"Aku tak peduli dengan masa lalu. Yang aku tahu adalah masa kini dan masa depan. Masa lalu hanya hadir untuk memberi luka, dan aku tak ingin mengingatnya!!" (Rayyan)
"Aku sadar bukan gadis baik baik bahkan kehadiranku pun hanya sebagai alat. Hidupku tak pernah benar benar berarti sebelum aku bertemu denganmu." (Jennie)
"Aku mencintaimu dengan hati, meski ku akui tak pernah mampu untuk melawan takdir."( Rani)
Kisah perjuangan anak manusia yang hadir dari sebuah kesalahan masa lalu kedua orang tua mereka. Menanggung beban yang tak semestinya mereka pikul.
Mampukah mereka menaklukkan dunia dan mendirikan istana masa depan yang indah dengan kedua tangan dan kakinya sendiri?
Atau kejadian masa kelam orang tua mereka akan kembali terulang dalam kehidupan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11.11. Jennie
Jennie bisa bernafas dengan lega kali ini. Misinya untuk bisa menjalin kerja sama dengan perusahaan KSP ltd berjalan mulus. Tak hanya itu, bahkan pemilik perusahaan sendiri yang mengundangnya untuk datang di perayaan perusahaan yang berlangsung tak lama lagi.
"Huuft, akhirnya semua berjalan lancar. Aku tidak menyangka jika tuan Sanjaya begitu ramah, tidak seperti berita yang selama ini ku dengar. Tapi jika diperhatikan dengan seksama wajahnya mirip seseorang tapi siapa ya?" Gumamnya seraya berpikir.
Tatapan tajam seorang Sanjaya sempat membuatnya bergidik ngeri. Akan tetapi tatapan tersebut mengingatkannya pada seseorang.
"Ih, nggak mungkin banget si muka tembok punya hubungan dengan tuan Sanjaya kan? tapi kenapa mata mereka sama bahkan cara mereka menatap lawan juga sama persis. Sama sama mengerikan." Gidiknya sambil tergelak kecil seraya melajukan mobilnya keluar dari perusahaan KSP ltd.
.
.
"Besok saat jam makan siang, aku telah mengatur jadwal pertemuan dengan Ardi." Ungkap Vino dengan masih memainkan ponselnya.
"Kau sudah bertemu dengannya? kapan?" Rayyan menoleh sesaat sebelum kembali fokus pada jalan dihadapannya.
"Tadi, sewaktu kamu masuk ke butik itu. Tak sengaja aku melihatnya, ya sudah sekalian aku membuat janji temu dengannya atas namamu."
"Bijaklah, aku harap semuanya akan menemukan titik terang. Lalu bagaimana perkembangan anak buahmu? apa mereka memberi kabar?"
"Mereka sudah berada di titik titik yang aku berikan. Hanya tinggal menunggu umpan saja. Aku yakin, ini semua tidak sesederhana yang kita lihat. Semuanya nampak rapih tanpa cela, aku rasa segalanya telah diatur sedemikian rupa. Apa bos mu memiliki musuh atau ada motif lain."
"Jika untuk dunia bisnis mungkin saja, tapi aku tak terlalu yakin mengingat tuan Raka selama ini selalu bermain bersih tanpa menyinggung siapapun. Aku malah berpikir jika ini suatu jebakan yang hanya sebagai umpan saja sebelum mereka menyerang dengan kekuatan penuh."
"Semoga saja ini tak pernah ada kaitannya dengan sindikat gelap itu. Kalau tidak, maka masalahnya akan semakin runyam. Aku juga tak tahu kenapa tuan Javier memerintahkan aku untuk tetap berada disini, apa semua ini ada hubungannya denganmu, Rayy?" Vino menatap Rayyan dengan ekor matanya seraya bergumam dalam hatinya.
Ya, Javier menghubungi nya secara khusus dan meminta Vino untuk tetap tinggal di kota B dengan misi yang dia berikan. Meski penasaran, Vino tak pernah ingin bertanya lebih dalam. Sebagai seorang detektif dia sangat tahu pasti bagaimana harus menghormati privasi seseorang dan tak terlalu jauh masuk dalam ranah mereka tanpa ijin. Hal itu berlaku dalam misi rahasianya yang belakangan ini membuatnya berpikir ada kaitan erat dengan kedatangan Rayyan.
Sebagai seseorang yang secara khusus diperintahkan untuk membantu pemuda itu oleh seorang pemimpin yang dia segani tentu saja membuat Vino berpikir keras atas alasan Javier. Dari pimpinan mereka itu jugalah dirinya mengetahui latar belakang dan masa lalu Rayyan.
"Kau mau ikut denganku atau pulang?" Suara Rayyan mengembalikan kesadaran Vino.
"Pulang." Vino menoleh "Aku lebih senang menghabiskan waktu luang yang ku miliki bersama anak dan istriku. Aku tak ingin mereka merasakan seperti yang kurasakan dulu. Hidup terlunta tanpa adanya kasih sayang yang kami dapatkan dari ayah. Karena rasanya sangat menyedihkan."
Rayyan mengangguk, dia bisa merasakan apa yang dirasakan sahabatnya tersebut. Dirinya masih beruntung bisa merasakan kasih sayang itu hingga beranjak dewasa.
