Tak kunjung garis dua, Inara terpaksa merelakan sang Suami untuk menikah lagi. Selain usia pernikahan yang sudah lima tahun, ibu mertuanya juga tak henti mendesak. Beliau menginginkan seorang pewaris.
Bahtera pun berlayar dengan dua ratu di dalamnya. Entah mengapa, Inara tak ingin keluar dari kapal terlepas dari segala kesakitan yang dirasakan. Hanya sebuah keyakinan yang menjadi penopang dan balasan akhirat yang mungkin bisa menjadi harapan.
Inara percaya, semua akan indah pada waktunya, entah di dunia atau di akhirat kelak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Oktafiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Tiba waktunya bersama
Sesampainya di kamar, Arjuna melepas belitan tangan Nadya yang melingkar di lengannya. Arjuna ke kamar mandi hanya untuk mencuci tangan. Sehingga, dia mendengar pembicaraan antara Nara dan Nadya.
Sambil berkacak pinggang, Arjuna menatap Nadya kesal. "Tidak seharusnya kamu bersikap seperti itu kepada Nara. Bukankah sudah aku katakan jangan memusuhi dia sebagai mana keluargaku melakukannya?"
Mata Nadya terbelalak lebar. Bagaimana Arjuna bisa tahu? "Mas menguping?" tanya Nadya bagai sudah tertangkap basah.
Helaan napas kasar pun terdengar dari Arjuna. "Aku tidak menguping. Hanya kebetulan saja mendengar."
"Mbak Nara yang memulai lebih dulu, Mas. Aku hanya membalas apa yang Mbak Nara lakukan," jawab Nadya mencoba mencari pembelaan diri.
Arjuna menatap Nadya penuh intimidasi. "Yakin? Jika Nara yang memulai lebih dulu? Kamu mau jujur atau bagaimana? Aku mendengar semuanya loh," desaknya ingin Nadya bertanggung jawab atas perbuatan yang sudah dilakukan.
Nadya terdiam dengan kepala yang menunduk. Nadya akui jika dia yang memulai lebih dulu dengan mencekal lengan Nara. Jika dirinya tidak melakukan hal tersebut, pertengkaran mungkin tidak akan terjadi.
"Duduk dulu," titah Arjuna lalu menggandeng lengan Nara untuk duduk di sisi ranjang.
Sebagai seorang suami, Arjuna berkewajiban mendidik istri dan anak-anaknya kelak. Dia tidak ingin Nara maupun Nadya terjerumus dalam rasa dendam yang hanya berujung menyesatkan.
"Aku hanya cemburu, Mas." Pada akhirnya Nadya mengakui kesalahannya.
"Kamu tahu kan, jika aku sudah mencintai Mas sejak kecil. Tetapi, cinta itu tidak pernah terbalas. Kini, ketika Mas sudah menjadi suamiku, bukankah aku berhak menjaga apa yang seharusnya menjadi hakku?" Nadya mencurahkan apa yang kini mengganjal di hatinya.
"Aku tahu. Tapi tolong, hargai perasaan Nara. Dia sedang dalam masa dipaksa menerima keadaan. Jangan pernah berkata buruk tentang dia dan melukai perasaannya. Sejatinya, dia tidak pernah menjelekkan namamu ketika sedang bersamaku. Dia tidak ingin terlihat baik dengan cara menjelekkan orang lain. Nara tidak seperti itu." Arjuna memohon pengertian kepada Nadya.
Kepala Nadya semakin tertunduk dalam. "Maafkan aku, Mas. Aku salah karena sudah melukai perasaan Mbak Nara," sesal Nadya pada akhirnya.
Arjuna menghembuskan napasnya pelan. "Minta maaflah kepada Nara. Bukan padaku karena Nara lah yang hatinya telah kamu sakiti."
Nadya mengangguk patuh. "Besok aku akan meminta maaf kepada Mbak Nara Mas. Terima kasih karena Mas bersedia menasehati aku," ucap Nadya merasa bahagia karena Arjuna masih peduli terhadap dirinya.
"Sudah kewajiban aku mendidik kamu dan Nara. Tolong, bantu aku untuk menjadi suami yang adil," ucap Arjuna lagi sambil menyentuh jemari Nadya.
Baru diperlakukan seperti itu saja membuat pipi Nadya merona. Harusnya, Nadya tidak perlu meragukan keadilan seorang Arjuna Bagaskara.
"Aku akan membersihkan diri dulu ke kamar mandi ya, Mas," pamit Nadya yang sudah tidak tahan merasakan panas di pipinya. Dia terlalu salah tingkah hanya karena disentuh jemarinya.
Sepeninggalan Nadya, Arjuna mengeluarkan ponsel yang berada di saku celana. Dia mengetikkan sebuah kalimat untuk dikirim pada Nara. Istri cantiknya itu pasti sedang salah paham dan mulai berpikir yang macam-macam.
mengingat hal tersebut, Arjuna menghela napas lelah.
Pagi kembali menjelang. Nara susah terbangun pukul empat untuk ber siap-siap melakukan sholat subuh. Semalam, Nara tidak bisa tidur akibat memikirkan ucapan Nadya serta ditinggal begitu saja oleh Arjuna.
