NovelToon NovelToon
Bayi Satu Milliar Milik CEO

Bayi Satu Milliar Milik CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: Banggultom Gultom

Malam itu, Ajela dijual oleh ibunya seharga satu miliar kepada seorang pria yang mencari gadis perawan. Tak ada yang menyangka, pria tersebut adalah aku! Aku yang membeli Ajela! Dia dipaksa menjalani sesuatu yang belum pernah dia lakukan sebelumnya, dan Mama masih tega menganggap Ajela sebagai wanita panggilan?

Ajela dianggap tak lebih dari beban di keluarganya sendiri. Hidupnya penuh penderitaan—dihina, diperlakukan tidak adil, bahkan sering dipukuli oleh ibu dan kakak tirinya.

Demi mendapatkan uang, Ajela akhirnya dijual kepada seorang pria yang mereka kira seorang tua bangka, jelek, dan gendut. Namun, kenyataan berkata lain. Pria yang membeli Ajela ternyata adalah pengusaha muda sukses, pemilik perusahaan besar tempat kakaknya, Riana, bekerja.

Bagaimana Riana akan bereaksi ketika menyadari bahwa pria yang ia incar ternyata adalah orang yang membeli Ajela? Dan bagaimana nasib Ajela saat malam kelam itu meninggalkan jejak kehidupan baru dalam dirinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Hingga larut malam Alvian belum juga dapat terpejam.

Membolak-balikkan tubuhnya di ranjang empuk berukuran super king. Namun, tempat tidur ala-ala kingitupun tak dapat membuatnya tidur lelap bak seorang raja.

Karena sekarang ia sedang gelisah memikirkan seorang wanita yang telah mengambil keperjakaanya.

Lebih buruknya lagi wanita itu sedang hamil besar. Alvian pikir harus menemuinya dan menanyakan langsung apakah bayi dalam kandungan Ajela benihnya atau bukan.

"Tapi bagaimana kalau anak itu memang benar anakku?" Jantung Alvian berdebar-debar semakin tak karuan. Demi apapun ia belum siap menyandang status hot daddy.

Semakin gelisah, Alvian duduk bersandar di tempat tidur.

Menyambar ponsel dari meja nakas dan langsung menghubungi seseorang. Sepertinya Alvian tak peduli meskipun ini sudah larut malam dan orang yang ia hubungi mungkin sudah tidur. Terbukti, setelah mencoba berulang-ulang barulah panggilan terhubung.

"Aku punya tugas penting untukmu!" ucapnya kepada seseorang di ujung telepon.

"Ada tugas apa, Tuan?" Suara di ujung telepon terdengar lemah dan serak.

Sepertinya benar bahwa ia sudah tidur, namun harus terganggu oleh berondongan panggilan dari sang bos.

"Kamu masih ingat wanita yang kusewa beberapa bulan lalu?"

Keheningan melanda beberapa saat. Sepertinya anak buah Alvian itu terkejut mendengar pertanyaan sang bos. Mau apa Alvian menanyakan wanita itu?

"Masih ingat, Tuan. Apa Anda menginginkan wanita itu lagi untuk malam ini?" Pertanyaan bodoh itu membuat jiwa diktator Alvian meronta-ronta. Apakah Bara, anak buahnya itu berpikir bahwa tuannya ini maniak s3x?

"Bukan itu!" teriaknya marah. "Aku ingin kamu menyelidiki wanita itu!"

"Apa? Menyelidiki?"

"Iya. Saat ini dia bekerja di Kafe Orchid. Aku ingin kamu cari tahu wanita itu tinggal di mana dan bersama siapa."

"Itu saja?"

"Hemm!"

"Baik, Tuan. Besok saya akan mulai menyelidikinya." Patuhi saja perintah sang bos tanpa bertanya. Terkadang bos adalah orang yang sangat baik, namun dapat berubah menyeramkan dalam situasi tertentu.

"Tapi ingat ini rahasia! Galih sekalipun tidak boleh tahu!"

"Tentu saja, Tuan. Rahasia aman."

"Bagus!" Saking rahasianya, Alvian akan memberikan uang tutup mulut kepada Bara dalam jumlah yang sangat besar.

Alvian menutup panggilan setelahnya. Terdiam dalam kesunyian dengan pikiran melayang-layang.

"Aku bisa ditenggelamkan oma ke dasar Samudra Atlantik kalau sampai menghamili seorang wanita di luar nikah."

