NovelToon NovelToon
Tentang Dia

Tentang Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Cintapertama
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lissaju Liantie

Rumah tangga yang telah aku bangun selama dua tahun dengan penuh perjuangan, mulai dari restu dan segala aspek lainnya dan pada akhirnya runtuh dalam sekejap mata. Aku yang salah atau mungkin dia yang terlalu labil dalam menyelesaikan prahara ini? berjuang kembali? bagaimana mungkin hubungan yang telah putus terbina ulang dalam penuh kasih. Berpaling? aku tidak mampu, segalanya telah habis di dia. Lalu aku harus bagaimana? menerima yang datang dengan penuh ketulusan atau kembali dalam rasa yang setengah mati ini? aku hancur dalam cintanya, segala hal tentang dia membuat aku hancur berantakan...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lissaju Liantie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab_015 Talia

"Apa yang terjadi? Cerita sama abang!" Pinta Anand saat ia menyadari tangisan pilu sang adik tersayang.

Arman berusaha sekuat tenaga untuk menahan namun ia tak kuasa, isak tangisnya lepas tak terkendali, ia terlihat terluka terlalu dalam.

"Apa ada yang tidak abang tau tentang kamu?" Tanya Anand lalu perlahan meyentuh kepala Arman.

"Ini bukan saatnya membahas masalah aku, masalah abang jauh lebih penting! Apa yang sebenarnya abang sembunyikan dari kami semua, kenapa memutuskan untuk bercerai?"

"Abang tidak bisa menyempurnakan bahagianya, jika abang terus berlaku egois dan mengekangnya disisi abang, abang takut, abang takut membuat dia terluka. Abang melakukan semua ini karena abang ingin melihatnya bahagia." Jelas Anand.

"Jelaskan semuanya pada bunda dan papa, biar mereka tidak salah paham, agar mereka tidak membenci abang karena melepaskan menantu kesayangan mereka dari keluarga kita. Ayo pulang..."

"Tidak Arman, tidak segampang itu, abang tidak masalah jika mereka membenci dan marah pada abang, abang benar-benar belum bisa menjelaskan semuanya pada bunda, abang takut."

"Tiga bulan yang lalu, aku memilih putus dari Celin, aku tidak bisa merebutnya dari Tuhan yang dia percayai! Aku tidak bisa memaksa dia untuk ikut pada keyakinan kita, dan aku juga tidak bisa ikut dalam agamanya, hingga akhirnya kami sepakat untuk mengakhiri hubungan kami. Aku sangat mencintanya namun aku tidak bisa menjadikan dia sebagai makmum ku. Tujuan dan alur hidup kita berbeda." Jelas Arman.

Penjelasan Arman membuat Anand segera membawa tubuh lemah sang adik ke dalam dekapan eratnya.

"Kamu hebat, Ar! Abang bangga dengan keputusan yang kamu buat."

"Abang jauh lebih hebat! Meski aku tidak tau persis apa alasan dibalik semua ini tapi aku percaya kalau abang telah memikirkannya dengan sangat matang dan hal yang abang prioritaskan adalah kak Ria. Abang lelaki keren!" Arman mengeratkan kedua tangannya pada punggung lebar milik Anand.

~~

"Apa yang sedang kalian lakukan disini? Apa kalian menyerang Anand?" Tanya Zhain yang baru tiba di area parkir dan mendapati sosok sang istri bersama kedua sahabatnya yang sedang duduk diatas beton pembatas parkir.

Ketiganya duduk dengan tatapan kosong, mata yang menunduk menatap ubin lantai, hanya terdiam tanpa ada yang berbicara satu orang pun. Kedatangan Zhain membuat ketiga wanita itu serentak menoleh kearah Zhain lalu kembali menunduk di waktu yang bersamaan.

"Apa kami terlihat seperti monster yang akan menelan sahabat mu itu!" Cetus Putri kesal.

"Jika saja bisa, aku sudah menerkamnya hidup-hidup!" Gumam Jinan.

"Aku tidak ingin lagi berurusan dengannya, aku akan menjaga jarak dari lelaki yang tak punya hati itu." Tegas Deria.

"Kalian bertiga terlihat begitu mengerikan saat ini, jika ada yang lewat, orang-orang pasti akan beranggapan bahwa aku menjadi rebutan kalian." Jelas Zhain lalu tertawa puas namun tawa Zhain sama sekali tidak mengusik ketiganya.

"Berhenti membuat aku takut, ayo pulang!" Ajak Zhain setelah menghentikan tawanya, karena dia hanya tertawa seorang diri hingga membuat ia merasa canggung.

"Ria, ayo ikut ke rumah mama!" Ajak Putri.

"Aku, hmmmm baiklah!" Jawab Deria pasrah.

"Bagaimana dengan mu, Jinan? Mau ikut bersama kami atau pulang?" Tanya Putri.

"Aku harus balik ke kantor, masih ada kerjaan yang belum sempat aku selesaikan. Tolong jaga Ria, aku pamit!" Jelas Jinan dan segera masuk ke dalam mobilnya.

"Siaaaal!" Gumam Jinan dengan memukul stir mobil kasar lalu segera pergi dari sana.