Sakit hati masih Nara rasakan untuk dua orang tersebut.
Sambil menunggu azan berkumandang, Nara berminat untuk mengecek ponsel yang sejak semalam tergeletak bagai tak berguna. Hingga layarnya menyala, Nara langsung melihat pop up pesan yang di kirim oleh suaminya.
Mas Arjunaku:
Jangan salah paham. Mas sudah mendengar pembicaraan di antara kalian. Mas hanya ingin menyelamatkan kamu dari bicara yang hanya akan menyakiti perasaan orang lain.
Jangan kunci pintunya besok pagi. Mas akan sholat subuh berjamaah bersama kamu:-*
Hanya membaca pesan yang dikirim oleh Arjuna, nyatanya mampu membuat kedua sudut bibir Nara tertarik saling berlawanan. Perasaan Nara langsung menghangat.
Masih tenggelam dalam euforia, pintu kamarnya terbuka. Untuk pertama kalinya Nara mensyukuri telah lupa mengunci pintu kamar. Jadi, dia tidak perlu beranjak untuk membuka pintu.
Arjuna muncul dengan muka bantalnya. Mungkin, suaminya itu baru bangun. "Sudah bangun? Mas wudhu dulu ya," pamit Arjuna yang segera mendapat anggukan dari Nara.
Yang membuat Nara bingung, apakah suaminya itu tidak mandi? Apakah semalam Nadya dan suaminya tidak...
Nara segera menggeleng ketika pikiran yang tidak-tidak hinggap di kepala. Suaminya itu tentu tahu tentang syarat sah sholat. Salah satunya adalah suci dari hadas dan najis. Tidak berapa lama, Arjuna muncul dengan wajah yang lebih segar.
"Kita mulai sekarang saja ya? Mumpung azan baru selesai dikumandangkan," ucap Arjuna yang sudah menggelar sajadah tepat satu shaft di depan Nara.
"Iya, Mas. Jangan menunda terlalu lama."
Setelah itu, Nara dan Arjuna kembali menjalankan sholat berjamaah setelah satu minggu tidak melakukannya. Nara bahagia. Sampai tidak terasa ketika sholatnya selesai, pipinya terasa basah karena air mata.
Arjuna yang melihat itu, jelas terkejut. "Kamu kenapa, Sayang?" tanyanya khawatir yang segera mendapat gelengan kepala dari Nara.
"Aku rindu sholat berjamaah seperti ini. Rasanya sudah lama kita tidak melakukannya. Padahal, baru seminggu saja," racau Nara yang semakin terisak.
Arjuna terkekeh lalu memeluk sang Istri tercinta. "Maafkan Mas, Sayang. Maaf karena tidak bisa selalu bersama kamu."
Arjuna pun melabuhkan kecupan di kening Nara bertubi-tubi. Dia juga sama rindunya dengan Nara. "Mas juga merindukan kamu. Mas ingin satu minggu ini kita lalui bersama-sama dari pagi, siang, sore, hingga malam tiba," ucap Arjuna tergambar jelas kegembiraan di matanya.
Nara mendongak menatap mata suaminya. Tatapan Arjuna masih sama. Menyejukkan dan penuh cinta. "Benar. Aku ingin satu minggu ini dilalui dengan indah," jawab Nara sama antusiasnya.
Waktu berjalan. Sarapan bersama harus kembali terulang. Karena pagi itu Arjuna sudah bersama Nara, maka kali ini Nara dan Arjuna yang akan mendatangi kamar Nadya.
"Nadya! Ayo sarapan bersama," ucap Arjuna setelah membuka pintu kamar milik Nadya.
Tanpa diduga, Nadya baru saja bangun tidur. Rambutnya masih acak-acakan lengkap dengan muka bantalnya. "Jam berapa ini, Mas? Kenapa tidak membangunkan aku?" tanya Nadya yang belum membuka mata sepenuhnya.
"Nadya! Bangun, Nad. Kamu tidak sholat subuh?" tanya Nara yang berhasil membuat mata Nadya terbuka sempurna. Nadya tampak terkejut melihat Nara ada di depan kamarnya.
"Kenapa Mbak Nara ada di sini?" tanyanya heran.
"Bangun, Nad. Sholat subuh dulu walau terlambat," pinta Arjuna yang sudah melenggang masuk demi menarik selimut yang masih menutupi tubuh istri keduanya.
Entah mengapa, Nara tidak lagi marah dengan Nadya, terlepas dari apa yang sudah dilakukan perempuan itu. Nara harus terbiasa menganggap angin lalu setiap kalimat yang hanya akan membuat kondisi mentalnya buruk.
Kita tidak bisa mengontrol seseorang untuk tidak berucap hal yang menyakitkan. Tetapi, kita bisa mengontrol pikiran dan hati kita untuk tidak terpengaruh dengan ucapan yang tidak penting.
"Baik. Aku akan menyusul sebentar lagi," jawab Nadya sambil berusaha menghindari tatapan Nara.
Nara pun menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah Nadya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Mampir juga kesini yuk 👇👇...