*

*

*

Keesokan harinya, di kantor ....

Hari menjelang sore ketika Alvian kedatangan Bara, salah seorang anak buahnya yang kemarin ia perintahkan untuk mencari informasi tentang Ajela .

Demi menjaga kerahasiaan, pintu ruangan ia kunci rapat agar tidak seorang pun mendengarkan pembicaraan mereka. Membuat Riana dan Galih bertanya-tanya, ada pembicaraan rahasia apa antara Alvian dan Bara.

"Sekarang dia tinggal di indekos. Sendirian dan dalam keadaan ." Bara menggantung دو ucapannya. Alvian dapat menebak apa yang hendak dikatakan oleh anak buahnya itu.

"Aku tahu. Dia sedang hamil."

"Benar, Tuan."

"Kamu yakin dia tinggal sendiri? Tidak dengan ibunya, suami atau pacar mungkin?" tanya hendak memastikan.

"Yakin, Tuan. Menurut beberapa orang yang sempat saya tanyai, Ajela tinggal sendirian selama beberapa bulan ini. Dia juga tidak pernah kedatangan tamu atau keluarga di kamar sewanya itu."

Laporan dari Bara membuat pikiran Alvian semakin berkecamuk. Ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan jam pulang kantor. Sepertinya akan baik jika ia menemui Ajela sekarang dan menanyakan kepastian tentang anak dalam kandungannya.

"Mau ke mana, Al?" tanya Galih, ketika Alvian keluar dari ruangan dalam keadaan terburu-buru.

"Aku ada janji penting dengan seseorang," jawabnya singkat.

Kemudian pergi begitu saja melewati meja Riana.

Sementara Riana melempar tatapan penuh tanya ke arah Galih.

"Alvian ada janji penting dengan siapa? Setahuku jadwal hari ini tidak ada pertemuan dengan siapapun."

Galih menjawab dengan bahu terangkat. "Tidak tahu. Mungkin janji dengan seorang wanita di luar urusan kerja. Kamu 'kan tahu oma dan Mama Veny terus mendesak Alvian untuk cepat menikah."

Riana bungkam. Sepenuh hatinya tidak akan rela jika sampai Alvian jatuh ke tangan wanita lain.

**

**

Sepulang kerja Ajela memasak mie instan di kamar. Biasanya di akhir bulan jika keuangan menipis, berhemat adalah pilihan satu-satunya. Mie instan yang murah dan mengenyangkan menjadi andalan. Selain itu rasanya juga enak bagi Ajela yang terbiasa dengan makanan sederhana.

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Ajela . Ia mematikan kompor, lalu memindahkan mie berkuah panas itu ke dalam mangkuk. Posisi kompor yang ada di lantai membuatnya memasak dalam posisi duduk. Benar-benar menyulitkan. Ditambah perutnya yang semakin membesar sangat membatasi ruang geraknya.

"Sebentar!" sahut wanita itu tatkala mendengar suara ketukan pintu semakin keras. Seolah seseorang yang berada di depan sana tak sabar menunggu untuk dibukakan.

Ajela segera berdiri dengan tangan bertumpu pada lantai. Kemudian beranjak menuju pintu dan membukanya. Seketika Ajela merasakan seluruh tubuhnya gemetar ketika melihat siapa yang ada di hadapannya sekarang.

"Tuan Alvian?"

Saking terkejutnya Ajela tak sanggup mengerjapkan mata dan mengira sedang berhalusinasi.

Dari mana Alvian tahu tempat tinggalnya?

Ajela membeku. Tatapan Alvian sangat tidak ramah. Membawa nuansa gelap dan suram. Pria bertubuh tinggi tegap itu memindai tubuh Ajela dari ujung kaki ke ujung kepala. Beberapa detik ia terfokus di perut yang buncit. Namun, konsentrasi Alvian buyar saat indera penciumannya menangkap aroma mie instant panas yang menyeruak ke seisi kamar.

Pandangan Alvian berotasi ke setiap sudut ruangan. Tentu saja kamar berukuran 3x3 meter itu sangat sempit bagi Alvian yang terbiasa tinggal di kamar luas dan mewah. Tak ada apapun di sana selain kasur busa berukuran kecil, di lantai ada kompor satu mata dan juga mie instan yang baru saja dimasak. Entah untuk alasan apa, hati Alvian terasa tercubit.