"Besok aku akan menjemput mu, kita berangkat bersama."
"Hem." Vino hanya berdehem pelan.
Keheningan mengeruak mengiringi perjalanan mereka yang tinggal beberapa menit lagi.
.
.
Jennie menghentakkan kakinya kasar. Bibir cantiknya menggerutu sebal sesaat setelah menghubungi raja, kakak tirinya. Dengan entengnya lelaki yang menguasai semua aset keluarga Darou tersebut memerintahkan Jennie untuk tetap berada di kota B sementara waktu dengan alasan takut jika Tuan Sanjaya tiba-tiba merubah pendiriannya.
"Tumben dia begini. Memang selalu menyebalkan tapi tak biasanya dia menyuruhku tinggal dalam waktu lama. Mana Aku hanya seorang diri disini, sudah tahu aku sangat menghindari tempat ini karena sangat sepi dan menyeramkan bagiku. Jimmy juga belum kembali, sebenarnya dia ada urusan apa sih hingga menyuruh Jimmy untuk membantunya. Dasar tidak waras!!"
Jennie benar-benar dibuat kesal oleh kakak tirinya tersebut. Gadis itu bahkan berulang kali menarik nafasnya dalam hanya untuk merendahkan emosinya. Dia sangat tahu bagaimana perangai keluarga tirinya tersebut. Hanya saja dia memang sudah terbiasa hanya demi sebuah pengakuan keluarga.
"Sudahlah!! aku tak ingin lagi membuang waktu percuma. Bersedih hanya akan membuat moodku memburuk. Lebih baik aku menikmati waktu sendiri ini untuk bersenang senang sebisaku. Meski di kota ini sangat sepi dan terkadang menyeramkan tapi aku yakin masih ada tempat yang indah untuk didatangi." Jennie bergegas bangkit menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Tak butuh waktu lama, gadis itu sudah tampil cantik dengan gaun berwarna hitam yang panjangnya hanya dibawah lutut sedikit. Gaun itu tanpa lengan dengan dipadu padankan dengan cardingan dengan warna senada. Jennie juga mengikat rambutnya tinggi. Gadis itu juga merias wajahnya tipis.
"Perfect!!" Pujinya pada diri sendiri dengan senyum yang mengembang, gadis itu berputar sekali lagi di depan cermin hanya untuk kembali memastikan penampilannya sudah telah sempurna.
Dengan langkah pasti, Jennie meninggalkan apartemen yang ditinggalinya. Tak lupa dia menyambar tas juga gadget mahalnya sebelum berlalu dengan senyum yang masih tersungging di bibirnya.
"Papa Arlan benar, tak seharusnya aku terus tunduk pada sesuatu yang tak membuatku bahagia. Apa artinya sebuah pengakuan jika pada akhirnya mereka juga tak akan pernah menganggapku ada. Bagi mereka aku adalah seonggok sampah yang tak berarti. Jadi mulai sekarang lebih baik aku fokus pada diri sendiri." Lirih nya menyemangati dirinya sendiri.
Jennie tergolong gadis yang keras kepala. Sudah berkali-kali Arlan yang notabe nya hanya ayah tirinya menganjurkan agar dia tak terlalu memaksakan diri. Lelaki paruh baya tersebut bahkan telah menyiapkan sebuah perusahaan untuk dia kelola. Akan tetapi Jennie tetap bersikeras untuk memperjuangkan hak nya agar diakui oleh keluarganya terutama dady kandungnya.
Jennie melajukan mobilnya sesuai dengan arah yang ditunjukkan oleh tablet pintarnya.
"Wow, pemandangan malam dari puncak sini nampak indah juga. Sayang sekali aku hanya sendirian, andai ada Jimmy aku bisa mengajaknya untuk membuat api unggun atau sekedar mengobrol ditemani dengan makanan dan minuman."
Jennie menoleh ke kanan dan kiri. Melihat ada beberapa pasangan muda mudi yang sedang berduaan.
Huuu
Helaan nafas kembali terdengar, miris sekali hidupnya. Jangankan pasangan bahkan teman saja dia hanya mempunyai Jimmy sebagai assisten nya selama ini. Lelaki muda itulah yang selalu menjadi temannya dimanapun dia ingin pergi.
"Semangat Jen!!" Serunya pada diri sendiri.
Senyumnya kembali mengembang menatap gemerlap lampu kota pada malam hari. Memang tak seramai dan seindah di ibu kota, akan tetapi suasana tenang yang di rasakannya membuat senyum di bibirnya tak pernah surut.
karena mereka berdua sama-sama menempati posisi istimewa di hati Rayyan
yang penting Daddymu selalu bersikap baik padamu toooh
koneksinya gak main-main seeeh
aaahh aku telat bacanya ya, harusnya pas maljum kemaren 😅😅😅
pasti rayyan bahagia dpet.jackpot yg masih tersegel.
wkwkw bisa langsung hamil itu kan thor, kasian para orang tua pingin punya cucu, bakal jadi rebutan pasti.
ok lah makasih ry udah buat rayyan dan jenie bahagia disini