Empat orang perempuan sebaya, bisa melihat makhluk tak kasat mata yang ada di sekitarnya. Walaupun mereka takut tapi itu tidak menghalangi mereka untuk membicarakan makhluk yang mereka lihat.
Sampai dimana, salah satu diantara mereka mengetahui suatu fakta yang membuatnya takut apa yang akan terjadi padanya.
Teman-temannya yang mengetahui hal itu tidak tinggal diam, mereka membantu untuk menyelesaikannya walaupun nyawa mereka taruhannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xzava, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Tim yang menyusun batu melihat sekitar, ada papan yang tergeletak depan panitia, mereka segera menyusun di atas papan tersebut.
Tim yang mengambil bendera pun sudah berhasil mengambil bendera, tim yang menyusun batu masih berusaha untuk menyusun batu-batu yang mereka kumpulkan tadi.
Tak lama mereka berhasil menyusun batu tersebut. Delis segera menyuruh temannya untuk berbaris, saat ingin melapor tiba-tiba kak Raffi berkata, "Yang melapor jangan ketua tapi kamu," kak Raffi menunjuk ke arah Bulan, sontak bolan membuatkan matanya.
Mau tak mau dia harus bertukar posisi dengan Delis, tapi kak Raffi menyuruh Bulan maju di hadapannya untuk melapor.
Setelah melapor, bulan di suruh kembali ke posisinya dengan berjalan mundur, karena di dalam air itu batu-batu tidak rata akhirnya Bulan terpeleset dan jatuh ke belakang.
Sontak semua temannya tertawa begitupun dengan panitia dan regu lain yang ada disana, tapi kak Raffi langsung menolong Bulan karena merasa bersalah dengannya.
"Terima kasih kak," ucap Bulan menunduk malu.
"Hati-hati lah, kita impas," ucap kak Raffi dengan suara pelan ke Bulan.
Bulan yang mendengar itu memicingkan matanya, pertanda kesal.
Setelah selesai regu P 2B berjalan menuju pos terakhir, sampai disana panitia yang berada disana kaget dengan peserta yang datang, karena mereka sudah sepakat bahwa tidak ada siswa yang di ceburkan seluruh badan.
Pada saat selesai lapor ke panitia, "kenapa kamu kuyup sampai kepala?" Tanya Kak Tomi.
"Jatuh kak," jawab Bulan.
"Kirain kamu diceburkan sama panitia,"
Di pos terakhir mereka tidak menyelesaikan sandi-sandi tapi mereka melakukan baris berbaris yang diarahkan oleh panitia, tidak lama mereka selesai.
"Kembali ke tenda dan langsung bersih-bersih ya, biar gak antri nanti kalian," ucap Kak Kirana.
"Siap kak." Ucap mereka kompak.
Mereka berjalan ke tenda dengan kelelahan. Mereka adalah regu pertama yang selesai, dan jam menunjukkan hampir pukul dua siang.
Mereka bergegas mandi, saat mereka kembali ke tenda setelah mandi, ada kotak nasi di dalam tenda, Delis yang melihat sontak menelpon kakak pendampingnya.
Setelah menelpon ternyata itu adalah makan siang yang sudah disiapkan oleh panitia untuk para peserta yang ikut hiking.
Mereka bergegas makan tanpa berbicara sedikitpun karena kelaparan, setelah makan dan membereskan bekas makan mereka. Ada yang keluar untuk melihat regu-regu lain ada juga yang memilih istirahat.
"Lan tadi ko kamu jalannya gak di jalur sih?" Tanya Ika yang sedang tiduran.
"Gak ada apa apa sih pengen ngusilin kalian aja," jawab Bulan.
"Dasar, kirain kenapa," ucap Ika.
"Pantesan tadi kamu kecebur, karma ternyata," ucap Rosa.
Semua tertawa begitupun dengan Bulan, "Yeee jangan gitulah, sorry gak lagi deh, mungkin nanti," ucap Bulan yang berhasil mendapat pukulan ringan oleh Adel.
Teman-temannya keluar mencari udara segar dan ada juga yang beli jajanan untuk cemilan. Hanya tersisa empat orang di tenda.
"Ternyata oh ternya yaa kamu juga bisa liat mereka," ucap Delis.
"Nah bener tuh, kirain gak bisa liat, mana pura-pura gak tau apa-apa lagi," ucap Chika mengimpori.
"Tadi kamu liat apa?" Tanya Chika ke Bulan.
"Dimana?"
"Pas jalan ke pos 6 itu loh," kata Chika
"Kalian pasti liat lah, jangan nanya lagi," ucap Bulan sambil merebahkan badannya.
"Kita mau mastiin yang kamu liat," ucap Adel.