Dia makan mie instan saat dalam keadaan hamil? Bukankah itu tidak baik untuk kesehatan? pikir Alvian.

"Kamu masih mengingatku?" tanyanya dengan nada datar.

"Masih, Tuan," cicit Ajela .

"Bisa kita bicara sebentar?"

Ajela mengangguk ragu-ragu. Tak berani mengangkat kepala di hadapan pria itu. Alvian langsung menutup pintu kamar dan hanya menyisakan sedikit celah.

Alvian bukanlah tipe orang yang suka basa-basi. Tanpa mengulur waktu ia langsung mengutarakan niatnya mendatangi Ajela . "Beberapa hari lalu kita bertemu di Kafe Orchid. Aku ke sini untuk menanyakan sesuatu yang penting."

Lagi, Ajela hanya mengangguk. Keterkejutan membuat lidahnya terasa kaku. Apalagi setiap kata yang didesiskan Alvian terdengar sangat menyeramkan.

"Siapa ayah dari anak yang kamu kandung?" Pertanyaan frontal itu membuat sepasang mata Ajela membeliak.

Meskipun nada Alvian sangat santai, namun terdengar sangat menakutkan di telinga Ajela .

"Hey, kenapa diam? Jawab!"

Ajela tersentak. Mendadak seluruh tubuhnya terasa lemas.

Kedua tangannya langsung menyentuh perut ketika merasakan gerakan kecil dari sana. Tak tahu harus memberi jawaban apa. Masih jelas dalam ingatannya ancaman Alvian beberapa bulan lalu untuk menghancurkan hidupnya jika sampai apa yang terjadi di antara mereka malam itu bocor ke orang-orang.

"Sa-saya hamil dari laki-laki lain, Tuan," lirih Ajela . Berbohong mungkin akan menyelamatkannya. Jika Alvian sampai tahu siapa ayah biologis dari anak yang dikandungnya, tidak menutup kemungkinan ia akan berusaha mencelakai Ajela dan anaknya kelak. Dan Ajela akan melakukan apapun untuk melindungi anaknya.

"Kamu yakin?"

Ragu-ragu Ajela mengangguk.

Ia menundukkan kepala demi menyembunyikan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata.

"Lalu di mana laki-laki itu sekarang dan siapa dia?"

"Saya tidak tahu siapa dan di mana dia."

Alvian menarik napas dalam.

Mungkin benar ucapan Riana kala itu. Bahwa Ajela adalah wanita yang sering menjual diri demi mendapatkan uang. Kebetulan saja Alvian yang mendapatkan pertama kali.

"Baiklah, Aku mendatangimu hanya untuk menanyakan itu.

Kamu masih ingat peringatanku beberapa bulan lalu, kan? Tetaplah tutup mulut dan jangan sampai ada yang tahu apa yang terjadi di antara kita malam itu."

"Saya mengerti."

Baru saja Alvian akan beranjak pergi, sudah terdengar suara ketukan pintu. Disusul dengan suara seorang wanita yang meneriakkan nama Ajela berulang-ulang.

"Siapa itu?" bisik Alvian.

"Mungkin itu pemilik rumah sewa ini, Tuan. Bisa Anda berdiri di sana sebentar?" Ajela menunjuk ke arah sudut kamar.

Alvian tampak bingung. Tidak tahu harus bersembunyi di mana. Kamar Ajela sangat sempit dan tidak ada tempat untuk bersembuyi. Tak ada kamar mandi ataupun jendela. Akhirnya Alvian memilih berdiri di pojok kamar untuk bersembunyi.

Ketika membuka pintu, tampak seorang wanita berdiri di sana dengan tampang judes bak burung hantu. Itu adalah Bu Tari. Pemilik kost tempatnya tinggal. Ajela sudah menebak apa niat Bu Tari menyambanginya pagi itu. Ajela memposisikan diri tepat di ambang pintu.

"Ada apa, Bu Tari?"

"Ajela , kamu sudah dua minggu terlambat bayar sewa!

Saya ke sini untuk menagih!"

Tanpa basa-basi wanita itu langsung mengutarakan tujuan kedatangannya.

Jemari Ajela saling meremas. Ia memang belum membayar sewa kamar. Gaji bulan lalu sudah habis untuk memeriksakan kandungannya. Ajela sempat mengalami kram perut yang tak tertahankan dan butuh pertolongan dokter.