"Ayo pulang, Talia pasti nungguin kita di rumah!" Ajak Zhain.

"Ayo, Ria." Ajak Putri dengan senyuman lalu ketiganya segera masuk ke dalam mobil dan meninggalkan area rumah sakit, mobil terus melaju menuju rumah orang tua Zhain untuk menjemput Talian.

~~

"Talia...." Panggil Deria dengan senyuman dan segera berlari menghampiri Talia yang sedang bermain di ruang keluarga.

Setelah keluar dari mobil, Deria tidak lagi peduli pada Putri dan Zhain, dia segera berlari memasuki rumah untuk mencari keberadaan Talia yang begitu dia rindui karena sudah hampir dua minggu mereka tidak bertemu.

"Umma..." Panggil Talia dengan wajah penuh kesenangan, ia bahkan meninggalkan mainannya begitu saja lalu segera berlari menghampiri Deria.

"Rinduuuuu!" Ujar Deria manja dan segera berjongkok untuk mensejajarkan tinggi mereka,  lalu secepat kilat membawa tubuh mungil tersebut kedalam pelukan hangatnya.

"Kenapa umma balu datang? Talia rinduuuu syekali sama umma!" Jelas Talia tanpa melepaskan pelukannya.

"Ria..." Ujar Rumana yang tak lain adalah mamanya Zhain.

"Mama..." Ujar Deria lalu mencoba melepaskan pelukannya agar bisa bersalaman dengan Rumana namun sayang Talia tidak membiarkan itu terjadi.

"Umma milik Talia, nenek nggak boleh ambil!" Tegas Talia dengan wajah ketus.

"Tuh kan, kalau mereka ketemu kita semua berasa numpang disini, nggak kelihatan keberadaan kita sama mereka." Ujar Putri saat melihat pemandangan di ruang keluarga tersebut.

Penjelasan Putri sontak membuat Rumana tertawa.

"Biarin aja sayang, mereka lagi melepas rindu." Jelas Rumana.

"Mama juga di pihak mereka." Ujar Putri.

"Mama di pihak semuanya, sayang!" Jelas Rumana lalu mengusap lembut jilbab hitam yang membalut kepala Putri.

"Ayo ma kita makan, biarin aja mereka berdua, nggak usah diajak!" Cetus Putri lalu melangkah menuju ruang makan bersama Rumana.

"Sebenarnya yang paling tidak terlihat dan tak dianggap adalah aku disini, huuuuuf!" Ujar Zhain menghela napas kasar melihat tidak ada siapapun yang menyambut kepulangannya.

Talia yang langsung asyik bermanja pada Deria dan Putri yang merampas perhatian sang mama, Zhain di tinggalkan begitu saja oleh mereka semua.

Sejenak menatap kearah putri yang membawa Rumana bersamanya, lalu pandangannya teralihkan pada Talia dan Deria yang asyik bermain sambil tertawa bahagia.

"Huuuuf, sabar Zhain, kamu harus banyak-banyak sabar dengan keempat wanita ini!" Ujar Zhain pada dirinya sendiri dengan mata yang larut dalam kebersamaan Deria dengan Talian.

~~

'Bruuuuuuk'

Tabrakan yang tak terelakkan pun terjadi tepat di tangga rumah sekolah SMA dimana Deria dan teman-temannya menuntut ilmu selama ini. Zhain yang tiba-tiba bangun dari duduknya diatas anak tangga seketika menabrak Deria yang berlarian menaiki tangga menuju atap sekolah tersebut.

"Auwwwww!" Jerit Deria dengan nada kesal.

"Sorry!" Pinta Zhain yang segera membantu Deria untuk berdiri.

"Zhain..." Ujar Deria saat melihat wajah siswa yang sedang membantunya berdiri.

"Ria..." Ujar Zhain yang segera berusaha membuang wajahnya dari tatapan Deria.

"Kamu nangis? Apa ini ulah Anand?" Tanya Deria dengan tangan yang langsung memegang wajah Zhain.

"Siapa yang nangis sih! Jangan ngaco deh!"

"Ciiiih! Bahkan orang tuli pun bisa lihat kalau kamu habis nangis!"

"Ya karena dia tuli bukan buta!"

"Nah, berarti iya dong kamu habis nangis, kamu sendiri yang mengiyakannya tanpa sadar. Ayo duduk..." Deria langsung menarik tubuh Zhain agar duduk disebelahnya dan Zhain pun nurut.

"Siapa yang membuat mu menangis seperti ini? Apa itu Anand? Aku akan membalasnya."

"Ini tidak ada hubungannya dengan Anand."

"Tidak mungkin Calvin kan? Dia bukan tipe orang yang bakal membuat orang lain terluka ataupun menangis."

"Lalu apa kamu kira Anand akan melakukannya? Meskipun dia terlihat awur-awuran dan keras kepala, tapi dia tidak akan menyakiti sahabatnya sendiri."

"Iya iya, Anand sahabat baikmu. Lalu siapa juga membuat mu menangis tersedu-sedu seperti ini?"

"Jinan..."

"Apa? Jinan? Apa yang dia lakukan? Apa dia menolak cinta mu?" Tanya Deria yang tidak bisa menyembunyikan rasa kaget dan juga penasarannya.

~~

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!