(Identitas Tersembunyi) Inarah yang biasa di sapa Nara sudah dari dulu tak mengikuti jejak sang kakak dan sang adik yang masuk pondok pesantren, Nara memilih sekolah di SMA milik sang kakek.
Tak ada yang tau bahwa Nara adalah cucu dari pemilik SMA karena Nara memang tak menyombongkan diri, bahkan Nara yang penampilannya seperti anak pesantren justru menjadi hinaan oleh teman-teman sekolahnya dan jadi korban bullying.
Tapi itu hanya sesaat, ketika Nara sudah lelah berpura-pura menjadi lemah kini taring yang selama ini di sembunyikannya pun keluar juga bahkan membuat para bullying jadi ketakutan.
Ikuti ceritanya Nara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Davin yang masih di sekitar tempat Selina membawa Nara menghentikan motor sportnya di tepi jalan, pikiran buruk berhasil menguasai hati Davin saat ini, rasa tidak nyaman terus mengusiknya.
Davin benar-benar takut terjadi sesuatu dengan Nara, Bagaimana kalau Nara terluka? Bagaimana kalau pemilik senyum manis itu di buang? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar membuat kepalanya rasanya ingin pecah.
Davin menatap sekelilingnya, namun yang ada hanya pohon-pohon yang tumbuh menjulang tinggi. Davin melepas helm dari kepalanya, cuaca siang ini begitu terik membuatnya berkeringat.
Sebelum melanjutkan perjalanan untuk mencari Nara, Davin menyempatkan diri untuk mengelap keringat mengunakan lengannya meski tampak jorok dan menjijikkan tapi tak di hiraukannya.
"Nara, gue pasti menemukan loe" kata Davin sembari kembali memakai helm
"Ahhhh......"
Suara itu membuat Davin menghentikan gerakannya, lalu menajamkan telinganya untuk memastikan kalau suara yang berteriak barusan adalah suara Nara yang tentu sangat di hapalnya meski mereka jarang ngobrol.
Segera Davin melajukan kembali motor sportnya menuju depan dengan kecepatan tinggi, dari jauh Davin melihat ada mobil Selina yang terparkir pinggir jalan lalu Davin menghentikan motor sportnya.
"Nara" panggil Davin sembari mendekati mobil Selina tapi Davin tak menemukan siapapun di dalam mobil
"Nara" teriak Davin lebih keras dari sebelumnya
Davin melangkahkan kaki mengikuti bekas rumput yang di injak, Davin yakin Selina dan geng-nya telah membawa Nara ke dalam hutan, Davin mempercepat langkah kakinya saat tak mendengar suara teriakan Nara lagi.
"Nara"
Tanpa lelah Davin terus meneriaki nama itu, hatinya juga kembali gusar. Davin juga yakin tadi benar-benar suara Nara, tanpa di sadari Davin telah berada di dekat Nara hanya saja Davin belum melihat Nara.
"Kak Da---Vin"
"Kak Davin"
Panggilan lirih itu membuat Davin menghentikan langkah kakinya
"Nara, kamu dimana?" teriak Davin
"Kak Da---Vin tolong aku, aku ada di belakang Kak Davin"
Davin langsung menoleh ke belakang namun matanya justru membulat sempurna mendapati Nara terkulai lemas di rerumputan, Davin buru-buru mendekati Nara dan berniat mengangkat tubuh Nara.
"Ahhh, tanganku sakit Kak Davin" kata Nara terdengar begitu lemah
Membuat Davin bingung harus berbuat apa, Davin pun berusaha mengangkat tubuh Nara secara berlawanan. Beruntungnya tangan Nara yang satu lagi tidak terluka, sehingga memudahkan Davin mengangkat tubuh Nara.
"Siapa yang melakukan ini? Apakah Selina?" tanya Davin raut wajahnya tampak tengah khawatir dan sekaligus marah
Nara tak menjawab karena Nara berusaha menahan rasa sakit, bahkan Nara sampai memejamkan kedua matanya. Perlakuan Selina benar-benar brutal, Nara tak pernah membayangkan hal ini akan terjadi.
Nara masih tak habis pikir, mengapa bisa ada murid seperti itu bersekolah di SMA ternama. Padahal visi dan misi sekolah tersebut sangat bagus dan baik, bahkan sang kakek pemilik sekolah itu bisa tak mengetahui hal tersebut.