"Maaf, Bu. Sekarang saya belum ada. Kalau bisa saya mau minta keringanan lagi. Apa boleh saya membayar setelah gajian?"

Raut wajah Bu Tari mendadak tampak murka. Bola matanya membulat penuh. Menambah kesan horor dalam dirinya.

"Sebenarnya kamu tinggal di sini itu sanggup bayar tidak, sih? Kalau tidak sanggup bayar sana cari kost lain yang gratis! Di sini bukan panti sosial!"

Ajela tidak tahu lagi harus berkata apa selain meminta maaf. Saya kehabisan uang karena habis ke dokter kandungan, Bu. Perut saya sempat kram beberapa hari lalu." 66

"Memangnya laki-laki yang menghamili kamu ke mana sampai kamu harus hidup sendiri seperti ini?" Sekarang Bu Tari sudah berkacak pinggang di hadapan Ajela . "Jangan-jangan benar gosip tetangga bahwa kalau kamu itu wanita panggilan dan sekarang sedang mengandung anak haram."

Hati Ajela terasa perih layaknya disayat belati tajam.

Penanam benih yang sedang tumbuh di rahimnya adalah seorang pria kaya raya yang memiliki kekayaan tak terhitung. Ironisnya, Ajela harus berjuang sendirian untuk janin dalam kandungannya dan hidup dalam keterbatasan ekonomi.

"Saya benar-benar minta maaf, Bu. Begitu punya uang saya akan langsung membayar sewa."

Bu Tari mendengkus kasar. " Ya sudah, saya beri kamu waktu satu minggu untuk bayar sewa.

Kalau dalam satu minggu kamu belum bayar juga, silahkan angkat kaki dari sini!"

"Terima kasih, Bu."

Rasanya Ajela benar-benar tidak tahan. Jika tidak mengingat malaikat kecil yang sedang tumbuh di rahimnya, mungkin ia sudah mengambil jalan pintas dengan bunuh diri. Tanpa dapat dikendalikan air matanya terburai.

Semakin berusaha ditahan semakin deras mengalir.

Alvian yang berada di belakangnya hanya menatap punggung Ajela yang bergerak naik turun. Meskipun Ajela tak bersuara, namun Alvian dapat menebak bahwa wanita itu sedang menangis. Entahlah, tetapi Alvian merasakan hatinya diremas memikirkan Ajela hidup dalam keadaan menyedihkan, sendirian, hamil besar dan harus menjadi bahan hinaan orang lain.

Tanpa sadar kedua tangannya terkepal mendengar ibu pemilik kost tadi membentak dan memperlakukan Ajela dengan sangat kasar. Apalagi wanita itu sempat menghina anak dalam kandungannya.

Fokus Alvian berpindah pada semangkuk mie instant di lantai yang sudah tampak mengembang.

"Apa dia sama sekali tidak punya uang sampai harus makan mie instan?"

Pikiran Alvian semakin dipenuhi pertanyaan. Bukankah malam itu ia membeli Ajela dengan harga yang sangat mahal.

Satu miliar tentu saja bukan uang sedikit bagi orang biasa seperti Ajela . Apakah uang satu miliar habis secepat itu?

*

*

*

Suasana lebih tenang setelah Alvian meninggalkan kamar Ajela .

Wanita itu duduk di lantai. Meraih mie instan buatannya tadi yang sudah mengembang.

Sebelah tangannya membelai perut ketika merasakan adanya geraka kecil dari sana. Sejak kedatangan Alvian tadi, bayi mungil di dalam sana terus bergerak aktif.

"Maafin mama ya, Nak. Malam ini kita makan mie instant dulu. Kamu harus jadi anak yang kuat."

Ajela mulai menyuapkan mie ke dalam mulut. Rasanya mulai tidak enak karena sudah dingin. Namun, ia tak punya pilihan lain. Inilah jalan yang saat ini diberikan Tuhan kepadanya.

"Aku harus kuat. Setidaknya aku beruntung karena masih bisa makan. Sementara banyak orang di luaran sana yang tidak memiliki apapun untuk dimakan."

Pikiran itulah yang dipegang Ajela untuk bertahan hidup selama ini. Sambil menyantap semangkuk mie instant, air matanya terus berderai, yang sialnya semakin ditahan semakin menganak sungai.

Kamar sempit itu dipenuhi isak tangis.

