Hanya karna Elis mencintai suaminya, wanita 28 tahun itu membiarkan Arjuna suaminya untuk menikah lagi.
Bukan, bukan karna Elis merupakan wanita shaliha melainkan Elis tengah menghabiskan sisa cintanya terhadap sang suami.
Elis akan membiarkan hatinya terus tersakiti hingga cinta yang ia miliki tak bersisa.
Tidak ada kesalahan yang ia lakukan. Hanya saja tuntutan keluarga Arjuna yang menginginkan seorang putra. Sedangkan Elis sampai saat ini hanya bisa memberikan tiga putri saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di peluk ketakutan
Tadinya Arjuna sudah ingin pulang sejak pagi, setelah mentalak Aida, namun polisi membutuhkan keterangannya. Pihak kepolisian sudah menangkap orang yang mencelakai Aida, mereka merupakan orang suruhan sedangkan otak dari rencana jahat yang melayanhkan satu nyawa itu belum dapat di ketahui.
Satu diantara mereka yang mencelakai Aida sudah mati bunuh diri dengan cara menggigit lidahnya sendiri hingga putus dan mati di tempat, sebelum di larikan ke rumah sakit. Sedangkan satu di antaranya tengah kritis karna berusaha melenyapkan diri dengan merebut senjata dari polisi dan menembak perutnya sendiri.
Pasti yang menyuruh mereka bukan orang sembarangan, mereka bahkan rela mati hanya agar identitas bosnya tidak terungkap. Itu artinya mereka di bayar dengan harga tinggi, atau diancam oleh orang tersebut.
Arjuna menyimpulkan jika orang biasa tidak mungkin bertindak sampai sejauh itu. Sempat terpikir jika yang melakukan itu semua adalah Omnya Yudha. Tapi jika di ingat om nya itu tau jika Elis adalah istrinya juga, tapi sejauh ini Omnya tidak mengancam atau mengadakan penawaran. Arjuna menepis tuduhannya terhadap Yudha tapi ia tetap waspada. Menyangkut harta dan tahta maka semua orang akan buta. Tapi ia tidak termasuk, Arjuna tidak papa jika Yudha ingin menhambil jabatannya, bahkan dengan suka rela Arjuna akan memberikannya.
Beberapa kali Arjuna menemui Yudha dan menawarkan itu kepada Omnya, namun Yuda menolak, kata omnya ia sudah merintis usahanya sendiri di bidang otomotif.
Arjuna di buat gelisah karna istrinya Elis tidak mengangkat teleponnya sejak pagi. Ia bahkan menelpon ke rumahnya, tapi kata para pekerja Elis istrinya tengah mengantar sekolah anak-anaknya. Ya Elis bahkan mendandani kedua putrinya dengan seragam sekolah supaya tidak di curigai saat pergi dari rumahnya.
Arjuna tetap tidak tenang, ia takut terjadi sesuatu mengingat otak dari penyerangan Aida belum tertangkap Akhirnya ia memutuskan untuk pulang.
"Harusnya jam segini Elis sudah berada di rumah." Arjuna melirik jam tangan mahal di pergelangan tangannya.
"Aku sudah mengakhiri semuanya Elis." Arjuna tersenyum saat melihat ponselnya, terbingkai wajah Elis di sana sebahai wallpapper ponselnya.
"Tugasku selanjutnya adalah menyembuhkan lukamu. Tunggu dulu, aku harus menyusung kata saat hendak menjelaskan semuanya terhadap Elis, jangan sampai Elis menganggapku berbohong." Arjuna bergunam sendiri.
"Pertama-tama aku harus meminta maaf. Ya perempuan pasti membutuhkan maaf. Juga butuh bunga." Arjuna memelankan laju kendaraannya ia berhenti di toko bunga untuk membeli sebuket mawar putih untuk ia berikan kepada isyrinya.
"Aku bersalah bukan pada Elis saja, kepada ketiga putrikupun aku bersalah. Aku harus membelikan mereka banyak makanan. Mereka pasti memaafkanku. Setelah ini Papa tidak akan membuat Vale menunggu lagi." Arjuna tersenyum kala ketiga purinya lebih berminat kepada makanan dari pada mainan.
Arjuna tau jika putri bungsunya sering menunggu dirinya di teras rumah. "Papa akan mendapatkan cinta kak Rose dan kak Jasmin lagi. Kita akan bahagia. Jika Nenek tetap memusuhi kalian. Papa akan membawa kalian dan Mama untuk pergi dari kota ini."
Arjuna sudah merintis usaha baru atas saran dariOmnya Yudha. Bahkan Yudha membantunya dalam beberapa hal.
Arjuna berhenti di restoran cepat saji untuk membeli ayam goreng serta burger kesukaan ketiga putrinya. Senyumnya mengembang, banyangan ketiga putrinya menyambut ketika ia pulang menjadi pemandangan termanisnya. Apa lagi saat Elis mengomeli ketiga putrinya yang berebut tubuhnya untuk di peluk membuat Arjuna berkaca-kaca, "Sejak tiga bulan lalu mereka tidak memperebutkan aku lagi." Ada sebongkah sesal di hati Arjuna, yang tak bisa ia sembunyikan.
Arjuna memarkirkan mobilnya di halaman rumahnya yang luas ia tidak sabar untuk menemui, istri serta ketiga putrinya.
Banyak kata yang sudah Arjuna susun untuk ungkapan permintaan maaf kepada istrinya.
"Sayang .... Papa pulang."
Arjuna berteriak lantang dengan kedua tangannya yang di penuhi banyak makanan serta sebuket bunga cantik.
"Elis Sayang. Aku pulang." tidak ada sautan sama sekali.
Kemana perginya mereka?
"Rose, Jasmine, Valery Papa pulang." sekali lagi Arjuna berteriak. Tapi tak satupun mereka menghampirinya.
"Nyonya dan nona muda belum pulang Tuan." ujar pelayan.
"Tapi mobilnya sudah ada." Arjuna sempat melihat mobil yang selalu di pakai Elis terparkir di depan.
"Nyonya pergi menggunakan taksi online."
"Apaaaa!!!!"
Tiba-tiba Arjuna di peluk ketakutan. Ancaman Elis semalam terdengar memekik telinganya sekarang.