Aluna terpaksa harus menikahi seorang Pria dengan orientasi seksual menyimpang untuk menyelamatkan perusahaan sang Ayah. Dia di tuntut harus segera memiliki keturunan agar perjanjian itu segera selesai.
Namun berhubungan dengan orang seperti itu bukanlah hal yang mudah. Apa lagi dia harus tinggal dengan kekasih suaminya dan menjadi plakor yang sah di mata hukum dan Agama.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka? Baca terus ya, semoga suka! Dan maaf jika cerita ini agak kurang mengenakkan bagi sebagian orang🙏
Warning!
"Ini hanya cerita karangan semata. Tidak ada niat menyinggung pihak atau komunitas mana pun"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Bersama Jeff
Jeff menelan salivanya, kerongkongannya bahkan sampai naik turun, “apa dia sudah pergi?” ucapnya dengan suara tercekat.
“Belum. Dia malah semakin mendekat, sepertinya dia ingin melihat wajahku dari dekat,” bisik Luna pelan.
“Lalu bagaimana sekarang?”
“Lari, apa lagi!”
Luna menarik tangan Jeff dan membawanya berlari bersamanya, “Sial, kalau memang mau lari kenapa kita harus melakukan adegan itu,” keluhnya dengan napas ngos-ngosan, mereka bersembunyi di balik dinding dengan tangan saling bertautan.
“Kau benar, tapi jika kita tidak memberikan apa yang dia inginkan kemungkinan besar dia akan terus mengejarmu sampai ke rumah.” Tanggap Luna.
“Ya, mereka itu sangat menyebalkan. Tidakkah mereka tahu apa itu privasi,” keluhnya.
“Salah sendiri kau mau jadi artis, ya begitu hasilnya.”
Luna sedikit mengintip keluar, untuk memastikan jika orang itu sudah benar-benar pergi “Sepertinya dia sudah pergi.” ucapnya seraya menjauhkan diri dari Jeff, mereka melepaskan diri satu sama lain dengan perasaan lega namun canggung.
“Cepatlah pergi dari sini, sebelum ada bahaya lainnya datang.” ujar Luna.
“Kau ingin pergi kemana, apa aku boleh ikut denganmu?”
“Tidak. Aku tidak ingin terkena masalah lagi, lebih baik kau pulang dulu.” tolak Luna tegas.
“Aku tidak mau pergi, kau ingin berjalan-jalan kan? Wanita berjalan-jalan malam-malam sendirian itu sangat berbahaya, biarkan aku yang menjagamu sebagai bentuk rasa terimakasihku karena kamu sudah membantuku.” Cetusnya tampak antusias.
“Aku memang ingin jalan-jalan, tapi hanya sendirian bukan denganmu,” tanggap Luna malas.
“Oh ayolah Luna, aku akan menjadi penajaga sekaligus mentraktirmu makan. Kau bisa mendapatkan dua manfaat dariku, uangku dan tubuhku?” bujuknya.
“Aku sedang tidak lapar dan aku juga tidak butuh penjaga. Jangankan menjagaku, bahkan kau tidak bisa menangani satu paparazi saja jika tanpa bantuanku, jadi pergilah.” tolak Luna sembari berlalu, namun Jeff justru mengikuti langkahnya.
“Kau mau Jagung bakar?” Luna terus berjalan tanpa menghiraukannya.
“Barbekyu?”
“Atau sesuatu yang pedas?” celotehnya terus walau Luna tak menanggapinya sekalipun.
“Emh kalau begitu es krim. Kau pasti mau kan, aku akan segera kembali,” dia langsung lari ke mini market yang kebetulan mereka lewati tanpa menunggu jawaban dari Luna sama sekali.
Luna menghentikan langkahnya, mungkin tidak masalah jika Jeff ikut bersamanya, “Luna, kau ingin rasa apa?” teriaknya dari teras mini market.
“Vanilla,” sahutnya, Jeff mengangkat jari jempolnya sebagai tanda mengerti. Tak lama kemudian dia pun kembali dengan dua eskrim di tangannya.
“Vanilla kan, ini untukmu.” Luna langsung mengambilnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
“Kau pasti melakukan sesuatu kan, bagaimana mungkin kau bisa se-takut itu di potret paparazi jika hanya sekedar jalan-jalan,” tebak Luna santai, sambil memakan eskrim pemberian Jeff tadi.
