Malam Ulang Tahun Pearly Hazel Willfred yang ke lima belas, menjadi malam yang tak akan terlupakan baginya. Seorang gadis lain datang dan mengaku sebagai putri kandung Keluarga Willfred.
Pearl pun kembali pada keluarga aslinya tapi kembali melarikan diri, hingga ia bertemu kembali dengan sosok pria yang selalu ia dekati di sekolah.
Alexander Marshall, menjadi sosok penolong bagi Pearl dan juga seorang ketua geng motor. Dengan bantuan Alex, Pearl kembali ke sekolah, tanpa mengetahui sosok sebenarnya dari seorang Alex.
* note : ini adalah novel misi dari NT. Alur cerita tiap bab berasal dari pihak NT, author hanya membantu mengembangkan melalui narasi dan percakapan, juga disesuaikan dengan latar belakang yang diambil oleh author. Terima kasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKU BISA GILA
"Aku tidak bisa, Al," ucap Pearl.
"Tidak bisa?" tanya Alex menyipitkan matanya menatap ke arah Pearl, "Kamu tidak bisa atau tidak mau?"
"Ya, aku tidak bisa menerima bantuanmu. Saat ini semua telah berbeda dan hubungan kita tak akan bisa seperti dulu lagi. Aku tahu serta sadar siapa diriku dan ku rasa sebaiknya kamu menjauh dariku. Itu akan lebih baik."
Alex melihat raut wajah Pearl yang tak seperti biasanya. Gadis itu tampak sangat sedih dan sepertinya merasa minder dengan keadaannya saat ini. Keceriaan yang dulu selalu terukir di wajah Pearl, kini tak pernah terlihat lagi sejak mereka bertemu kembali.
"Aku akan membuatmu kembali seperti dulu, Pearl. Kembali menjadi gadis ceria yang selalu mengisi hari hariku dengan senyumanmu, perhatianmu, dan dengan cintamu," batin Alex di dalam hatinya.
Pearl tampak menghela nafasnya pelan. Kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat sejak kejadian itu. Ia bahkan tak ingin berharap terlalu tinggi untuk mengejar Alex seperti yang dulu ia lakukan. Ia bahkan merasa apa yang Alex lakukan saat ini adalah karena rasa kasihan semata.
Saat ini yang ingin ia lakukan hanya menjauh dari siapa pun yang mengenal dirinya. Ntah mengapa rasanya begitu sakit ketika orang orang yang dulu mengenalnya ataupun dekat dengannya, menatapnya seakan ia adalah bakteri yang harus disingkirkan.
Alex menatap Pearl yang terlihat sangat lelah. Ia seperti tak tidur dengan nyenyak selama beberapa hari. Ntah mengapa hal itu juga sangat menyakitkan bagi Alex.
"Kamu lelah?" tanya Alex dengan lembut.
Pearl mengangkat wajahnya dan menatap manik mata Alex. Mata setajam elang yang membuat dirinya tertarik sejak pertama kali ia melihatnya, berubah lembut dan meneduhkan. Pearl pun menganggukkan kepalanya.
Alex memanggil seorang pelayan untuk mengantarkan Pearl ke dalam kamar tidurnya, sementara Ia sendiri akan melakukan sesuatu terlebih dulu.
"Beristirahatlah di dalam kamar. Kamu bisa membersihkan dirimu dulu dan gunakanlah pakaian apa saja yang bisa kamu pakai di dalam lemari," ucap Alex.
"Besok aku akan menyiapkan sebuah kamar untukmu di sini dan menyediakan semua kebutuhanmu," lanjut Alex.
Pearl menghela nafasnya pelan kemudian bangkit dan pergi mengikuti pelayan yang berjalan menuju sebuah tangga kayu. Namun ia kembali berbalik dan melangkah ke arah Alex.
"Sampai kapan aku harus tinggal di sini, Al?" tanya Pearl.
"Apa kamu tidak suka jika harus tinggal di sini?" tanya Alex sambil menautkan kedua alisnya.
"Bukan begitu, tapi aku kan harus bekerja," ucap Pearl.
"Bekerja? Kamu masih mau bekerja di klub malam itu?" tanya Alex dan dengan sedikit ragu Pearl pun menganggukkan kepalanya.
"Sudah kukatakan, aku tak akan mengijinkanmu kembali bekerja di sana, Pearl. Apa kamu tidak lihat bagaimana keadaan di sana? Itu bukan tempat yang cocok untukmu."
"Tapi aku memerlukan pekerjaan itu untuk bertahan hidup, Al. Aku harus bekerja, meskipun tempat itu tak layak menurutmu, tapi hanya tempat itu yang mau menerimaku dan Madam Olive tidak menyudutkan keberadaanku," ucap Pearl.
