Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Aku sedang fokus memeriksa laporan keuangan restoran ini selama satu minggu terakhir, tiba- tiba ponsel ku berdering. Aku melihat siapa yang menelepon ku, dan ternyata Gita, anak nya Tante Nadin.
"Hallo Git!" Aku langsung menyapa adik sepupu ku.
"Hallo mbak, mbak Arin apa kabar nya?" Gita menanyakan kabar ku.
"Alhamdulillah, mbak baik - baik aja. Tumben kamu telepon mbak, biasanya kamu sibuk banget sampe gak punya waktu buat mbak!" Aku berkata sambil tersenyum.
"Ya elah, mbak jahat banget. Masa gak bilang - bilang sama aku kalau sekarang mbak punya saingan!" Gerutu Gita di seberang sana.
"Oh, masalah itu. Mbak sibuk banget Git, jadi mbak belum sempat cerita sama kamu!" Aku berkata pada Gita, aku tahu maksud Gita di sini masalah mas Randi yang menikah lagi.
"Mbak malam ini aku mau nginep di rumah mbak ya, kasih aku kesempatan dong buat kasih pelajaran sama jalang itu dan juga suami mbak!" Ujar Gita dengan semangat dari seberang sana.
"Boleh, kalau kamu mau nginep di rumah mbak. Kamu tunggu aja di rumah, nanti Mbak jemput setelah pulang dari restoran. Mbak sekarang sedang ada di restoran!" Aku memberi tahu posisi ku sekarang pada Gita.
"Ya udah deh, mbak pasti lagi sibuk ya. Aku tunggu mbak di rumah ya!" Tanpa salam dan basa basi Gita langsung memutuskan sambungan telepon dengan ku.
Aku hanya bisa geleng - geleng kepala dengan tingkah adik sepupu ku itu, Gita jika bicara ceplas Ceplos. Gita juga sangat bar - bar, aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan terhadap Mia dan Mas Randi nanti. Yang pasti Gita pasti akan melakukan sesuatu pada mas Randi dan juga Mia.
Aku melanjutkan pekerjaan ku memeriksa laporan keuangan rumah makan peninggalan kedua orang tua ku, setelah selesai sholat ashar aku segera pulang ke rumah tante Nadin untuk menjemput Gita.
"Udah dateng aja mbak, kirain mbak belum datang!" Gita langsung menyambut ku dengan antusias saat aku tiba di rumah nya.
"Udah gak ada kerjaan lagi, jadi mbak langsung ke sini aja!" Jawab ku sambil menjatuhkan pantat ku di sofa ruang tamu.
"Ayo mbak, buruan kita pulang ke rumah mbak. Udah gak sabar pengen ketemu sama madu nya mbak!" Ujar Gita sambil tertawa.
"Tapi Tante Nadin nya mana? Emang gak nungguin Tante Nadin dulu?" Aku bertanya pada Gita.
"Mama masih ada kerjaan mbak, Mama udah tahu kok kalau aku mau nginep di rumah mbak!" Gita berkata dengan semangat yang tinggi.
"Ya udah ayuk!" Aku dan Gita langung pulang ke rumah.
Aku tahu bahwa Mas Randi dan juga Mia pulang ke rumah setelah lewat waktu dzuhur, jangan di tanya aku tahu dari mana. Jelas aku tahu dari kamera pengawas yang sudah aku pasang secara diam, selain itu aku juga dapat laporan dari Bi Sri, asisten rumah tangga ku.
Ketika aku tiba di rumah, Bi Sri sudah pulang. Aku melihat Mia dan mas Randi sedang santai di ruang keluarga dengan televisi yang masih menyala di hadapan mereka. Remahan cemilan beserta bungkus nya berserakan di atas meja dan juga lantai, mereka berdua tampak tidak terganggu dengan keadaan yang berantakan di sekitar mereka.
"Wah, gundik nya mas Randi jorok juga ya!" Ujar Gita secara tiba - tiba.
Mas Randi tampak terkejut melihat kehadiran ku dan juga Gita secara tiba - tiba. Sementara Mia dia tampak santai dan cuek melihat kehadiran kami. Mia bersikap seolah dia adalah tuan rumah dan kami adalah tamu di sini.
"Arin, Gita kapan kalian datang?" Tanya Mas Randi dengan gugup.
Aku tidak menjawab pertanyaan Mas Randi, sementara Gita langung duduk di sofa yang agak jauh dari mereka. Aku mengambil gelas berisi minuman dingin yang ada di atas meja, dan Byuuuurrrr. Aku menyiram kan minuman tersebut tepat di wajah Mia.
"Arin, apa - apaan kamu!" Teriak Mia dengan lantang karena wajah dan juga baju nya basah oleh minuman berwarna merah tersebut.
