Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Pov Mia
"Cepetan Mia, jalan nya lelet banget sih kayak keong!" Pembantu sialan itu berkata pada ku.
"Aku laper, aku belum sarapan sejak tadi, tubuh ku lemas. Kamu sih yang maksa aku buat ikut ke pasar!" Aku menjawab perkataan dari babu nya Arin dengan begitu jengkel.
"Ya udah, ayo sarapan dulu. Tuh ada penjual makanan!" Tunjuk nya pada sebuah lapak yang ada di pinggir pasar.
"Ogah banget aku makan di tempat kumuh seperti itu!" Aku menolak untuk makan di tempat itu.
"Pembantu aja belagu banget!" pembantu sialan itu mencibir ku.
"Heh, status kita beda ya. Kamu yang Pembantu, bukan aku. Aku adalah nyonya, aku ini istri nya mas Randi!" Aku menekan kan status ku di hadapan kacung Arin ini.
"Sampai kapan pun gundik seperti mu tidak akan pernah bisa menjadi nyonya, mimpi mu ketinggian!" Perempuan tua menoyor kepala ku.
"Kurang ajar banget sih, kamu mau aku adukan sama mas Randi!" Aku mengancam nya.
"Ha ha ha, adukan saja aku tidak takut. Lagian kan yang bayar aku juga bu Arin bukan pak Randi, pak Randi mah cuma parasit di hidup bu Arin!" dengan berani nya dia menghina suami ku.
"Kurang ajar kau, berani nya kau menghina majikan mu!" Aku semakin kesal dengan ulah nya.
"Udah deh, mau makan apa enggak? kalau gak mau ayo cepetan kita belanja!" dia menarik tangan ku menuju warung pinggir jalan.
Akhir nya karena lapar, akh pun mengikuti langkah nya. Aku memesan satu porsi lontong sayur dan satu gelas teh hangat untuk mengganjal perut ku yang lapar. Setelah selesai makan, aku pun langsung keluar dan aku biar kan Bi Sri yang membayar nya.
"Mau kemana kau? Bayar dulu makanan mu!" Bi Sri mencekal tangan ku.
"Kan bibi yang ajak aku ke pasar, jadi bibi lah yang bayar!" Jawab ku menolak membayar makanan yang tadi aku makan, biar kan saja dia membayar nya sendiri.
"Enak saja kamu bilang, makanan kita bayar masing- masing! Aku ogah bayar makanan mu!" Dia menjawab dengan ketus.
"Gak bisa gitu dong, aku ke sini juga karena bibi yang ajak!" Aku kekeh membayar apa yang sudah aku makan.
"Ya udah kalau gitu, kamu cuci piring di tempat ini buat bayar apa yang kamu makan, aku bisa belanja sendiri!" Ujar nya dengan senyum sinis.
Akhir nya dengan sangat kesal aku membayar sendiri apa yang tadi aku makan, untung saja uang gaji mas Randi yang di berikan Arin waktu itu aku bawa di saku baju ku.
"Ayo cepetan belanja, gak usah buat ulah lagi!" Bi Sri berjalan mendahului aku.
"Orang kaya kok suruh belanja di pasar kumuh seperti ini, orang kaya tu belanja nya di super market!" Cibir ku sambil mengikuti langkah kaki Bi Sri.
"Gak usah belagu deh, kamu aja cuma numpang di rumah nya bu Arin. Masih untung bu Arin mau nampung kamu dan suami benalu kamu itu. Kalau bu Arin usir kalian, kalian akan jadi gembel!" Dia membalas ucapan ku dengan sangat kasar.
Sialan banget sih, pembantu satu ini mulut nya judes banget. Awas saja nanti kalau aku jadi satu - satu nya istri mas Randi, kau akan jadi orang pertama yang aku pecat.
"Bawa ini, jangan cuma diam aja!" Bi Sri memberikan kantong berisi sayuran pada ku.
"Kok cuma beli sayur aja Bi, daging sama yang lain nya mana. Kayak kambing aja makan sayur!" Aku mengejek Bi Sri.
"Emang kamu punya uang buat beli daging sama yang lain nya? gak kan! Lagian ya bu Arin itu punya restoran mewah, dan dia juga jarang makan di rumah. Sayuran ini nanti untuk mu dan juga suami benalu mu itu!" Ujar Bi Sri sambil menyerah kan kresek berisi tempe dan tahu pada ku.
"Aku ogah banget makan makanan ini!" Aku berkata dengan tak kalah sinis.
