Ibrahim anak ketiga dari pasang Rendi dan Erisa memilih kabur dari rumah ketika keluarga besar memaksanya mengambil kuliah jurusan DOKTER yang bukan di bidangnya, karena sang kakek sudah sakit-sakitan Ibrahim di paksa untuk menjadi direktur serta dokter kompeten di rumah sakit milik sang kakek.
Karena hanya membawa uang tak begitu banyak, Ibrahim berusaha mencari cara agar uang yang ada di tangannya tak langsung habis melainkan bisa bertambah banyak. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan memilih satu kavling tanah yang subur untuk di tanami sayur dan buah-buahan, karena kebetulan di daerah tempat Ibrahim melarikan diri mayoritas berkebun.
Sampai akhirnya Ibrahim bertemu tambatan hatinya di sana dan menikah tanpa di dampingi keluarga besarnya, karena Ibrahim ingin sukses dengan kaki sendiri tanpa nama keluarga besarnya. Namun ternyata hidup Ibrahim terus dapat bual-bualan dari keluarga istrinya, syukurnya istrinya selalu pasang badan jika Ibrahim di hina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Arham duduk sini, ada yang mau Mbak bicarakan" pinta Arumi
Arham melangkah ke arah Arumi yang saat ini sedang duduk di sofa depan TV, perasaan Arham sudah lebih baik dari pagi tadi apalagi perutnya sudah terisi penuh. Tiba di dekat Arumi, Arham langsung duduk.
"Ada apa, Mbak?"
Arumi tak menjawab pertanyaan Arham, justru Arumi menunjukkan pesan yang di kirim oleh Mona tadi. Arham membaca semua pesan itu lalu menghela napas, Arham juga mengacak rambutnya dengan kasar.
"Sebelum kita membahas masalah kamu, ada yang mau Mbak tanyakan tapi sedikit pribadi. Jika kamu tak mau menjawab tak masalah"
Arumi memasang wajah serius, Arham terdiam. Arham masih menimang apa yang akan di tanyakan Arumi, tapi jika Arham tak mempersilahkan tentu Arham tidak tau Arumi ingin bertanya apa.
"Silahkan Mbak"
"Baiklah, maaf sebelumnya. Selama menikah apa kalian sudah melakukan hubungan suami-istri?"
Arumi memperhatikan wajah Arham yang seketika berubah, Arham tentu sangat terkejut dengan pertanyaan Arumi.
"Hem, gimana ya Mbak"
Arham menggaruk rambutnya yang tak gatal dan melihat Arham terlihat ragu untuk menjawab, Arumi bisa menyimpulkan dari setiap tingkah Arham.
"Sepertinya kamu belum melakukannya" kata Arumi, Arham melotot mengapa bisa Arumi tahu.
"Kok Mbak tahu?" tanya Arham tanpa sadar
Arumi langsung tersenyum mendengar pertanyaan polos adiknya, dugaan Arumi benar bahwa perihal rumah yang di inginkan Mona hanyalah akal-akalannya saja.
"Sekarang Mbak sudah tau alasannya kenapa Mona ngotot minta cerai sama kamu? Jika kamu mau, Mbak bakal bantu kamu. Soal rumah yang Mona mau, Mbak bakal beliin buat kamu"
"Mbak serius?" tanya Arham tidak percaya
Arumi mengangguk-angguk, jika dugaannya benar. Arumi bisa membuat Mona mendekam di penjara, sepertinya Mona salah pilih lawan.
"Tentu saja, Mbak tidak mau melihat kamu bersedih. Kamu tau kan, kalau kamu adik kesayangan Mbak. Mbak mau tanya selama kamu pacaran sama Mona, apa kalian pernah berhubungan b*dan?" tanya Arumi yang ingin memastikan
Arham terharu mendengar perkataan Arumi, padahal selama ini Arham sadar kadang berbuat yang tidak baik pada Arumi. Tapi Arumi masih memperlakukannya dengan penuh kasih sayang, sementara hubungannya dan Mona.
Selama berpacaran tidak pernah berbuat aneh-aneh, mereka hanya bergandengan tangan tak lebih dari situ. Karena prinsip dalam hidup Arham, tidak ingin merusak wanita yang di cintainya.
"Terima kasih, Mbak. Sebenarnya aku malu pada Mbak, kenapa Mbak masih baik padaku padahal selama ini aku sudah jahat pada Mbak dan Mas Ibrahim tapi Mbak masih mau membantu masalah yang aku hadapi. Dan masalah itu, selama pacaran Arham tidak pernah berbuat macam-macam sama Mona" ucap Arham dengan mata yang berkaca-kaca
Arumi tersenyum sembari mengelus rambut Arham, ternyata Arham tetaplah Arham adiknya yang dulu. Mungkin selama ini Arham hanya tersesat saja, makanya berlaku tidak baik terhadapnya dan suaminya.