“Hehe, kau benar. Sebenarnya Aku pergi ke bar untuk menemui Ayahku, dia bilang dia dalam masalah, dia pecandu alkohol tapi sayangnya dia itu pengangguran dia sering meminta uang padaku, hari ini juga sama. Dia bertengkar dengan pemilik bar karena tidak mau membayar minumannya, aku malu jika harus meminta asistenku untuk pergi kesana, jadi aki pergi diam-diam kesana sendiri,” jelasnya, sambil tersenyum lemah.
“Jika kau malu kenapa kau menceritakannya padaku?”
“Karena aku mempercayaimu.” Ujarnya dia berjalan mundur menghadap Luna.
“Kau percaya padaku, itu aneh sekali. Kita bahkan tidak sedekat itu hingga kau memberikanku rasa percayamu.” Luna melirik Jeff dari ujung matanya.
“Entahlah aku juga tidak mengerti, tapi aku tetap memilih percaya padamu.” Kekehnya.
“Foto kita mungkin akan tersebar di internet besok, apa kau tidak khawatir?” tanya Luna saat melihat Jeff tampak tersenyum bahagia.
“Mengapa harus khawatir, seorang artis harus siap dengan berita-berita miring atau pun lurus, itu bukan masalah besar bagiku. Tapi yang justru aku khawatirkan adalah dirimu, setatusmu adalah istrinya Dean, kalau kau terkena skandal denganku kau akan di kecam semua orang termasuk Tuan Adiyasa.” Ujarnya.
“Itulah mengapa aku menutupi wajah kita dengan topi, aku tidak mungkin sebodoh itu untuk membiarkan wajahku terekspos begitu saja.” Ujarnya santai.
“Haha kau cukup pandai juga ternyata.” pujinya.
Luna dan Jeff duduk di tangga taman depan air mancur, suasana disini cukup sepi, bahkan air mancur pun tak di nyalakan oleh sang pengelola taman. Hanya cahaya lampu yang menyinari tempat ini.
“Bagaimana hubunganmu dengan Dean, apa dia masih marah padamu?”
“Heh, mana mungkin. Dia tidak bisa mengabaikanku terlalu lama,” kekehnya.
Luna tersenyum tipis, “hubungan kalian sangat baik, aku ikut bahagia untuk kalian berdua.”
“Terima kasih, dalam sebuah hubungan pertengkaran itu hal biasa aku tidak terlalu khawatir. Apa lagi si Dean itu aku mengenalnya sifatnya dengan baik.” Ujarnya.
Luna melipat tangan di dada sambil menundukkan pandangan menatap sepasang sepatu yang di kenakannya, “kapan kalian mulai jatuh cinta satu sama lain?”
“Emh itu, aku juga tidak tahu pastinya kapan, yang jelas aku dan Dean tinggal di asrama yang sama saat kami kuliah, kami terbiasa hidup bersama berbagi suka dan duka,” dia tertawa kecil.
“Apa kalian pernah punya pacar? Emh maksudku, pacaran dengan lawan jenis?”
“Tidak. Kami tidak pernah dekat dengan wanita, kau wanita pertama yang mendekati kami. Dulu pernah ada seorang wanita yang menyatakan perasaannya padaku, tapi Dean langsung mengusirnya,” ucapnya di iringi helaan nafas.
“Lalu, apa kau benar-benar tidak menyukai wanita?”
Jeff terdiam, dia tak menanggapi ataupun menyangkal pertanyaan Luna padanya.
“Emh, lupakan saja kalau kau tidak ingin menjawabnya,” tepis Luna, dia tidak ingin memaksa Jeff untuk mengatakan sesuatu yang tak ingin di katakannya.
“Apa kau pernah berpikir, mungkin saja perasaan yang kau miliki untuk Dean hanya bentuk rasa nyaman karena kalian selalu bersama?” celetuk Luna.
“Mungkin,” Jeff mengangkat bahu ringan.
“Ehem, aku ingin mengajukan satu pertanyaan lagi padamu, kau boleh menjawabnya atau pun tidak.”
“Tanyakan saja kalau begitu.”
Luna menggigit bibir bawahnya sebelum melanjutkan kata-katanya, “err, apakah kalian pernah berhubungan, seks?”
wkwkwkwkwk