"Ya udah gak papa kalau kamu gak mau makan, terserah! Yang laper kan nanti nya juga bukan aku, silahkan makan di luar kalau kamu punya uang!" Dia berkata pada ku dengan senyum penuh ejekan.
Memang sialan banget pembantu satu ini, mulut nya begitu Kurang ajar. Padahal aku ini adalah istri majikan nya, dia begitu patuh pada Arin dan begitu ketus pada ku. Kami segera pulang ketika selesai berbelanja dengan mengunakan angkot.
Tubuh ku sangat lelah setelah mencuci dan membereskan rumah, setelah itu aku juga harus kepasar. Aku membaringkan tubuh ku di atas kasur empuk di kamar tamu yang biasa aku tempati bersama mas Randi.
"Banjir, tolong banjir!" Aku berteriak kaget ketika mata ku baru saja terpejam ada air yang membasahi wajah ku.
"Bangun kamu, enak saja tidur di kamar ini. Tempat mu di gudang sana!" Bi Sri menyeret tangan ku untuk bangun dari atas tempat tidur itu.
"Apaan sih? jangan kurang ajar ya kamu. Aku ini istri nya mas Randi dan aku juga berhak tinggal di kamar nya!" Aku tidak terima dia mengusir ku dari sini.
"Keluar kau sekarang!" Dengan kasar pembantu sialan itu menyeret tangan ku keluar dari kamar itu.
"Lepas kan aku, lepas kan!" Aku memberontak dan berusaha melepas kan cekalan tangan nya dari ku.
"Pergi istirahat di gudang, tempat mu hanya di gudang!" Bi Sri mengunci kamar itu dan mengambil kunci nya.
Aku sangat kesal dan aku pun langung pergi ke gudang di mana Arin menempat kan aku. Aku sudah tidak tahan lagi, aku akan mengadukan semua nya pada ibu mertua ku. Aku langsung menelepon ibu mertua ku sambil menangis, lihat saja Arin kau akan dapat kan balasan nya.
"Hallo bu, hu hu hu!" Aku menangis ketika ibu mertua ku menjawab panggilan Video dari ku.
"Ada apa nak? Apa yang terjadi?" Tanya ibu mertua ku dengan lembut.
"Ibu, lihat lah bu. Arin mengusir ku dari rumah dan dia memberikan gudang sebagai tempat tinggal ku!" Adu ku pada ibu mertua sambil memperlihat kan isi gudang tempat di mana aku sekarang.
"Kurang ajar si Arin, di mana dia?" Ibu mertua ku bertanya dengan nada penuh kemarahan.
"Dia tidak ada di sini bu, dia sedang bekerja!" Aku berkata masih sambil menangis dan wajah yang terlihat menyedihkan seperti orang yang tertindas.
"Randi nya di mana sekarang?" Tanya Ibu mertua ku lagi.
"Mas Randi juga sedang berada di sekolah bu, aku sendirian di sini! Arin jahat banget bu, dia bahkan sudah mengambil ponsel nya mas Randi!" Aku mengadukan kelakuan Arin pada ibu mertua ku.
"Tenang lah sayang, nanti ibu akan bicara pada Arin. Kau akan mendapat kan kembali apa yang menjadi milik mu!" Ibu mertua ku berbicara dengan sangat lembut.
"Bu, ibu sudah janji pada ku bahwa aku akan mendapat kan hak - hak ku sepenuh nya sebagai istri mas Randi, Tapi apa yang aku dapat kan di sini, aku akan adukan semua nya pada ayah ku nanti!" Aku mengancam ibu mertua ku.
"Jangan sayang, jangan nak. Ibu akan paksa Arin untuk memberikan apa yang menjadi milik mu! Kamu tenang saja!" Ibu mertua ku tampak sangat takut dengan ancaman ku.
"Ya udah Bu, aku tunggu. Aku tidak mau lagi tinggal di gudang ini!" Aku pun memutuskan sambungan telepon dengan ibu mertua ku.
Aku tersenyum puas, aku akan menjadi nyonya di rumah ini. Ibu mertua ku pasti akan mewujudkan semua impian ku. Ibu mertua ku punya hutang yang cukup besar pada ayah ku, jadi dia pasti takut dengan ancaman ku. Rumah nya bisa di sita oleh ayah ku jika dia tidak menuruti keinginan ku. Mas Randi adalah mantan pacar ku saat sekolah dulu, Jadi aku setuju saat dia meminta ku untuk menjadi istri kedua nya, karena aku juga masih sangat mencintai mas Randi.