"Mbak seneng kamu kembali menjadi adik mbak seperti dulu, masalah Mona. Mbak bersyukur kamu tidak melakukan perbuatan yang melebihi batas, Mbak punya rencana tapi kamu hubungi dulu Mona. Katakan saja kalau kamu mau membelikan rumah yang dia inginkan, setelah itu....." Arumi terlihat ragu untuk menyampaikan rencananya karena takut Arham tidak mau mengikuti rencananya
"Setelah itu, apa Mbak? Jangan bikin aku penasaran" kata Arham karena Arumi tidak melanjutkan perkataannya, Arumi justru terkekeh melihat wajah penasaran Arham.
"Mbak takut kamu gak mau mengikuti rencana Mbak"
"Aku mau, aku akan mengikuti semua rencana dari Mbak" jawab Arham memasang wajah serius untuk menyakinkan Arumi
"Hemm, baiklah. Mbak mau kamu bawa Mona untuk melakukan tes keperawanan"
"Ap....Apa Mbak? Tes keperawanan?" tanya Arham dengan wajah terkejut
"Iya, Mbak yakin Mona cuma cari alasan saja agar bisa cerai dari kamu. Cerita kalian ini seperti teman Mbak, menikah baru si cewek membuat masalah terus sampai akhir satu minggu cerai. Mereka juga tidak pernah berhubungan suami-istri selama menikah, setelah di telusuri cewek itu cuma mau status janda" jelas Arumi yang teringat cerita temannya, bahkan temannya itu sampai sekarang masih memilih untuk menjadi duda.
"Tapi aku ragu kalau Mona seperti itu, Mbak. Aku sangat kenal dia, mungkin dia memang hanya ingin punya rumah sendiri. Makanya dia seperti itu"
Arumi jadi kesal mendengar jawaban Arham yang membela Mona, bahkan masih berpikir positif tentang Mona.
"Ya sudah kalau begitu kamu cari solusi sendiri saja masalah kamu, Mbak gak mau bantu kamu lagi. Sana cari sendiri uang buat beli rumah"
Arumi pura-pura marah pada Arham, Arham yang melihat Arumi marah jadi panik. Siapa lagi yang akan membantunya selain Arumi, karena hanya Arumi yang benar-benar peduli padanya saat ini.
"Aduh, jangan marah donk Mbak. Iya deh, aku ikuti rencana Mbak. Tapi aku mohon jangan marah lagi ya, plisss"
Arumi yang melihat wajah melas Arham jadi tidak tega, Arumi pun memaafkan Arham dengan syarat Arham harus mau menjalankan rencana yang telah di susun Arumi. Arham pun setuju dengan rencana Arumi, tapi Arham berharap dugaan Arumi itu salah.
.
.
.
Ibunya Arumi memasang wajah angkuhnya, karena sudah berhasil membawa pulang Laras. Orang-orang kampung yang sedang mengobrol tak jauh dari rumah ibunya Arumi langsung melihat ke arah ibunya Arumi dengan Arka dan Laras.
"Apa lihat-lihat? Saya sudah bilang kalau menantu saya tidak bersalah, tuh buktinya Laras sudah bisa pulang kan. Memang Arumi nya saja yang iri, tidak bisa melihat menantu saya jaya dan makmur" ujar Ibunya Arumi dengan angkuhnya, entah mengapa nama Arumi harus di bawa-bawa.
"Jadi itu hanya fitnah ya Bu? Wah kalau fitnah bisa loh di laporkan atas pencemaran nama baik" ucap Bu Neli
"Tidak usah, saya malas berurusan lagi sama namanya polisi. Cuma saya mau kasih tau ya, jangan pernah dengerin apapun yang di katakan Arumi"
"Kamu ini kenapa sih? Benci banget sama Arumi, padahal Arumi itu anaknya baik. Gak neko-neko, apa karena Arumi itu bukan anak kandung kamu makanya benci sekali dengannya" perkataan Bu Neli membuat Ibunya Arumi meradang
"Kalau memang iya kenapa? Dia itu cuma anak seorang pelakor tidak pantas hidup dengan tenang" sahut Ibunya Arumi dengan keras
"PELAKOR? Kamu kok gak mikir? Yang pelakor itu siapa? Almarhumah ibunya Arumi atau kamu? Sahabat berkedok ular"
Bu Neli tentu tahu bagaimana kehidupan Arumi kecil, karena Bu Neli bertetangga dengan Pak Burhan (Bapaknya Arumi) sejak ibu kandungnya Arumi belum mengandung Arumi, jauh sebelum Ibu tirinya Arumi datang berkedok sahabat dengan Ibu kandungannya Arumi.
happy ending juga....
cerita yg bagus