"Enak - enakan makan dan minum di rumah ku dan mengotori nya, sepeti tuan rumah saja!" Aku berkata dengan sinis.
"Cukup Arin, aku adalah istri nya mas Randi juga. Aku punya hak yang sama dengan mu di rumah ini. Kau tidak bisa semena - mena pada ku!" Mia berkata dengan sangat berani.
"Mia!" Mas Randi menegur Mia yang sudah berani bicara lantang di hadapan ku.
"Cukup mas, jangan bela wanita ini lagi. Aku tidak mau kita di injak oleh wanita ini!" Mia berkata sambil mengarah kan telunjuk nya di wajah ku.
"Berani nya kau bicara lantang di hadapan pemilik rumah ini!" Gita mencengkram rambut Mia hingga kepala nya terdongak ke atas.
"Lepas kan aku, siapa kau berani menyentuh ku!" Mia tampak meringis kesakitan.
Sementara Gita semakin kuat mencengkram rambut Mia.
"Git, lepas kan Mia Git, tolong lepas kan!" Mas Randi memohon pada Gita agar mau melepas kan Mia.
"Di sini kau hanyalah seorang gundik, bukan siapa- siapa. Jadi jangan berani bicara kasar pada Kakak ku, dia adalah pemilik rumah ini. Suami mu hanyalah laki - laki mokondo!" Gita berkata tepat di telinga Mia.
"Arin, maaf kan Mia. Aku pastikan Mia akan memberes kan semua nya, aku mohon Rin, lepas kan!" Mas Randi malah memohon pada ku agar Gita mau melepas kan Mia.
Gita mendorong kepala Mia hingga dia jatuh tersungkur, Mia belum tahu seperti apa bar - bar nya adik sepupu ku itu.
"Berani kau bicara kasar pada Kakak ku, aku akan membuat mu menyesal, camkan itu!" Ancam Gita dengan geram.
"Mas, jangan diam saja. Kamu harus melawan mereka!" Mia tampak kesal karena mas Randi tidak mampu membela nya di hadapan kami.
"Mia, sudah lah. Sekarang bereskan semua nya. Ayo mas bantu kamu!" Mas Randi membantu Mia untuk berdiri.
"Mas, ayo dong lawan mereka, mereka udah berani berbuat kasar pada ku!" Mia merengek pada mas Randi.
Gita mengambil snack yang masih tersisa lalu dengan kasar Gita menyumpal mulut Mia dengan snack itu.
"Jalang tidak tahu diri seperti mu harus di kasih pelajaran!" Gita berkata lagi sambil memasuk kan snack itu secara paksa ke dalam mulut Mia.
"Kurang ajar kau, berani nya kau!" Teriak Mia.
Dengan cepat mas Randi menarik tubuh Mia agar tidak menjadi sasaran empuk Gita, snack itu mengotori wajah Gita seperti anak kecil yang habis makan belepotan.
"Mia, cepat beres kan semua ini, jangan membantah!" Mas Randi memberi kode pada Mia lewat tatapan mata nya.
Aku hanya tersenyum melihat nya, aku tahu mas Randi takut Mia akan di sakiti oleh aku dan Gita. Mas Randi ingin melindungi Mia dari Gita, tapi dia tidak punya kekuatan di rumah ini.
"Beres kan semua ini, atau kau akan tinggal di jalan mulai malam ini. Ingat Mia, bagi ku kau hanyalah babu di rumah ku. Jadi jika kau membantah perintah ku, maka ucapan ku akan terbukti!" Aku berkata setelah aku melihat drama kedua nya.
"Kamu tenang saja Rin, aku pastikan Mia akan memberes kan semua nya. Aku janji Rin!" Mas Randi berkata dengan cepat.
"Ayo Mia, kita bereskan sekarang juga!" Mas Randi langsung menarik tangan Mia kebelakang. Dengan sangat terpaksa Mia mengikuti langkah Mas Randi.
Tidak lama kemudian Mia kembali keruang keluarga membawa sapu dan juga perlatan kebersihan yang lain nya. Dia mulai membereskan semua kekacauan yang dia buat dengan di bantu oleh mas Randi. Aku dan Gita melihat nya dengan senyum puas.
Aku berjalan melewati mereka berdua dan di ikuti oleh Gita, tapi Gita dengan sengaja menendang ember berisi air yang akan mereka gunakan untuk mengepel lantai.
"Ups, maaf aku tidak sengaja!" Ujar Gita sambil menutup mulut nya pura - pura tidak sengaja.
Gita berlalu dari hadapan mereka yang menampakkan wajah kesal. Gita tersenyum puas karena berhasil membuat pekerjaan mereka bertambah, sementara Mia jangan di tanya lagi, Dia tampak sangat marah dan juga kesal.