Fitriyani Nurjannah adalah seorang guru honorer selama 15 tahun di SMA 2 namun ia tak pernah menyerah untuk memberikan dedikasi yang luar biasa untuk anak didiknya. Satu persatu masalah menerpa bu Fitri di sekolah tempat ia mengajar, apakah pada akhirnya bu Fitri akan menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Haru
Malam itu, di ballroom hotel yang mewah, acara perpisahan kelas XII SMA 2 berlangsung dengan meriah. Lampu-lampu kristal berkilauan, musik yang lembut mengalun, dan tawa bahagia para siswa bercampur menjadi satu. Semua siswa dan guru terlihat sangat menikmati malam yang penuh kenangan ini.
Di tengah acara, Pak Agus, kepala sekolah SMA 2, naik ke atas panggung. Ia memberikan sambutan yang penuh haru dan motivasi kepada seluruh siswa kelas XII. Pak Agus juga memberikan kesempatan kepada Fitri, guru yang sangat dicintai oleh para siswa, untuk menyampaikan pesan perpisahan.
Fitri dengan anggun melangkah ke atas panggung. Ia tersenyum kepada seluruh siswa yang hadir malam itu. Fitri tahu, malam ini adalah malam terakhir ia melihat mereka semua dalam satu acara yang sama. Setelah ini, mereka akan memasuki jalan hidup yang berbeda, mengejar mimpi dan cita-cita masing-masing.
"Anak-anakku semua, malam ini adalah malam yang sangat istimewa bagi kita semua. Malam ini adalah malam perpisahan kita. Ibu sangat bangga melihat kalian semua tumbuh menjadi anak-anak yang hebat dan berprestasi," kata Fitri dengan suara yang lembut namun penuh semangat.
"Ibu tahu, setelah ini kalian akan menghadapi tantangan yang lebih besar. Kalian akan memasuki dunia yang lebih luas, dunia yang penuh dengan persaingan dan Opportunity. Tapi, Ibu percaya, kalian semua sudah siap untuk menghadapi itu semua," lanjut Fitri.
Fitri kemudian memberikan pesan yang sangat penting kepada seluruh siswa. Pesan yang akan menjadi bekal mereka di kemudian hari.
"Anak-anakku, di mana pun kalian berada, apapun yang kalian lakukan, jangan pernah lupakan nama baik diri kalian sendiri. Jaga nama baik keluarga kalian, jaga nama baik sekolah kita. Jadilah orang yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara," pesan Fitri dengan suara yang penuh haru.
"Ingatlah selalu nilai-nilai yang sudah kalian pelajari selama ini. Kejujuran, kedisiplinan, kerja keras, dan saling menghargai. Jadikan nilai-nilai ini sebagaiLandasan kalian dalam meraih kesuksesan," lanjutnya.
Fitri juga berpesan agar para siswa tidak pernah berhenti belajar dan mengembangkan diri. Ia ingin mereka terus belajar, terus berinovasi, dan terus berkontribusi positif bagi masyarakat.
"Anak-anakku, jangan pernah berhenti belajar. Teruslah kembangkan diri kalian. Raihlah mimpi-mimpi kalian setinggi mungkin. Jadilah orang-orang yang sukses dan bermanfaat bagi sesama," pesan Fitri.
"Ibu berharap, kalian semua akan menjadi orang-orang yang hebat. Orang-orang yang bisa membawa perubahan positif bagi bangsa ini. Ibu akan selalu Support kalian, apapun yang terjadi," pungkas Fitri.
Setelah menyampaikan pesan perpisahan, Fitri turun dari panggung dengan mata yang berkaca-kaca. Ia menyalami satu per satu siswa yang hadir malam itu. Fitri merasakan kebahagiaan dan kebanggaan yang tak terhingga melihat anak didiknya yang telah tumbuh menjadi anak-anak yang luar biasa.
Malam itu, di ballroom hotel yang mewah, acara perpisahan kelas XII SMA 2 menjadi malam yang penuh kenangan dan haru. Pesan perpisahan dari Fitri akan selalu terukir di hati para siswa, menjadi bekal mereka dalam menjalani kehidupan setelah lulus dari SMA 2.
****
Sebelum kembali ke kota asal mereka, rombongan siswa kelas XII SMA 2 dan para guru menyempatkan diri untuk mengunjungi dua destinasi wisata terkenal di Yogyakarta, yaitu Pantai Indrayanti dan Malioboro. Kunjungan ini menjadi momen yang tak terlupakan bagi para siswa, sekaligus menjadi penutup yang manis sebelum mereka benar-benar berpisah.
Pantai Indrayanti menyambut mereka dengan keindahan alamnya yang memukau. Pasir putih yang lembut, air laut yang jernih, dan ombak yang tenang menjadi daya tarik utama pantai ini. Para siswa dan guru pun langsung terpikat dengan keindahan pantai ini. Mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk bermain air, berjemur, atau sekadar menikmati pemandangan yang indah.
Namun, di antara keceriaan para siswa, ada tiga guru yang terlihat asyik dengan obrolan mereka sendiri. Bu Ida, Bu Vivi, dan Bu Nilam, yang dikenal sebagai trio guru "julid", terlihat berbisik-bisik sambil sesekali melirik ke arah Fitri. Obrolan mereka ternyata tentang pidato perpisahan Fitri di hotel semalam.
"Ih, si Fitri itu memang cari muka banget ya," kata Bu Ida dengan nada sinis. "Pidatonya itu lho, lebay banget. Kayak mau bikin siswa terharu aja."