*

*

*

Alvian menyandarkan punggungnya di mobil. Saat ini ia sedang berada di tepi sebuah danau yang sunyi untuk menenangkan diri.

Seharusnya hati Alvian sudah cukup lega setelah bicara dengan Ajela dan memastikan ayah biologis dari anak yang dikandung Ajela benihnya atau bukan. Dan seharusnya jawaban yang diberikan Ajela membuatnya senang dan puas.

Tetapi, entah mengapa hati kecil Alvian malah merasakan sakit dan kecewa yang tak tahu dari mana asalnya. Padahal ia jelas tak memiliki perasaan apapun terhadap Ajela . Wanita itu tidak lebih dari gadis perawan yang dibelinya seharga satu miliar untuk memuaskannya satu malaman.

Alvian dipenuhi keraguan.

Hatinya seperti tercubit membayangkan Ajela yang mungkin akan tetap memakan mie instan tadi meskipun sudah dingin dan mengembang. Pasti rasanya sangat tidak enak.

Jika saja bayi itu berasal dari benihnya, mungkin saja Alvian tidak akan membiarkan Ajela makan makanan kurang sehat seperti mie instan. Ia akan memberi asupan terbaik untuk calon penerus keluarga Darmawan.

Alvian meraih ponsel yang tadi diletakkan di kursi samping dan segera menghubungi seseorang.

"Iya, Tuan," sahut Bara sesaat setelah panggilan terhubung.

"Aku masih ada tugas satu lagi untukmu."

"Apa itu, Tuan?"

"Temui pemilik kontrakan Ajela dan bayar uang sewanya selama satu tahun."

"Apa?" Bara hampir tak percaya mendengar permintaan bosnya itu.

"Apa aku harus selalu mengulang perintah?"

"Tidak, Tuan. Baiklah, saya akan mencari pemilik rumah sewa itu besok."

"Tapi jangan sampai Ajela tahu kalau aku yang membayarkan. Rahasiakan ini meskipun harus mengorbankan nyawamu."

"Baik, Tuan."

**

**

"Arrrgghh!" Suara teriakan Riana menggema ke seluruh ruangan.

Amarahanya meledak-ledak.

Benda apapun yang terjangkau oleh kedua tangannya berakhir dengan terlempar ke dinding. Pecahan kaca berhamburan di mana-mana. Seprai teronggok di lantai, dan tirai kamar ditariknya hingga sobek.

Riana menghempas tubuhnya di tempat tidur. Menjambak rambut panjangnya yang berwarna keemasan dan berteriak sekuat tenaga.

Tadi, saat melihat Alvian meninggalkan kantor dengan tergesa-gesa, ia memutuskan untuk mengikutinya diam-diam. Mengemudi dari jarak aman agar tak sampai ketahuan. Riana sempat heran ketika menyadari Alvian mendatangi indekos murah dan sempit.

Dan apa yang ditemukan Riana membuat seluruh tubuhnya bagai dilahap api. Ia mendengar sendiri pembicaraan Ajela dan Alvian.

"Sialan kamu, Ajela ! Seharusnya aku menyingkirkanmu saja dari dunia ini!" Ia kembali berteriak, meraung sejadi-jadinya.

Bu Nana yang baru tiba di rumah terlonjak saat mendengar suara teriakan berasal dari kamar Riana. Buru-buru wanita itu beranjak menuju kamar.

"Riana, kamu kenapa?" Bola mata Bu Nana membulat penuh saat mendapati kamar Riana sangat berantakan. Penampilan Riana pun saat ini seperti seseorang yang kehilangan kewarasannya. Rambut dan pakaiannya acak-acakan. Makeup luntur dan rambut berantakan.

"Ajela , Bu! Ajela !" Masih berteriak penuh amarah.

Kening Bu Nana berkerut dalam mendengar Riana meneriakkan nama Ajela . "Tenang dulu, Riana. Memangnya ada apa dengan Ajela ? Kamu habis bertemu lagi dengan dia?"

Bukannya tenang, Riana semakin menggila. Menghempas sebuah bingkai berisi foto Alvian hingga membentur dinding dan pecah.

"Ajela hamil anaknya Alvian,Bu!"

Sontak kelopak mata Bu Nana semakin membeliak. Untuk beberapa saat Bu Nana bahkan seperti berada di dimensi yang berbeda.

