3
Daffa Alfano Dirgantara, laki laki matang berusia 28 tahun. Di usianya yang hampir menginjak kepala tiga, ia sama sekali belum berkeinginan untuk mencari pendamping hidup. Semua ini terjadi karena ibunya meninggal saat dulu melahirkan dirinya dan saudara kembarnya ke dunia ini.
Setelah ibunya meninggal, ia diasuh oleh ayahnya, tapi setelah ia dan saudara kembarnya berusia tiga tahun, ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang Daffa tahu berasal dari masa lalu ayahnya. Daffa sangat membenci wanita itu, bahkan jika bisa Daffa ingin menyingkirkan wanita itu, karena ia yakin wanita seperti ibu sambungnya itu hanya ingin mengincar harta kekayaan keluarganya. Hingga akhirnya ditengah kebenciannya yang kian memuncak pada ibu sambungnya itu, ayahnya justru meminta dirinya untuk menikah dengan wanita pilihan mereka, dan hal ini justru membuat Daffa semakin tidak menyukai ibu sambungnya, karena wanita yang akan di jodohkan dengannya, merupakan keponakan jauh dari ibu sambungnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Sekar menatap kamar milik suaminya yang didominasi warna hitam gelap, dengan ornamen keemasan di dindingnya. Dari ambang pintu, Sekar bisa melihat sebuah foto kecil suaminya bersama Daffina yang terpajang rapi diatas meja. Sekar terus berjalan menyusuri kamar mewah itu, ini adalah kali pertama dirinya masuk kedalam kamar milik suaminya. Sekar berjalan menuju pintu kaca transparan yang menghubungkan kamar yang ia tempati dengan sebuah tempat semacam studio.
Dari luar, Sekar bisa melihat sebagian isi dari ruangan itu. Terdapat banyak alat musik, dan beberapa trofi penghargaan. Kemudian tatapan Sekar beralih pada sebuah foto berukuran besar yang ada ditengah ruangan. Foto seorang wanita cantik dengan balutan hijab yang tampak sangat menawan, dan disepanjang kiri dan kanan foto tersebut, terdapat banyak sekali foto wanita itu dengan ukuran yang sedikit di perkecil.
"Silahkan lakukan apa yang kau mau, tapi jangan pernah masuk kedalam sana" ucap Daffa saat menyadari istrinya tengah menatap ruangan miliknya
Sekar membalik tubuhnya, dan menghadap Daffa "Kenapa?" tanya Sekar penasaran. Namun tidak dijawab oleh Daffa. Sekar kembali membalik tubuhnya dan melihat ruangan itu dari luar. Setelahnya ia pergi dari sana dan menyusun beberapa pakaian miliknya kedalam lemari "Kau sudah makan?" tanya Sekar pada Daffa yang terlihat asik pada layar Ipad-nya
"Sudah" hanya kata kata itu yang Daffa gunakan untuk menjawab pertanyaan Sekar, ia malas untuk sekedar menjawab pertanyaan dari istrinya itu
"Kalau begitu aku akan turun untuk makan" putus Sekar
Daffa terhenyak, ia melupakan sesuatu. Dirinya memang sudah sarapan, tapi istrinya... Wanita itu sama sekali belum mengisi perutnya sejak pagi tadi. Daffa lantas berjalan keluar mengikuti Sekar. Ia merasa sedikit bersalah karena dirinya mengabaikan wanita itu, walau bagaimanapun wanita itu adalah tanggung jawabnya sekarang. Tiba ditengah tangga, langkahnya terhenti saat mendengar percakapan istrinya dan ibu sambungnya
"Bagaimana, kau sudah bisa membuatnya luluh?" tanya Mama Carissa
"Mama benar, sedikit sulit untuk meluluhkan hati laki laki itu. Tapi Mama tenang saja, cepat atau lambat, aku akan membuatnya luluh dan mencintaiku" ucap Sekar yakin
"Mama percaya padamu"
Daffa mengepalkan tangannya. Niat baiknya untuk menemani wanita itu sebagai permintaan maaf ia urungkan. Ia pikir wanita itu sedikit berbeda dengan Ibu Sambungnya, meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menginginkan harta keluarganya. Tapi setidaknya wanita yang menyandang gelar sebagai istrinya itu terlihat sedikit berbeda, entah kenapa.
Daffa kembali masuk kedalam kamarnya. ia berjalan menuju pintu kaca di kamarnya, kemudian masuk kedalam sana. Setelah ia masuk, pintu kaca yang semula transparan itu kini tertutup dengan sendirinya oleh gorden. Daffa yang sudah berada didalam, segera mendudukan dirinya dimeja kerja miliknya, dan memilih menyibukkan dirinya dengan pekerjaan.
Sekitar tiga puluh menit berlalu, ia mendengar pintu kamarnya yang terbuka, lalu tertutup. Ia bisa menebak bahwa istrinya telah kembali setelah menyelesaikan makannya, ia tidak terlalu peduli tentang itu. Ia membuka laptop miliknya dan berselancar disana, mengerjakan beberapa hal yang harus ia kerjakan.
Daffa meregangkan otot lengannya. Beberapa jam bergulat dengan pekerjaan, ia merasa tubuh dan pikirannya begitu lelah. Ia kemudian bangkit menuju kursi lain yang ada diruangan tersebut, lalu mengambil gitar dan memetiknya dengan memejamkan kedua matanya. Alunan petikan gitar yang terdengar seolah mewakili bagaimana hatinya saat ini.