"Iya, nih," timpal Bu Vivi. "Padahal, kita juga sering kok ngasih pesan perpisahan ke siswa. Tapi, nggak ada yang segitunya."
"Tau nggak sih," kata Bu Nilam, "aku dengar-dengar, dia itu sengaja bikin pidato yang menyentuh biar dapat pujian dari kepala sekolah."
Ketiga guru itu terus saja bergunjing tentang Fitri. Mereka tidak menyadari bahwa beberapa siswa yang sedang bermain di dekat mereka mendengar obrolan mereka. Para siswa itu pun merasa tidak nyaman dengan obrolan para guru.
"Ibu-ibu guru ini kok gitu sih?" bisik salah satu siswa kepada temannya. "Masa' ngomongin Bu Fitri yang baik begitu?"
"Iya, nih," timpal temannya. "Padahal, Bu Fitri itu guru yang paling kita suka. Dia selalu perhatian sama kita."
Para siswa itu pun akhirnya memutuskan untuk menjauhi ketiga guru yang sedang bergunjing.
Mereka tidak ingin mendengar lebih banyak lagi tentang obrolan yang tidak menyenangkan itu.
Setelah puas bermain di Pantai Indrayanti, rombongan siswa dan guru melanjutkan perjalanan mereka ke Malioboro. Jalanan yang terkenal dengan pusat perbelanjaan dan wisata budayanya ini selalu ramai dikunjungi wisatawan. Para siswa pun sangat antusias untuk menjelajahi Malioboro. Mereka berbelanja oleh-oleh, mencicipi kuliner khas Yogyakarta, dan mengagumi bangunan-bangunan bersejarah yang ada di sepanjang jalan Malioboro.
Kunjungan ke Pantai Indrayanti dan Malioboro ini menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi para siswa kelas XII SMA 2. Mereka bisa menikmati momen-momen terakhir bersama teman-teman dan guru sebelum akhirnya berpisah untuk mengejar mimpi masing-masing.
****
Setelah kunjungan yang menyenangkan ke Pantai Indrayanti dan Malioboro, rombongan siswa kelas XII SMA 2 dan para guru akhirnya kembali ke kota asal mereka. Perjalanan panjang dan penuh kenangan ini pun harus berakhir.
Di halaman sekolah, para siswa sudah ditunggu oleh keluarga mereka masing-masing. Wajah-wajah bahagia dan haru bercampur menjadi satu. Mereka tahu, ini adalah saatnya mereka benar-benar berpisah.
Satu per satu siswa menghampiri para guru untuk berpamitan. Mereka menyalami guru-guru mereka dengan erat, mengucapkan terima kasih atas segala ilmu dan bimbingan yang telah diberikan selama ini.
"Terima kasih banyak, Bu. Ibu guru sudah banyak membantu saya selama ini," kata seorang siswa dengan mata berkaca-kaca.
"Iya, Bu. Saya tidak akan pernah melupakan semua pelajaran yang sudah Ibu berikan," timpal siswa lainnya.
Para guru pun membalas salam siswa-siswanya dengan senyuman dan pelukan hangat. Mereka merasa bangga dan terharu melihat siswa-siswanya yang telah tumbuh menjadi anak-anak yang hebat.
"Anak-anakku, Ibu juga sangat berterima kasih kepada kalian semua. Kalian adalah murid-murid yang luar biasa. Ibu akan selalu merindukan kalian," kata Fitri dengan suara yang bergetar.
Setelah semua siswa berpamitan, para guru pun juga mulai dijemput oleh keluarga mereka masing-masing. Satu per satu guru meninggalkan halaman sekolah, meninggalkan kenangan indah bersama siswa-siswanya.
Namun, ada tiga guru yang masih terlihat sibuk dengan obrolan mereka sendiri. Bu Ida, Bu Vivi, dan Bu Nilam masih saja bergunjing tentang Fitri. Mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan terakhir ini untuk membicarakan hal-hal yang tidak mereka sukai dari Fitri.
"Lihat saja itu si Fitri," kata Bu Ida dengan nada sinis. "Sok-sokan mau jadi guru yang paling disayangi siswa."
"Iya, nih," timpal Bu Vivi. "Padahal, aslinya juga sama aja kayak kita. Cuma bedanya, dia pinter cari muka."
Ketiga guru itu terus saja bergunjing tanpa henti. Mereka tidak menyadari bahwa Fitri yang sedang menunggu jemputan Dito sang suami bisa mendengar obrolan mereka. Fitri hanya bisa menggelengkan kepala dan tersenyum miris. Ia sudah terbiasa dengan sikap ketiga guru tersebut.
Tak lama kemudian, Dito datang menjemput Fitri dengan sepeda motornya. Fitri pun berpamitan kepada guru-guru yang masih asyik bergunjing. Ia tidak ingin memperpanjang masalah dengan mereka.
"Saya permisi dulu ya, Bu," kata Fitri dengan sopan.
Bu Ida, Bu Vivi, dan Bu Nilam hanya mengangguk sinis. Mereka tidak membalas ucapan Fitri.
Fitri kemudian naik ke atas motor Dito dan meninggalkan halaman sekolah. Ia tidak menoleh ke belakang, membiarkan ketiga guru itu terus dengan obrolan mereka. Fitri memilih untuk fokus pada masa depannya yang cerah, meninggalkan segala hal yang negatif di belakangnya.