Davin yang tak mendapat jawaban dari Nara bahkan Nara tengah memejamkan kedua matanya membuat Davin semakin khawatir, segera Davin mempercepat langkahnya yang mengangkat Nara menuju motor sportnya.
Tiba di dekat motor sportnya Davin tak menemukan mobil Selina membuat Davin mengerutkan keningnya, keheranan pasalnya Davin tak melihat Selina lewat tadi terus Selina lewat jalan mana.
Davin tak peduli Selina mau pergi kemana dan mau melakukan apapun sekarang, yang terpenting saat ini Davin ingin membantu Nara naik ke atas motor sportnya dan tak lupa Davin memakaikan helm di kepala Nara.
Beruntung setiap kali Davin pergi dengan motor sportnya pasti tak lupa membawa helm, namun meski begitu Davin bingung harus bagaimana dengan Nara, apakah tiba apa-apa Nara duduk di belakang.
Sedangkan tubuh Nara tampak sangat lemah, bagaimana jika pas di jalan Nara kenapa-kenapa atau malahan pingsan bisa jatuh dari motor sportnya, Davin pun melepas jaket yang di pakainya.
"Maaf ya, Nara. Bukan bermaksud tidak sopan, gue ngikat tubuh loe ke gue biar loe gak jatuh" kata Davin merasa tak enak mengikat jaket miliknya ke tubuhnya dan tubuh Nara namun itu demi Nara agar tak jatuh meski Nara pingsan
Secepat mungkin Davin melajukan motor sportnya menuju rumah sakit terdekat, meski ingin secepatnya tiba tapi melihat kondisi Nara sekarang tentu tak bisa karena tubuh Nara akan terguncang dan terasa sakit.
"Bertahan Nara, gue akan bawa loe ke rumah sakit" kata Davin lirih karena begitu khawatir dengan kondisi Nara
Hingga akhirnya motor sportnya tiba di pekarangan rumah sakit, setelah motor sportnya terparkir Davin turun dan cepat-cepat mengangkat tubuh Nara yang sudah tak sadarkan diri.
Beberapa perawat datang membawa brangkar untuk membantu Davin, Davin perlahan meletakkan tubuh Nara di atas brangkar lalu mengikuti kemana para perawat membawa Nara saat ini.
Nara segera di periksa dan di tangani oleh tim medis, Davin di larang untuk masuk jadi memilih menunggu di depan ruangan tersebut sembari mondar-mandir karena begitu khawatir dengan keadaan Nara.
Ketika tengah cemas terdengar suara dering HP pertanda ada panggilan masuk, Davin melihat siapa yang menghubungi Nara disitu tertulis nama "Mang Udin", tanpa menunggu lama Davin langsung menerima telepon itu.
"Hallo" sapa Davin
"Iya Hallo, ini siapa? Mana non Nara?" tanya Seseorang di seberang telepon
"Saya Davin, Pak. Temannya Nara" jawab Davin dengan napas masih ngos-ngosan karena belum istirahat dari tadi
"Mana non Nara-nya?" tanya Seseorang di seberang sekali lagi
"Nara, masuk rumah sakit Pak. Sekarang Nara tengah di tangani Dokter"
"Apa? Dimana? Rumah sakit mana kamu membawa non Nara"
Davin segera menyebutkan alamat rumah sakit tempat dirinya membawa Nara, setelah itu sambungan telepon pun terputus. Davin memasukan kembali HP milik Nara ke dalam tas milik Nara.
Setengah jam kemudian Nara pun sadar setelah Mang Udin tiba di rumah sakit tempatnya di bawa oleh Davin tadi, Davin duduk di kursi tunggu di depan ruang rawat Nara saat ini.
"Pak" panggil Davin saat melihat orang yang menghubungi Nara tadi
"Iya, dimana Nara?" tanya Mang Udin to the poin karena begitu khawatir dengan keadaan anak majikannya
"Di dalam, Pak. Nara juga sudah sadar"
"Terima kasih ya, nak. Kamu sudah membawa Nara ke rumah sakit, bapak berhutang nudi dengan kamu"
"Itu sudah kewajiban saya, Pak"
"Sekali lagi terima kasih, bapak sudah disini. Kamu kalau mau pulang silahkan, nanti bapak yang akan menjaga Nara"
Davin mengangguk kemudian sebelum pulang menyempatkan diri untuk masuk ke dalam ruang rawat Nara, ingin pamit pulang dan mendoakan Nara agar lekas sembuh jadi bisa kembali sekolah.