"Maksud kamu apa?"

"Orang kaya yang sewa Ajela satu miliar itu ternyata Alvian!"

"Apa? Bagaimana bisa?

Bukannya yang beli Ajela itu Tuan Al? Si kakek-kakek tua itu?" Bu Nana yakin betul kalau malam itu Ajela tidur dengan Tuan Rizal, yang biasa dipanggil Tuan Al.

"Tuan Al itu hanya perantara, Bu? Dia yang carikan perawan untuk Alvian. Pantas saja Alvian menghilang malam itu dan besoknya tidak jadi ikut keluar kota!"

"Kamu tahu ini dari mana?"

"Aku dengar sendiri pembicaraan Alvian dengan Ajela ! Alvian bilang kalau malam itu dia yang beli Ajela !"

"Tapi bisa saja Ajela hamil dengan laki-laki lain, kan?"

"Ajela bukan perempuan seperti itu, Bu! Pacaran saja dia belum pernah, apalagi mau tidur dengan sembarang laki-laki! Dia pasti hamil anaknya Alvian!"

Bu Nana hampir tak percaya dengan apa yang didengarnya. Selama bekerja di rumah keluarga Darmawan, setahunya Alvian adalah pemuda yang baik dan tidak sembarang bergaul. Menyewa seorang wanita untuk teman tidur tentu saja adalah hal yang mustahil.

"Tapi Den Alvian itu laki-laki baik, Riana! Dia tidak mungkin mau sewa perempuan untuk teman tidur."

Riana menjambak rambutnya. Saat ini ia benar-benar dipenuhi kemarahan. Dirinya yang berusaha keras menjebak Alvian, menghabiskan uang ratusan juta untuk mempercantik diri, tetapi malah Ajela yang dapat. Sambil terisak-isak, Riana menceritakan kejadian malam itu kepada sang ibu.

"Malam itu aku diam-diam memasukkan obat perangsang ke minuman Alvian. Tapi setelah itu dia malah menghilang tiba-tiba.

Seharusnya aku yang tidur dengan Alvian, dan hamil anaknya, bukan Ajela !"

Bersambung ~

1
aRwanA
qsi ajela parnuan dah seharusny bawa ke psikiater thor kekny si ajela traumA,ni juga ngapain si riana malah di buay dekt sma ajela ,awas dia bis celakai ajela kapan2
Kolomlangit
Jadi, mau plagiat sampai bab berapa nih? 🥲
aRwanA: eamng plagiat kah ni judulnya ap
total 1 replies
tina
lanjut kak
Lina
aaaa Thor kurang ,gak kerasa saking seru nya
S.gultom: sabar ya kak, saya usahakan dauble update 🙏🙏
total 1 replies
Mitha Ali
baguuuussss
aRwanA
waw bNyak thor bBya bacanya jadi seneng
S.gultom: semangat bacanya ya💚💚
total 1 replies
aRwanA
ayo alvian cepat ketemukan tu dah ada laki2 yang ngincer loh wkwk,kli gak gercep kau bakal kehilangan tu anak sma ajela,syukurin tu mamaya terlalu sombong pang ih
Novansyah
lanjut kk kalau update nya jangan cuma 1 bab kalau bisa sekali update 4 sampai 5 bab
S.gultom: sabar ya kak🙏🙏, saya akan mencoba update Sampai 4 bab ya kak🙏, makasih sudah mampir🙏🙏
total 1 replies
aRwanA
mamamu tu egois walupun ankmu nnti juga di pandang drajat lagi mana mau ngaku wkwk,,kecuali si ajela anak orng kaya yakin dah diterima sma mMami🤣🤣🤣
tina
lanjut
tina
lanjut kak
Rini Kuswanti
crita nya bagus JD sy baca LG meski prnah baca di novel sebelah
aRwanA
bagus lebih baik ajela pergi roh mamanya alviab juga gak setuju dia teelalu memandang deajat seseorng biarkan ajela memulai usaha biar meeeka menyesal
tina
lanjut
tina
lanjut kak
Nira Sakharina
bagus sih alur ceritanya
S.gultom: makasih kak, jangan lupa dukung novel ini ya kak💚, agar author selalu semangat ❤️❤️
total 1 replies
tina
lanjut
Lina
lanjut ceritanya bagus
Lia puspita sari
Luar biasa
Warsini Sini
bagus dan bikin gemes
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!