"Jangan pikirkan itu lagi dan biar aku yang akan memikirkan caranya. Yang pasti, aku tak akan membiarkanmu kembali ke sana," ucap Alex.
Pearl menghela nafasnya pelan. Ia menatap Alex. Sejujurnya Pearl merasa senang karena tak perlu kembali ke klub malam, hanya saja masih ada rasa ragu di dalam hatinya.
Namun, Pearl tak ingin memulai perdebatan dengan Alex hanya karena masalah itu. Ia akhirnya mengikuti langkah seorang pelayan yang tadi telah diberi perintah oleh Alex.
Ia menaiki sebuah tangga dan sesaat sebelum menapak di anak tangga pertama, Pearl sempat menoleh ke belakang dan melihat Alex masih melihat dan memperhatikannya.
"Apa yang sebenarnya kamu pikirkan, Al? Aku tak bisa membaca pikiranmu. Kamu terlihat berbeda dari yang biasa kukenal. Bahkan sikapmu pun suka berubah ubah," batin Pearl dalam hati.
Pelayan membukakan sebuah pintu yang letaknya tak jauh dari tangga. Tampak sebuah kamar tidur yang tak terlalu besar, tapi terlihat luas karena penataan perabot yang sangat apik.
Warna perabot dengan nuansa hitam abu putih itu memberikan kesan minimalis. Kamar itu juga sangat bersih. Tak ada satu foto pun yang tergantung di dalam kamar tersebut.
Pearl masuk ke dalam kamar mandi. Tubuhnya terasa sangat lengket dan ia butuh sedikit relaksasi. Ia menatap ke sekeliling, lalu menyalakan air untuk memenuhi bathtub.
Setelah penuh, Pearl memasukkan sabun dan juga sedikit aroma terapi yang ia dapatkan di dalam rak di dekat meja wastafel.
"Nyamannya," ungkap Pearl saat duduk di dalam bathtub dan merasakan kenikmatan dari air hangat yang merendam tubuhnya saat ini.
Setelah selesai berendam, Pearl beralih ke area shower untuk membilas tubuhnya hingga bersih. Ia merasakan tubuhnya lebih nyaman dan enteng dari biasanya.
"Aku pakai ini saja," ujar Pearl mengambil sebuah handuk karena tak ada bathrobe di sana. Ia bahkan sudah membuka lemari penyimpanan tapi tak menemukannya.
Pearl menghentikan langkahnya yang ingin keluar dari kamar mandi. Ia berdiri di depan cermin dan menatap wajahnya. Tak ada senyum di wajahnya seperti dulu.
"Siapa kamu? Aku tak mengenalmu," Pearl menutup wajahnya dan ingin rasanya ia kembali menangis.
Setelah menetralkan hatinya yang terasa tak menentu, ia keluar dari kamar mandi dan berjalan ke arah lemari. Ia membukanya dan melihat deretan pakaian yang digantung dan ada juga yang dilipat. Pearl memilih sebuah sweater yang agak sedikit besar hingga menutupi setengah pahhanya.
"Tak ada celana yang bisa kupakai, besar semua," gumam Pearl sambil mencari di beberapa lemari. Pada akhirnya Pearl menyerah untuk mencari dan akan tidur dengan menggunakan sweater itu saja.
Ia naik ke atas tempat tidur dan berbaring sambil menatap ke langit langit. Pearl menghela nafasnya pelan dan memejamkan matanya sesaat.
"Kamu kuat Pearl. Kamu pasti bisa menghadapi ini semua. Berubahlah, jangan menjadi manja seperti dulu. Hidup ini keras dan perlihatkan pada mereka bahwa kamu bisa menghadapi semua ini dan menjadi pemenang," gumam Pearl menyemangati dirinya sendiri.
Pearl memiringkan tubuhnya. Ia meletakkan kepalanya di atas bantal dan hidungnya menghirup wangi yang rasanya sangat familiar. Pearl juga mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya. Kembali ia menghirup harum yang sangat ia sukai.
"Ya Tuhan, apa yang kupikirkan?" Gumam Pearl. Namun ia kembali menyesap wangi yang ada di selimut dan bantal yang ia tiduri.
Tiba tiba saja di kepalanya muncul wajah Alex dan merasa bahwa saat ini ia tengah berdekatan dengan Alex hingga bisa terus menghirup aroma maskulin dari tempat tidurnya.
"Ini adalah kamar tidurnya," wajah Pearl tiba tiba saja memerah membayangkan Alex tidur di sebelahnya saat ini.
"Aku bisa gila jika memikirkan dirinya terus menerus."
🧡 🧡 🧡