan keriput yang terukir di wajahnya. Rambutnya putih dengan janggut yang selaras, memberi kesan bijaksana dan berpengalaman. Mata pria tua itu memandang Tang Wuying dengan tajam. Seketika, ingatan Tang Wuying kembali pada saat dia masih menjadi Tian Guo.

...Flashback On...

Di taman Istana Surgawi, Tian Guo sedang duduk dengan santai, minum arak sambil bermain catur dengan seorang pria dengan jubah yang menjuntai. Mereka berbincang dengan akrab, saling mengejek sambil memindahkan bidak catur. Pria itu adalah sahabat karib Tian Guo.

"Heh, gerakanmu masih lemah, Tian Guo," ejek pria itu sambil meletakkan sebuah bidak catur.

Tian Guo tertawa dan meneguk araknya. "Kau selalu punya cara untuk mengalahkanku dalam catur, Bai Jian. Tapi dalam hal bela diri, kau tidak bisa menyaingiku."

Bai Jian tersenyum tipis.

"Bela diri dan catur adalah dua hal yang berbeda, sahabatku. Keduanya membutuhkan strategi, tapi yang satu membutuhkan kekuatan fisik, sementara yang lain membutuhkan kekuatan pikiran."

Mereka berdua tertawa, menikmati percakapan yang hangat sambil meneguk arak.

"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan penelitianmu tentang alkimia?" tanya Tian Guo sambil menggerakkan bidak caturnya.

"Baik. Aku baru saja menemukan cara baru untuk memperbaiki kualitas pil energi. Jika berhasil, pil ini akan jauh lebih efektif daripada sebelumnya."

Tian Guo terlihat tertarik. "Kedengarannya menjanjikan. Mungkin aku bisa membantumu mengujinya nanti."

Bai Jian tersenyum dan mengangguk. "Tentu, akan sangat membantu jika seorang ahli sepertimu bisa memberikan pendapat."

...Flashback Off...

"Bai Jian ...," bisik Tang Wuying pelan, hampir tak percaya. Pria tua itu, yang berdiri di depannya sekarang, adalah sosok yang sama yang dulu menjadi sahabat karibnya di Istana Surgawi.

Pria tua itu menatap Tang Wuying dengan tatapan tajam. "Bagaimana kau mengenalku?" tanyanya dengan nada penuh kecurigaan.

Tang Wuying baru akan menjawab ketika pintu gubuk terbuka. Li Mei muncul, wajahnya penuh keterkejutan saat melihat Wuying dan pria tua itu.

"Ayah! Apa yang terjadi di sini?" Li Mei bertanya, berusaha memahami situasi.

Pria tua itu menatap putrinya. "Li Mei, kau mengenal anak ini?"

Li Mei mengangguk sambil menatap Tang Wuying. "Ya, Ayah. Ini Tang Wuying. Dia yang telah menolongku saat aku dikepung oleh monster di gunung."

Pria tua itu mengangguk perlahan, tapi tetap tampak waspada. Li Mei kemudian menatap Wuying dengan ramah. "Masuklah, Tang Wuying. Kau pasti kemari karena sedang membutuhkan sesuatu."

Tang Wuying mengangguk, mengikuti Li Mei dan Bai Jian ke dalam gubuk. Di dalam, aroma obat-obatan segera memenuhi indera penciumannya, menciptakan suasana yang tenang dan menenangkan. Li Mei mempersilakan Wuying duduk, sementara Bai Jian mengamati setiap.

"Li Mei, bisakah kau membuatkan teh? Ayah perlu membicarakan sesuatu dengan anak ini." katanya lembut.

Li Mei mengangguk, meskipun tampak agak ragu untuk meninggalkan mereka berdua. "Baiklah, Ayah," katanya akhirnya, lalu bergegas pergi ke dapur.

Dengan hanya mereka berdua di ruangan itu, keheningan sejenak menyelimuti. Bai Jian memperhatikan Tang Wuying dengan mata tajam.

"Baiklah, bisa kau jelaskan bagaimana kau mengenalku? Karena entah bagaimana aku juga merasa mengenalmu."

Tang Wuying tersenyum kecil, lalu berkata, "Apakah kau ingat saat kau mencoba teknik alkimia baru dan malah membuat pil yang meledak di wajahmu? Seluruh ruangan dipenuhi asap, dan kau keluar dengan wajah hitam legam seperti baru saja keluar dari tambang batu bara."

Bai Jian tersentak. Dia memukul meja dengan keras.

"Kau ... bagaimana kau tahu cerita itu?!"

"Hanya satu orang yang tahu cerita itu, kau tahu kan."

Bai Jian memegang kedua bahu Wuying, menatapnya dalam-dalam. "Apakah itu kau, Tian Guo?"

Bai Jian menatap Tang Wuying dengan intens, matanya mencari kebenaran dalam pandangan Tang Wuying. Tang Wuying mengangguk perlahan, senyumnya menghilang dan digantikan oleh ekspresi serius.

"Ya, aku Tian Guo," katanya dengan suara rendah. "Xie Mei mengkhianatiku dan menyebabkan kematianku. Aku harus tahu, Bai Jian, apakah kau juga terlibat dalam kematianku?"

Mata Tang Wuying berubah dingin, menatap tajam ke arah Bai Jian. Ketegangan di ruangan itu hampir bisa dirasakan.

"Tian Guo... setelah kematianmu, aku tahu ada yang tidak beres. Aku selalu merasa ada yang janggal."

Tang Wuying tetap diam, mendengarkan dengan seksama.

"Saat aku mulai menyelidiki, aku menemukan petunjuk yang mengarah pada Xie Mei. Tapi sebelum aku bisa mengungkap lebih banyak, aku diserang oleh Xie Mei dan antek-anteknya. Mereka berhasil melukaiku dengan parah," Bai Jian menghela napas berat, kenangan pahit itu terlihat jelas di wajahnya. "Setelah itu, sebuah fitnah dilemparkan padaku, menuduhku sebagai pengkhianat yang menyebabkan kematianmu. Semua orang mulai memburuku."

"Jadi, kau hidup dalam pelarian?"

"Ya," jawab Bai Jian dengan suara bergetar. "Aku harus bersembunyi, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Aku memperpanjang kehidupanku dengan pil-pil alkimia, berharap suatu hari bisa membalas dendam dan membersihkan namaku."

"Aku tahu sulit bagimu untuk percaya, maka dari itu ambillah ini."

Bai Jian menarik napas dalam-dalam sebelum meraih sesuatu dari dalam jubahnya. Dia mengeluarkan sebuah benda berkilauan yang memancarkan cahaya lembut. Benda itu berbentuk bulat kecil, seperti mutiara dengan sinar keemasan yang berdenyut perlahan, seolah-olah memiliki kehidupan sendiri.

"Tian Guo, ini adalah Inti Kehidupanku," kata Bai Jian dengan suara rendah dan serius. "Benda ini adalah alasan aku bisa hidup panjang. Inti Kehidupan ini mengandung energi murni yang sangat kuat. Aku menciptakannya melalui teknik alkimia kuno yang hanya diketahui oleh sedikit orang. Inti ini terus mengalirkan energi kehidupan ke dalam tubuhku dan memperpanjang usiaku. Namun, ada satu risiko besar: jika Inti ini dihancurkan, maka hidupku akan berakhir seketika."

Dia menatap Tang Wuying dengan mata yang penuh keteguhan. "Aku memberikannya padamu sebagai tanda kepercayaanku. Jika kau tidak mempercayaiku, kau bisa menghancurkan Inti ini dan mengakhiri hidupku sekarang juga."