Arga, menyandang gelar casanova dingin yang tidak suka terikat hubungan, apalagi pernikahan. Maka diusianya yang sudah matang belum juga menikah.
Namun, kematian Sakti membuat dia harus menikahi Marsha. Wanita yang sedang mengandung benih milik sang adik.
Menikahi wanita yang tidak dia cintai, tidak mengubah kelakuan Arga yang seorang casanova suka bersenang-senang dengan para wanita.
Kebaikan, perhatian, dan keceriaan Marsha mengubah Arga secara perlahan sampai dia merasa tidak tertarik dengan para wanita diluar sana.
Namun, semua berakhir saat Valerie bangun dari koma panjang. Arga lebih mementingkan sang kekasih dari pada Marsha yang sedang hamil besar.
Arga merasakan penyesalan saat Marsha mengalami koma setelah melahirkan. Ketika sadar sang istri pun berubah menjadi sosok yang lain. Tanpa Arga duga Marsha kabur membawa Alva, bayi yang selama ini dia besarkan.
Akankah Arga bisa mendapatkan Marsha dan Alva kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Keusilan Marsha
Bab 11
"Apa Kak Arga akan menginap lagi di sana?" tanya Marsha dengan lirih.
"Ya. Maafkan aku Marsha tidak bisa mengajak kamu ke sana, karena ibu hamil tidak baik lama-lama tinggal di rumah sakit. Tempat banyak virus dan penyakit," jawab Arga dengan merasa bersalah.
'Siapa juga yang mau ikut ke rumah sakit. Aku hanya bertanya apa dia akan menginap seperti semalam atau tidak,' batin Marsha.
"Kalau begitu aku akan sendirian di sini malam ini. Apa aku boleh ajak orang lain untuk menginap di sini menemani aku?" balas Marsha dengan tersenyum kecut.
"Maksud kamu apa? Kamu akan mengundang laki-laki ke sini!" bentak Arga.
Terlihat ada roman tidak suka pada raut wajah Arga. Namun, Marsha mengabaikan hal itu, pura-pura tidak peduli. Lagian dirinya mana berani mengundang seorang pria ke rumah malam-malam.
"Aku juga ingin ada teman. Semalam saja aku tidak bisa tidur karena banyak suara-suara aneh di sini," ujar Marsha.
Wanita itu menahan tawanya karena tidak menyangka dengan reaksi Arga. Entah kenapa Marsha jadi suka usil kepada laki-laki ini. Mungkin untuk membalas segala kelakuan dan perbuatannya. Doa saja tidak cukup untuk mengubah suaminya, tetapi harus dengan tindakan juga.
'Enak banget kamu bisa menjaga wanita itu, sedangkan aku yang sekarang menjadi tanggung jawab kamu dibiarkan begitu saja sendirian,' batin Marsha.
Arga mengerutkan kening karena selama ini dia tidak pernah mendengar suara-suara seperti itu. Baik siang maupun malam, saat sendiri atau ada orang lain.
"Memang suara apa yang kamu dengar?" tanya Arga penasaran.
Marsha tidak menyangka kalau ucapan yang merupakan lelucon tadi dianggap serius oleh Arga. Sudah kepalang tanggung sekali saja lanjutkan keusilan dia. Toh, laki-laki ini belum tentu akan percaya juga.
"Ya, seperti ada yang bilang, "Pulanglah", dengan suara lirih, begitu. Apa maksudnya aku disuruh pulang kampung? Atau jangan-jangan penghuni di sini meminta Kak Arga untuk pulang?" jawab Marsha dengan mimik wajah serius.
Mendengar ucapan Marsha barusan Arga menjadi merinding. Dia berpikir kalau penghuni di apartemennya ingin pemiliknya jangan pergi dari sini atau tidak boleh menginap di luar.
"I–tu, beneran?" tanya Arga masih kurang yakin akan cerita Marsha.
"Mungkin penunggu di sini suka sama Kakak. Jadi, dia cemburu kalau Kak Arga menginap di luar. Hati-hati, loh! Nanti bisa-bisa dia mencari keberadaan Kakak di luar sana," jawab Marsha.
Ada rasa senang yang dirasakan oleh Marsha saat ini. Melihat ekspresi wajah Arga yang sedikit pucat seperti ketakutan seperti ini. Wanita itu melihat ke arah jam dinding masih ada waktu untuk melanjutkan drama usilnya.
"Kayaknya Kakak jarang sholat dan mengaji, ya? Makanya setan suka tinggal di sini," ucap Marsha langsung menohok hati Arga.