"Aku liat kakek-kakek sama anak kecil, jalan beriringan, kalau aku nabrak mereka yang lain juga bakalan ikutin karena gak liat, alhasil bakalan ada yang kesurupan di regu kita," Bulan menjelaskan.
"Tapi setelah kamu lewat dia tiba-tiba minggir tau," ucap Chika, "Nah iya tuh, aku juga liat," ucap Delis.
"Ya aku cuma ngomong biar mereka minggir soalnya bakalan banyak orang yang lewat," ucapnya santai.
"Kamu juga bisa komunikasi sama merek?" Tanya Adel yang membuat Bulan menganggukkan kepalanya.
"Bisa tapi aku pura-pura tidak bisa melihat mereka, kalau mereka tahu bakalan susah, bakalan diikutin dan minta tolong terus menerus," ucap Bulan.
"Iya bener juga sih,"
Jadi saat mereka sedang bercerita, tiba-tiba saja ada teman mereka yang berlari ke dalam tenda, dan membawa berita hot.
"Ada yang kesurupan," ucap Mora ngos-ngosan, "Dari regu sebelah,"
"Kesurupan dimana?" Tanya Delis yang langsung bangun dari tidurnya.
"Tuh di lapangan, dia kesurupan di sungai tadi,"
"Waduh gawat," ucap Adel
"Gawat kenapa?" Tanya Shinta
"Aku baru ingat sesuatu, tadi pas kita di sungai aku liat sosok yang ngintip dari balik pohon,"
"Sosok perempuan baju merah itu?" Tanya Chika
"Iya itu,"
Mereka mengintip ke arah lapangan dari dalam tenda, melihat kekacauan yang terjadi di luar.
Delis mengingatkan teman-temannya untuk tetap membaca istighfar dalam hati, "Ko dia bisa kesurupan sih?" Tanya Delis
"Gak tau juga," jawab Shinta, "Tau ada yang kesurupan dibawa ke tenda panitia aku langsung balik ke tenda takut," sambungnya.
"Sepertinya dia berkata-kata gak sopan deh di sungai," ucap Bulan tiba-tiba.
Semua temannya menoleh ke arah Bulan, "Kesana yok aku penasaran," ajak Bulan ke teman-temannya.
"Ogah kamu aja," ucap Mora
"Ayok," ucap Chika semangat.
Saat Bulan dan Chika beranjak dari duduknya, ternyata Adel dan Delis juga ikut, mereka berjalan ke arah kerumunan siswa.
Tepat pada saat merek berempat sampai dan berhasil menerobos kerumunan tersebut, tiba-tiba siswa yang kesurupan tersebut diam, padahal sebelumnya berteriak teriak.
"Lah diem dia," ucap Chika.
"Haus kali tuh," ucap Adel
"Husst jangan gitu," Delis mengingatkan.
Tiba-tiba saja siswa yang kesurupan tersebut berdiri dan menatap tajam ke arah mereka berempat, lalu dia tersenyum.
Panitia yang berusaha menahan tubuh siswa itu agar tidak lari, "Kalian disini rupanya," ucap siswa kesurupan itu.
Mereka hanya diam saja, Bulan memiringkan kepalanya lalu bertanya, "Kenapa?"
"Kalian tadi melihatku kan? Kalian sopan menyapa dan permisi, tidak seperti siswa ini, sudah berkata kasar buang air kecil sembarangan lagi, sangat jorok,"
"Kalau begitu keluar saja, dia akan diberikan hukuman nanti sama panitia," ucap salah satu panitia.
"Tidak, aku sendiri yang akan memberikan dia pelajaran," dia tertawa melengking.
Karena makhluk tersebut tidak mau keluar dari badan siswa itu, akhirnya dikeluarkan secara paksa oleh guru agama kami.
Siswa kembali ke tenda masing-masing karena panitia membubarkan mereka, agar tidak berkerumun.
Bulan dkk juga berjalan ke tenda tapi dia bersin berkali-kali.
"Aduh keknya kamu kena flu deh Lan," ucap Delis khawatir.
"Aku gada bawa obat lagi, nanti deh minta sama kak Kirana," ucap Chika.
"Ntar kita tanya yang lain siapa tau ada yang bawa obat," ucap Delis.
Ternyata teman satu regunya juga tidak ada yang membawa obat flu, yang ada hanya obat tidur. Saat teman sekelasnya dari regu laki-laki mampir ke tenda mereka, juga ditanyain ada yang bawa obat atau tidak, dan mereka semua juga gada bawa obat flu.
Delis telah menelpon kakak pendampingnya tapi tidak ada respon.
Tepat pukul 4 sore, semua sudah sampai di lokasi perkemahan.