Mau tidak mau Arga harus membenarkan ucapan Marsha. Terakhir kali dia sholat di apartemennya ini entah kapan. Dia juga kalau pulang kampung sholat hanya saat diajak oleh ayahnya ke masjid.
"Ya, nanti aku usahakan untuk pulang. Kamu jangan punya pikiran untuk pulang kampung. Apa kata orang di sana kalau melihat kamu pulang sendiri," kata Arga.
Entah sejak kapan dia merasa nyaman saat bicara dengan Marsha. Padahal dia tipe orang yang jarang bicara banyak dengan wanita. Mungkin karena mereka sudah mengenal sejak kecil dan pernah tergabung banyak kegiatan saat mereka remaja di kampung.
"Kalau sampai malam ini Kak Arga tidak pulang lagi, aku akan pulang kampung saja. Di sana ada ayah, ibu, dan kedua mertua yang akan menjaga aku. Kalau omongan orang aku tidak peduli, tinggal bilang saja sedang ngidam. Maka semua beres. Paling kedua orang tuaku dan kedua orang tua Kak Arga yang akan mengomeli Kakak," ujar Marsha dengan santai.
Wanita itu berpikir kalau mau mengubah tabiat Arga jangan secara terang-terangan. Harga dirinya yang tinggi tidak akan suka saat ada orang lain yang menasehatinya secara frontal atau keras.
Arga terdiam dan membenarkan ucapan Marsha. Jika sampai itu terjadi, maka dirinya yang akan mengalami kesulitan nanti. Sementara itu, dia orang yang kurang sabaran jika ada banyak orang yang menyudutkan dirinya.
***
Arga datang menjenguk Valerie kembali. Sama seperti hari kemarin, dia berbicara akan kenangan indah di masa lalu. Saat kisah cinta yang sering membuat orang-orang iri kepada mereka. Kemesraan yang selalu keduanya lakukan di mana pun dan kapanpun. Mereka memang pasangan romantis dan selalu kompak.
"Baby, apa kamu tidak ingin kembali merasakan masa-masa indah seperti dulu lagi?" Arga mencium jemari tangan Valerie.
"Jika kamu sudah sadar, aku akan mengajak kamu jalan-jalan ke mana pun kamu ingin pergi," lanjut Arga. Kini laki-laki itu membelai pipi tirus milik sang kekasih.
Malam semakin larut dan Arga masih betah duduk di sana. Selama ini dia memendam rindu kepada kekasihnya ini. Kedua orang tua Valerie melarang menjenguknya. Ibu wanita ini sudah meninggal empat tahun yang lalu. Hal ini diduga karena kelelahan karena mengurus Valerie dan juga kesedihan yang mendalam melihat keadaan putri kesayangannya berbaring seperti ini. Sementara itu, ayahnya Valerie baru meninggal sekitar enam bulan yang lalu karena penyakit jantung koroner. Jadi, baru sekarang dia bisa menjenguknya.
Alarm berbunyi dan Arga langsung terperanjat. Betapa terkejutnya dia saat melihat jam menunjukkan pukul 06:00. Semalam dia tidak sadar sudah tertidur. Lalu, dia segera pulang ke apartemennya.
Ada yang berbeda saat Arga masuk ke apartemen. Tidak tercium wangi masakan dan suasana sangat sepi. Dia pun menelusuri ruangan di sana. Marsha tidak ada di dapur. Lalu, dia pun mengetuk pintu kamar wanita itu, tetapi tidak ada sahutan dari dalam.
"Marsha, apa kamu belum bangun?" Arga bertanya setelah beberapa kali mengetuk.
Takut terjadi sesuatu kepada Marsha, Arga pun membuka paksa pintu kamar. Namun, sang istri tidak ada di sana. Dia mengira kalau wanita itu sedang mandi, tetapi saat dilihat tempat itu kosong tidak ada siapa-siapa.
"Marsha pergi ke mana?" Arga bergumam sambil mencoba menghubunginya.
Panggilan dia tidak tersambung. Nomer milik Marsha tidak aktif. Mau menanyakan kepada orang lain, tidak tahu harus menghubungi siapa, karena Marsha tidak punya saudara yang bisa dihubungi olehnya. Teman, tidak ada satu pun nomer kenalan sang istri yang dia punya.
Arga kemudian teringat akan ucapan Marsha kemarin sore. Laki-laki itu menjambak rambut karena kesal.
"Dia tidak beneran pulang ke kampung, 'kan?" Arga bermonolog sambil mondar-mandir.
***
Ke mana perginya Marsha? Apakah benar dia pulang kampung? Ikuti terus kisah mereka, ya!